66: Lost Inside

A/N: 


Hiya! Chelly here~ 


Maaf banget ya baru bisa update sekarang, semenjak masuk sekolah, kekejaman tugas satu per satu mulai menunjukan jati diri mereka yang sesungguhnya nih. wkwk.


keknya ini cerita bakal tamat beberapa chapter lagi nih, hehe.


btw thank you for 4K readers!


semoga semuanya pada setia sampe ending ya. wkwk


anyway, enjoy the chapter!~


..........................


Sementara itu, ditempat lain..




Rian kembali ke markas Echidna membawa bros-bros para Zodiak yang telah ia curi.


Sejujurnya, hati kecilnya merasa berat hati membawa bros-bros itu.


Apalagi, setelah melihat wajah Nagisa yang seolah kehilangan rasa kepercayaannya pada dirinya. 


Namun, Rian sudah terlanjur bersalah.


sesampainya di markas rahasia Echidna, ia berlutut dihadapannya sambil membawa sebuah kantung berisi bros-bros para Zodiak. melihat Rian, sebuah senyum lebar muncul diwajah Echidna.


Echidna: "Kerja bagus, Rian" puji Echidna.


Echidna: "sekarang, berikan aku kantung berisi bros itu" lanjutnya, namun Rian enggan memberikan kantung berisi bros itu.


Rian: "sebelum kuserahkan semua bros ini padamu.. aku ingin menanyakan satu hal.. dan aku ingin kau menjawabnya dengan jujur" kata Rian


Echidna: "Duh.. apalagi sih? kau tahu benar aku ini tidak suka berbohong, memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" tanya wanita berambut putih itu.


Rian: "setelah semua yang aku lakukan untuk merebut bros-bros ini dari teman-temanku, apakah kau akan tetap mengabulkan permintaanku? kita sudah membuat perjanjian ini sejak lama"


Echidna: "kenapa, tentu saja! aku akan mengabulkannya untukmu, dan hanya untukmu Rian" ujar Echidna


Echidna: "apa itu sudah cukup?" 


Rian terdiam, lalu melemparkan kantung berisi bros para Zodiak yang telah ia curi itu. Echidna menangkapnya, lalu membuka perlahan kantung itu.


melihat jumlah bros yang Rian berhasil curi, kedua bola mata penyihir itu membesar.


Echidna: "apa ini? dari sekian banyaknya anggota para Zodiak kau hanya mendapatkan sebagian saja!? anak buah tidak berguna! kau bahkan tidak mampu mengambil bros milik Nagisa atau Rigel!" seru Echidna.


Rian: "m-maafkan aku, aku tak sempat mengambil sebagian lagi"


Echidna: "banyak alasan! aku tahu kau tidak berdaya mengambil sebagian bros lagi karena telah tertangkap basah oleh Nagisa, bukan begitu?"


Kedua bola mata Rian membesar mendengar itu.


Rian: "d-darimana kau tahu?" tanyanya sambil perlahan bangkit.


Echidna: "jangan kira aku tidak mengawasimu, Rian.. aku tahu semua yang kau lakukan atau bahkan semua yang kau pikirkan, kau tak pernah bisa lari dari seorang penyihir" ujar Echidna.


Echidna: "tapi.. aku rasa semua ini cukup untukku, setelah mendapat kekuatan dari bros-bros ini.. aku akan curi lebih banyak bros para zodiak dan akan ku buat seluruh dunia menjadi milikku" lanjutnya sambil mengambil satu per satu bros yang ada didalam kantung.


Echidna: "dan aku rasa, aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, Rian" 


Rian: "A-Apa..?" Rian perlahan berjalan mundur dan mengeluarkan senjata Zodiaknya yang berupa tombak, seraya Echidna bangkit dari singgasananya dan mulai berjalan kearah Rian perlahan dengan sebuah senyum jahat diwajahnya.


Echidna: "Kau tahu, Rian? sebenarnya, aku hanya memanfaatkanmu sejak awal.. aku tidak pernah serius saat aku bilang akan menghidupkan kembali ayahmu. ya.. aku bisa saja melakukannya, tapi.. ah, aku ini penyihir yang keji. aku tak mungkin melakukan hal seperti itu" ujar Echidna.


Echidna: "sungguh cliche, bukan? seharusnya.. kau sudah menyadari hal ini dari awal, tapi dengan bodohnya malah terjatuh dalam perangkapku. apakah cinta sebodoh itu, Rian?" 


Rian menggertakkan gigi-giginya, ia berusaha untuk menyerang tapi entah kenapa kedua tangannya menolak mengikuti perintah otaknya.


seolah sesuatu sedang menyihirnya.


Alhasil, anak laki-laki berambut putih itu hanya bisa mundur perlahan-lahan.


Echidna: "tapi, karena kau sudah menjadi anak yang baik.. aku harus mengatakan bahwa aku sangat berterima kasih padamu. aku rasa.. aku akan mencuri sisa dari bros para zodiak yang masih bertahan, dimulai dari dirimu"


Rian: "J-Jangan bercanda!" seru Rian seraya melesat untuk menyerang Echidna, namun kemudian Echidna membuka mulutnya lebar-lebar dan dengan cepat sekumpulan ular hitam keluar dan menyerang Rian.


dalam sekejap, Rian sudah tidak bernyawa.


hal terakhir yang Echidna dengar dari mulut Rian adalah suara teriakan melengking seseorang yang sangat menderita.




............................




keesokan paginya, kedua belas anggota KA bangun dari tidur mereka yang sama sekali tidak nyenyak. tentu saja, sudah berhari-hari mereka tinggal ditempat yang bukan rumah mereka dan dihantui oleh rasa takut.


termasuk Nagisa.


Nagisa: "hah..." desah Nagisa sambil menyeka mulutnya seusai menyikat gigi. dua buah kantung mata yang berwarna gelap menghiasi matanya.


Nagisa menepuk-nepuk kedua pipinya dan berusaha tersenyum.


Batin Nagisa: "tenanglah, Nagisa. kau baik-baik saja, kita semua baik-baik saja, dan.. sebentar lagi semuanya akan baik-baik saja" gumam Nagisa didalam hati.




Nagisa terdiam sejenak sambil menatap bayangannya dicermin.


Nagisa: "kira-kira.. Rian dimana, ya?" gumamnya.


Keith: "oi!" seru Keith, sontak Nagisa terkejut.


Nagisa: "astaga, Keith-chan jangan ngagetin gitu dong!" seru Nagisa, Keith hanya tertawa lalu mengacak-acak rambut biru Nagisa yang kian terus memanjang.


Keith: "maaf, ya! habisnya daritadi kau bengong terus, aku kan juga mau sikat gigi" ujar Keith. 


Nagisa: "o-oh, maaf deh.. ya sudah silahkan" kata Nagisa sambil perlahan menyingkir dari wastafel. Keith pun menyadari ada yang aneh pada tatapan mata Nagisa.


Keith: "oi Gucci- maksudku Nagisa, kau pasti memikirkan Rian lagi ya?" tanya Keith.


Nagisa terdiam lalu perlahan mengangguk. melihat itu, Keith hanya bisa menghela nafas dalam-dalam.


Keith: "Nagisa, aku tak mau mengatakan ini tapi.. seharusnya kau lupakan saja si Rian itu, kalau melihatmu begini terus-terusan.. baik aku, Rigel, dan yang lainnya juga tidak akan senang. kau itu juga teman kami" ujar Keith sambil menaruh tangannya diatas pundak Nagisa.


Keith: "kau sudah makan permen bintangmu belum?" tanya Keith.


Nagisa: "sudah habis, tapi aku tidak merasakan apapun. aku tidak hanya khawatir soal Rian, tapi juga kakak dan adikku, dan soal Rian.. entah kenapa aku masih percaya bahwa.. Rian yang aku lihat tempo hari.. bukan Rian yang ku kenal.. Rian tidak mungkin melakukan itu. pasti ada alasan pula dibalik semua ini.." kata Nagisa sambil menatap kedua kakinya yang pucat.


Keith mengangguk dan membuang nafas dalam-dalam.


Keith: "ya sudah, sarapan dulu sana" ujar Keith, Nagisa mengangguk dan kemudian pergi ke ruang makan.


disana ada Rigel dan teman-temannya yang lain. semuanya terlihat normal, semua anggota KA saling mengobrol, tertawa, dan bermain-main seolah tidak ada hal buruk yang terjadi pada mereka sama sekali.


Rigel: "selamat pagi, Nagisa" sapa Rigel dengan senyuman hangat diwajahnya.


Nagisa: "p-pagi, Rigel-sama.." sapa Nagisa balik sambil menarik senyum paksa.


Rigel: "kau kacau sekali, Nagisa. apa kau sakit?" tanya Rigel sambil berjalan kearah Nagisa, sejujurnya Rigel tahu Nagisa tidak sakit. itu hanya sekedar basa-basi yang ia gunakan untuk menutupi keadaan buruk yang sesungguhnya.


Nagisa: "tidak, aku rasa aku terlalu banyak nonton film semalam.." ujar Nagisa sambil menggelengkan kepalanya.


Rigel: "kalau begitu, ayo sarapan dulu. aku buat pancake, nih" kata Rigel. Nagisa menarik kursinya, yang tidak ia sadari ada disamping Kento.




Kento: "terlalu banyak nonton film.. atau terlalu banyak pikiran?" celetuk Kento sambil memotong pancakenya.


Nagisa: "eh.. Kento, aku tidak tahu kau duduk disini" ujar Nagisa, ia sempat terkejut sedikit melihat Kento yang bertelanjang dada duduk disampingnya. otot dada dan perutnya dapat terlihat jelas, namun Nagisa sama sekali tidak memikirkan itu.


Kento: "kau terlihat jelek hari ini" kata Kento.


Nagisa: "aku memang terlahir jelek" jawab Nagisa, disusul suara tawanya yang manis. Nagisa melahap pancake-nya berusaha melupakan apa yang terjadi belakangan ini.


Kento: "Nagisa"


Nagisa: "hm?"


Kento: "ada sesuatu.. yang ingin kukatakan padamu, sejak lama sekali" ujar Kento. tanpa mereka berdua sadari, kedua lutut mereka saling bersentuhan dibawah meja makan.


Nagisa: "apa itu?"


Kento terdiam sejenak dan berusaha mengatur nafasnya.


Nagisa: "Kento..?" Nagisa terus memperhatikan Kento yang nampak sangat tegang, tangannya hendak menyentuh Kento.


Kento: "aku--"


*BRUK!*


kemudian terdengar suara benturan meja makan yang sangat keras, membuat semua orang berhenti.


Kanna: "Kanato, sudah berapa kali harus kubilang jangan menendang-nendang meja makannya!" seru Kanna.


Kanato: "Heh, apa sih!? bukan aku yang melakukannya!" elak Kanato.


Kanna: "kalau begitu siapa dong?!" seru Kanna balik, hingga kemudian suara benturan yang sama itu terdengar.


tidak hanya dari meja makan, bahkan rasanya seluruh lantai bergetar.


Kento: "aku rasa itu bukan ulah iseng salah satu dari kita.." ujar Kento, semua zodiak mulai menggenggam bros mereka masing-masing.


sementara Nagisa merasakan hal aneh.




Batin Nagisa: "..ada sesuatu.. yang datang.." gumamnya dalam hati, lalu menggenggam erat bros yang ada dikantung piyamanya.


tanpa mereka semua sadari, lampu gantung yang berada diatas meja makan mulai putus.


Ayato: "Awas!" seru Ayato.


kemudian seluruh anggota zodiak berhamburan dimana-mana, dan kegelapan mengisi seluruh ruangan.









Comment