54: Layl (3)

Malam itu. Adalah malam pertama kalinya Layl berada dirumah barunya bersama teman-teman barunya.
Ia hanya berbaring diatas tempat tidur yang usang, menatap langit-langit kelambu yang dipasang diranjang tua itu.
Awalnya, Layl kira nasibnya tidak seberuntung ini. Ia pikir ia akan mati seperti seekor kucing yang membusuk didekat tempat sampah.
Tapi, entah kenapa dan dengan beruntungnya. Ia bertemu dengan Lou, yang mau membantunya.


*Tok tok tok*
...
Seseorang mengetuk pintu kamar Layl. Seketika ia langsung bangun, dan menyahut


Layl: "Siapa disana?"
..
Dari luar kamar, Layl mendengar suara yang ia kenali. Ia juga melihat cahaya remang-remang dari sela bawah pintu.
....
Lou: "Layl, kau masih terjaga?"
Layl: "Eh.. iya, kau juga?"
Lou: "Aku tidak bisa tidur. Mau melihat bintang?"
....
Layl terdiam sejenak. Kemudian ia  beranjak bangun dari ranjangnya, dan membuka pintu. Lou ada didepan sambil membawa sebuah lentera.


Layl: "Melihat bintang? Dimana?"
Lou: "Diatap, mau ikut?"
Layl mengangguk, kemudian Lou menarik tangannya dan mengajaknya keatap untuk melihat bintang.


Langit malam benar-benar cerah hari ini. Tidak ada awan sama sekali, dan bintang-bintang dilangit dapat terlihat amat jelas
Lou duduk diatas atap sambil menatap kelangit malam itu.


Lou: "Hei, ayo duduk sini" kata Lou sambil menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya.
Layl duduk tepat disebelahnya dan ikut menatap kearah langit malam.


Layl: "Indah, ya?"
Lou: "Uhum, mereka seperti milyaran berlian" Lou mengangguk.
Layl: "Hei, Lou. Apa kau yakin aku bisa tinggal disini?"
Lou: "Eh, tentu saja! Siapa bilang tidak?"
Layl: "Entahlah, aku hanya tidak yakin"
Lou: "Eh.. kau ini, berhentilah tidak yakin. Kau akan selalu diterima disini bersama teman-temanku"
Kata Lou sambil tersenyum riang. Ia berusaha untuk meyakinkan Layl untuk tetap tinggal.


Diterima.. ya..?


Layl: "Tapi.. bukankah aku ini aneh?"
Lou: "Hahaha, apa-apaan kau ini? Aku juga aneh kok, kami semua aneh. Kami berbeda dari manusia lain"
Layl: "Tidak.. bukan itu maksudku. Hanya saja, apa kau tidak melihat apa yang aku lakukan pada.. salah satu anak yang melemparkanku batu.. tadi sore..?"
...
Lou mengingat kejadian itu.
...
Lou: "Yah... mungkin memang sedikit seram, tapi... hei.. aku rasa kau orangnya tidak seperti itu"
Layl: "Tapi bagaimana kau bisa yakin? Aku ini monster, aku.. tidak pantas untuk---"


Lou: "Tidak. Jangan katakan apapun, aku tidak mau dengar apapun yang bisa membujukku untuk membencimu"
Lou: "Kita tidak sendirian, Layl. Kau tidak sendirian"
....
Lou: "Milyaran orang-orang ada diluar sana. Dan pasti salah satu dari mereka pasti mau menerimamu"
Lou: "Dan kau sudah menemukan satu dari milyaran orang-orang itu, Layl. Kau tidak perlu berkelana jauh untuk menemukannya"
...
Lou: "Karena orang itu.. tanpa kau sadari pasti mereka selalu ada disisimu, tapi kau tidak menyadarinya"
Lou: "Layl. Lihat aku"
...
Layl menatap Lou.


Lou: "Apa yang kau lihat?"
Layl: "Kau"
Lou: "Kalau begitu sentuh wajahku"


Layl menyentuh wajah Lou dengan perlahan


Lou: "Apa yang kau rasakan?"
Layl: ".....kau"
Lou: "Kalau begitu suara siapa yang kau dengar?"
Layl: "Kau"
....
Lou: "Itu benar Layl. Itu bukti bahwa aku nyata, aku benar-benar ada. Dan aku benar-benar peduli padamu, aku dan teman-temanku pasti selalu peduli padamu"
...
Lou tersenyum pada Layl


Lou: "Dan oleh karena itulah, jangan pernah menyendiri lagi"


Layl terdiam, namun perlahan ia mulai tersenyum. Dan perlahan, Lou mendekati tangan Layl dan menggenggamnya.


Layl: "...iya"
....
*Sebulan kemudian
...
Sudah sebulan lamanya Layl tinggal bersama Lou dan teman-temannya
Ia sudah lama terbiasa dengan teman-temannya.
Dan sekarang, Layl dan teman-temannya sedang pergi kesuatu tempat jauh didalam hutan untuk mencari Spirit. Untuk dimakan, tentunya.
Holy Spirit sebenarnya bisa memakan makanan manusia, tapi karena mereka adalah gelandangan maka mau tidak mau pun mereka terpaksa mencari Spirit. Spirit yang mereka cari pun adalah Spirit biasa, bukanlah Holy Spirit atau Spirit lainnya dengan jenis tertentu.
...
Lou memanjat pohon dari sana kesini mencari tanda-tanda Spirit yang mereka sedang cari
Sejauh ini mereka hanya baru mendapat beberapa saja. Memancing Spirit sama halnya dengan memancing ikan, tidak mudah tidak sulit. Semuanya hanya bergantung pada keberuntungan, keahlian, dan tempat dimana kalian mencari Spirit.


Mungkin, itulah yang Layl sedang rasakan sekarang.
Daritadi, ia hanya berjalan kesana kemari dan belum menemukan apa-apa.
Rasanya saat ini, Layl cuma seperti seorang nelayan yang berada ditengah lautan tanpa tangkapan sedikit pun.


Ara: "Layl, sudah menemukan sesuatu?"
Layl: "Belum!"
...
Layl terus berjalan, menyusuri semak-semak belukar disekitar hutan.
Kemudian, ia tanpa sengaja menemukan sesuatu.
Layl menemukan sebuah makhluk besar berbulu lebat dan berwarna hitam, makhluk itu nampak seperti seekor serigala. Hanya saja, kepalanya memiliki tanduk.


Layl mendengar suara geraman dari makhluk itu. Ketika makhluk itu menoleh, ia mendekati Layl sambil  bernafas dari sela-sela giginya.
Taringnya begitu tajam, dan matanya berwarna merah gelap seperti darah.
Layl hanya bisa berjalan mundur, ia nampak ketakutan dan tak dapat berbuat apa-apa.


Sementara, lambang Ophiuchus dilehernya perlahan bercahaya.
Makhluk itu langsung mengaum dan mengejar Layl, Layl spontan langsung berlari mencoba melarikan diri dari makhluk itu.
Ia terus berlari, dan berlari. Tanpa memikirkan apapun
...
Batin Layl: "Bagaimana ini.. dimana teman-temanku yang lain?!"
.....
Makhluk itu berlari semakin kencang dan hampir saja mendekati Layl.
Namun kemudian, Layl menggunakan kekuatannya dengan cara menggunakan ular-ular putih miliknya.
Ular-ular itu terus berdatangan, melilit, dan menggigit makhluk besar itu seolah berusaha untuk melumpuhkannya.
....
Kemudian Layl menghentikan langkahnya dan kemudian ia bertarung melawan makhluk besar itu.
Ribuan ular berkumpul menyerang makhluk itu. Namun nampaknya racun dari ular putih itu tidak mempan terhadapnya


Meski begitu, Layl tidak menyerah. Ia terus saja menyerang makhluk itu, secara bertubi-tubi tanpa ampun.


Makhluk besar itu nampak seperti kelelahan. Nampaknya racun ular putih berhasil menaklukannya.


Namun meski begitu, Layl terbawa suasana dan tidak mau berhenti
.....


Eh.. apa yang kurasakan ini..?



Aku tidak pernah.. merasa seperti ini sebelumnya.



Rasanya.. menyenangkan.




Aku.. mau lagi.
...
*JRAT*
...
Ular-ular putih milik Layl terus saja berusaha untuk membunuh makhluk besar itu tanpa ampun.
Padahal, makhluk itu sedang sekarat.


Lagi.


Lagi.


Lagi.


Lagi.


Ular-ular itu tanpa kenal ampun terus saja menggerogoti sisa tubuh makhluk besar itu. Darah dimana-mana. Ular-ular itu terus saja menggerogoti tubuh makhluk besar itu.
Mereka terus menggerogoti daging makhluk besar itu dengan rakusnya.
Layl tidak bisa menghentikan "perasaan"nya itu.
Ia hanya terdiam didepan sana, menonton.


Lagi.



Lagi










Lagi.








LagigiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagiLagi


"LAYL!!!"
....
*SRAT*
....
Terdengar suara teriakan Lou yang kencang. Dan tak lama kemudian sebuah tangan dengan cepat menutup mata Layl.
...
Sihir Layl perlahan menghilang dengan begitu cepat.
Ular-ular itu menghilang secara bersamaan.
Perlahan, Layl mulai tumbang disisi Lou. Lou merangkulnya agar tidak jatuh
...
Kiiro: "Ada apa ini?!"
...
Kiiro berlari bersama teman-temannya yang lain mendekati Lou dan Layl.
....
Lou: "Aku juga tidak tahu..."
...
Semua teman-teman Lou menatap kearah bangkai makhluk besar itu didepan Lou.
Mereka begitu terkejut.
Hampir sebagian dari tubuh makhluk itu habis dimakan ular-ular putih Layl.
...
Edele: "Aku sudah bilang bukan? Gadis ini bukan gadis biasa"
...
Lou: "Apa kau benar-benar berpikir Layl yang melakukannya?"
Edele: "Tentu saja. Siapa lagi? Dari awal sudah kuperingatkan bukan?"
...
Edele: "Dengar, kita harus berhati-hati dengannya mulai dari sekarang. Dia bukan Holy Spirit biasa. Siapa tahu saja, suatu hari salah satu dari kita akan dicelakai olehnya"
....
Lou menggendong Layl
Lou: "Aku tidak percaya padamu"
..
Katanya, kemudian ia berlari dengan cepat meninggalkan teman-temannya itu.
....
Kiiro: "Woi, Lou!"
Ara: "Hesh, sudahlah. Biarkan saja"
....
Irene: "Sekarang bagaimana?"
Kiiro: "Teman-teman.. aku rasa, Edele ada benarnya. Kita.. harus lebih mewaspadai Layl"
Kiiro: "Malam ini, ia tidak boleh keluar dari rumah ataupun bergabung dengan salah satu dari kita. Oke?"
Nicole: "Lou bagaimana?"
Kiiro: "Aku akan bicara dengannya"
....
Kiiro: "Semua ini.. hanya Tuhan dan Layl saja yang tahu kebenarannya"
.....

Comment