69: Silenced

Kosong.


Benak Nagisa kini hanya tersisa kekosongan, kedua mata birunya berubah menjadi warna yang suram sambil terus menatap tajam jasad Rian yang sudah mati itu.


*BRUK*


Kemudian, dirinya terjatuh dihadapan jasad Rian seraya air mata mulai turun membasahi pipinya. Namun Nagisa tidak bersuara sedikit pun, ia hanya mengepalkan kedua tangannya sambil menatap lantai.


Suasana benar-benar hening, baik Echidna maupun Nagisa tidak bergerak sedikit pun.


Echidna tersenyum puas, ia begitu senang menatap seorang zodiak yang selalu penuh harapan, malah justru terpuruk.


Echidna: "Oh Nagisa yang malang... maaf ya, aku mengecewakanmu.. habisnya, temanmu Rian ini tidak bekerja dengan baik untukku. oleh karena itu aku menghukumnya. kau.. marah padaku, ya?" ucapnya sambil berjalan mendekati Nagisa.


Echidna: "Tapi.. kau tidak perlu marah lho, aku bisa menghidupkan kembali Rian jika kau mau.. itu juga kalau kau... mau bekerja untukku sebagai gantinya, hm? aku memerlukan suatu benda yang dapat... bekerja baik dengan bros-bros zodiak yang aku dapatkan.. kau memilikinya, kan?" bisik Echidna tepat ditelinga Nagisa.


namun, gadis itu tidak menjawab sepatah kata apapun.


Echidna: "Tidak mau bicara, ya?"


Echidna pun mengulurkan tangannya kearah rambut Nagisa, namun tepat sebelum tangannya itu menyentuhnya, Nagisa dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Echidna secara tidak manusiawi.


Ia meremas pergelangan tangan Echidna seolah berniat menghancurkannya.


Echidna terkejut dan berusaha melepaskan diri, namun entah kenapa ia tidak bisa melakukannya. Justru, ia merasakan sebuah aura mengerikan yang perlahan keluar dari tubuh Nagisa.


Nagisa: "takkan kubiarkan tangan kotormu menyentuh salah satu dari kami lagi" bisik Nagisa, lalu dengan kekuatan penuh melempar Echidna dengan sekuat tenaga keluar dari kuil tempat jasad Rian berada.


Tubuh Echidna melayang secara tidak terkendali, menabrak pepohonan, dan pada akhirnya tubuhnya berhenti didepan sebuah pohon raksasa jauh ditengah hutan.


Echidna terluka parah, sekujur tubuhnya terluka akibat dari menabrak pepohonan dan ia terus memuntahkan darah hasil dari benturan keras pada bagian belakang tubuhnya. tapi beruntungnya Echidna karena ia seorang penyihir, ia mudah menyembuhkan dirinya dalam waktu yang cukup singkat.


Tapi tetap saja, rasa sakit itu masih membekas pada tubuhnya


Batin Echidna: "Gadis macam apa itu..? Ia adalah seorang monster! ia bisa sekuat itu pasti karena memiliki kunci bintang Rigel... aku harus bisa mengambilnya.. namun.."


Batin Echidna: "..Aku belum pernah dilempar sekuat ini oleh zodiak manapun, bahkan seorang gadis kerempeng sepertinya.."




Tak lama kemudian, sosok Nagisa muncul dari balik pepohonan dengan cepat mengiris kedua mata Echidna dengan pedang airnya. Saking cepatnya bahkan Echidna sampai tidak sempat untuk berteriak kesakitan, sebelum pandangannya menjadi gelap, sosok terakhir yang Echidna lihat adalah sosok Nagisa dengan gaun zodiak berwarna hitam dan rambut biru tuanya perlahan berubah menjadi hitam.


Echidna buru-buru berubah posisi, meski kedua matanya terluka dan masih dalam proses pemulihan, ia bisa melihat keadaan sekitarnya dengan sihirnya.




Ia melihat sosok Nagisa berdiri sambil memegang pedang airnya didepan pohon raksasa tempat ia berpijak sebelumnya, aura mengerikan menyelimuti Nagisa, bahkan auranya nyaris mirip dengan seorang penyihir.


Batin Echidna: "Gadis ini.. ia sedang ada didalam posisi dirinya termakan oleh keputusasaan, dalam hitungan menit, ia akan berubah menjadi penyihir dan sosoknya akan jadi semakin kuat dari sebelumnya.."


Batin Echidna: "asal aku bisa mengambil brosnya, gadis itu takkan bisa melakukan apapun lagi" gumam Echidna dalam hati, kemudian Nagisa mulai kembali menyerang dengan begitu gesitnya.


gadis itu melesat kebelakang Echidna dan menyerangnya secara bertubi-tubi, namun Echidna dengan refleksnya yang cepat tidak mau kalah, ia langsung menghindar dan mengeluarkan ular-ular beracunnya. mereka langsung menggigiti Nagisa, namun Nagisa sama sekali tidak merasakan apapun.


Bahkan sesaat ketika ular-ular itu menggigit kulit Nagisa, justru ular-ular itulah yang malah mati berjatuhan dan luka-luka gigitan Nagisa pun pulih dalam hitungan detik.


meski begitu, Echidna tak mau kalah dan lanjut bertarung melawan Nagisa dengan kedua matanya yang sudah pulih sepenuhnya.


Echidna: "Kau ingin bertarung melawanku?! Baiklah! Akan aku layani dengan senang hati!" seru Echidna, ia melepaskan jubahnya dan menunjukkan gaun romawi hitam yang ia pakai serta sebagian tubuhnya penuh oleh sisik-sisik hitam. ia mulai menyerang Nagisa dengan segala yang ia punya.


sementara itu, jauh didalam alam bawah sadar Nagisa ia sedang tenggelam jauh didalam rasa keputusasaan dan ketidak-berdayaannya.


Batin Nagisa: "Lagi-lagi aku tenggelam.... aku tidak suka ini..... sesak.. sakit... sama seperti dulu.... saat papa dan mama bercerai...... atau pada saat orang-orang mulai berani membuliku lagi..."


samar-samar, ia bisa mendengar suara seseorang yang ia kenali memanggil namanya. namun ia tidak bisa menjawab apa-apa atau bergerak sama sekali.


roh Aquarius sedang berusaha sebisa mungkin membangunkannya dari keputusasaan. Ia berkali-kali berusaha menghentikan Nagisa menggunakan sihir sebanyak mungkin, namun nampaknya roh Nagisa tak dapat dikendalikan lagi oleh dirinya.


Aquarius: "Nagisa! Nagisa, tolong ini bukan hal yang benar untuk dilakukan!"


Aquarius: "Nagisa, bangunlah! aku tahu ini bukan dirimu, aku tahu karena aku adalah bagian dari dirimu! Nagisa!" seru Aquarius, namun Nagisa tetap terus mengayunkan pedangnya kearah Echidna dan mengeluarkan sihir sebanyak mungkin.




Aquarius: "tolong.. Nagisa, berhenti.. ini bukan apa yang kita sepakati sejak awal..."


Aquarius: "..aku tahu, aku tahu dirimu lahir dari tubuh yang kuat fisik namun lemah mental tapi.. Nagisa... aku tak ingin melihatmu hancur seperti ini.. kau akan hancur oleh dirimu sendiri"


Aquarius:  "Kumohon.... zodiak lain! tolong selamatkan Nagisa!"








.


.


.


.


.


.


Tiba-tiba saja, ditengah pertarungan Kento merasa dirinya telah terbangun dari mimpi. kunci emas yang ia kantungi perlahan mulai bersinar dan terasa hangat, seolah mengisyaratkan Kento sesuatu yang buruk telah terjadi.


Batin Kento: "sesuatu telah terjadi..? apa? di mansion.. atau Nagisa..?"


Serena: "Awas!" seru Serena, ia buru-buru melemparkan gunting sihirnya kearah penyihir dan melindungi Kento yang sedang melamun.


Serena: "Oi, Yazaki! aku tahu kau sedang mikirin gebetanmu itu tapi sadar diri dong, kita ini sedang ada ditengah pertarungan!" seru Serena.


Kento: "BERISIK! Aku juga tahu!" pekik Kento lalu kembali fokus melawan penyihir-penyihir yang ada dihadapannya.


Lou: "Sial.. penyihir-penyihir ini bukannya tambah sedikit malah tambah banyak..! rasa-rasanya penyihir dalang semua ini jadi semakin kuat saja!"


Irene: "Lou benar.. Nagisa ada disana sendirian, mungkin saja ia butuh bantuan!" tambah Irene, mendengar semua itu Kento mulai menggertakkan gigi-giginya. 


Ia jadi khawatir, dan perasaannya mulai memburuk.


Kento: "Layl! pinjamkan aku portalmu!" seru Kento.


Layl: "Apa?! kau ingin menyusul Nagisa?!" seru Layl sambil terus menghabisi penyihir-penyihir dihadapannya.


Kento: "Tentu aku mau! Ini salah kita membiarkan Nagisa seorang diri menghadapi Echidna, ia pasti dalam bahaya! aku akan kesana menyusulnya, kalian bisa urus ini selagi aku pergi kan?" 


Kendo: "serahkan pada kami, kak" balas Kendo.


Layl pun membuatkan sebuah portal hitam untuk Kento menyusul Nagisa.


Layl: "hati-hati, Kento" ujar Layl, Kento mengangguk pelan lalu masuk kedalam portal itu tanpa basa basi lagi.


ia mendarat di hutan tempat sebelumnya Nagisa berpijak, ia pun mulai berlari mencari kemanapun Nagisa berada. dalam perjalanan menuju ke tempat Nagisa, ia mulai menyadari ada banyak pepohonan yang rusak.


disitulah perasaannya mulai tidak enak.


hingga kemudian, ia mulai merasakan sebuah aura dingin mengerikan dari balik pepohonan. auranya seperti penyihir, namun.. jauh lebih hangat.


aura campuran seorang penyihir dan zodiak.


Kento pun mulai mempercepat langkah kakinya, ia yakin ia pasti sudah dekat dengan tujuannya. Nagisa pasti ada disudut hutan ini.


Batin Kento: "Nagisa... tunggu aku sampai kesana sebentar lagi!" seru Kento dalam hati. 




sementara itu, Echidna sedang terluka parah dan rasanya ia tak mampu lagi melawan Nagisa.  Kedua tangan dan kakinya telah dipenggal oleh Nagisa. Gadis itu kini terus menusukkan pedangnya kewajah Echidna, sementara Echidna terus merintih kesakitan.


Nagisa: "minta maaf tidak cukup untuk membalas orang-orang yang mati ditanganmu"


Echidna: "k-k-kumohon maafkan aku! aku janji akan mengembalikan jiwa Rian ke tempatnya, aku akan mengembalikan jiwa-jiwa orang yang aku bunuh dan-- AAAAAAAAAAKH!" pekik Echidna ketika Nagisa menusukkan pedangnya kedalam bola matanya.


Nagisa: "Kau tak bisa melakukannya, aku tahu itu. kau seorang pembohong, kau bahkan tidak menepati janjimu pada Rian" ujar Nagisa.


Echidna: "sakit..! sakit! sakit...!" rintih Echidna seraya darah mulai membasahi wajahnya.


Nagisa: "sudah cukup.." Nagisa mulai mengangkat pedangnya dan mulai memberikan serangan sihir terakhirnya pada Echidna.


Kento: "Nagisa!" seru Kento, mendengar suaranya Nagisa berhenti mengeluarkan sihirnya.






Kento: "hentikan.. hentikan itu..................."

Comment