63: My True Color



Sementara itu, didalam bagian paling gelap dari kegelapan..


seorang gadis berambut putih sedang duduk diatas 'singgasana' hitamnya, dikelilingi oleh burung-burung gagak dan ular yang melingkar manis dilehernya.


lalu, seorang pemuda laki-laki datang dan berlutut dihadapannya.


Echidna: "ah, akhirnya.. setelah sekian lama menunggu."


?????: "maaf membuatmu menunggu, yang mulia."


Echidna: "tidak masalah, nak. asalkan kau tahu apa yang aku butuhkan" gadis itu turun dari singgasana nya dan berjalan kearah pemuda laki-laki berambut putih dan bermata merah itu.


Echidna menarik rambut pemuda itu dan menaruh dahinya diatas dahi pemuda itu sambil tersenyum nakal. seolah memaksa pemuda itu untuk menatap matanya.


Echidna: "malam ini, bawakan aku seluruh bros para zodiak. bunuh mereka satu per satu, tanpa belas kasihan. kalau kau berani menentangku seperti gadis malang itu, maka aku yang akan langsung membunuhmu, dengan tanganku sendiri. mengerti, Rian?"


Rian: "mengerti, yang mulia."


Echidna tersenyum dan menjauh dari Rian.


Echidna: "jangan khawatir, anak pintar. aku tidak akan melupakan perjanjian kita soal menghidupkan kembali ayahmu, tenang saja." kata Echidna.


Rian terdiam sejenak.


Rian: "tentu saja, yang mulia."


Echidna: "sekarang. pergi, dan laksanakan tugasmu dengan benar. atau kau akan merasakan detik-detik kematian yang sangat menyakitkan." ancamnya. Rian bangkit berdiri dan berjalan menjauh.


Rian: "baik, yang mulia." katanya dengan pelan.


................................


sementara itu, Nagisa masih meratapi bros birunya yang berkilauan di kegelapan kamarnya. setelah hari yang panjang, ia pikir masalahnya akan selesai. namun ternyata tidak semudah itu.


kutukannya masih menempel, masalah Rian masih belum dijelaskan, Nagisa perlahan membenci dirinya sendiri karena sudah bersikap kasar pada Serena, Rikou tidak berbicara dengannya belakangan ini, dan Poro juga tidak muncul sejak tadi.


apa yang bisa jauh lebih buruk dari ini?


didalamnya, Nagisa dapat melihat dengan jelas kabut hitam yang mengapung didalamnya. seolah membuat setiap warna biru didalam brosnya memudar menjadi abu-abu yang gelap.


batin Nagisa: "..aku tidak boleh sedih terus.. kalau begini caranya, aku malah akan membunuh Poro dan juga berakhir jadi seorang penyihir.. tapi kutukanku belum hilang.." gumam Nagisa dalam hati,


lalu ia menggenggam erat brosnya.


batin Nagisa: "tidak. buang jauh-jauh pikiran buruk itu dari otakmu, Nagisa. sekarang bagaimana caranya mematahkan kutukan ini..?"


disaat Nagisa sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba ponselnya bergetar.


ia sadar itu adalah panggilan dari Kento


dan langsung mengangkatnya.


*pik*


Nagisa: "Kento-kun, ada apa?" tanya Nagisa.


Kento: "Nagisa, dengar. jangan pergi keluar rumahmu, jangan. kunci semua pintu, jendela, atau apapun itu. jangan biarkan siapapun masuk, bahkan jika orang itu mengaku sebagai temanmu"


Nagisa: "apa maksudmu? apa yang terjadi?"


Kento: "kau tidak lihat grup chat? Rian tiba-tiba hilang begitu saja! dan lebih buruknya lagi, semua orang kehilangan brosnya!"


Nagisa: "Apa? ini bukan prank atau bercandaan kan? ini tidak lucu"


Kento: "ASTAGA NAGISA KAPAN TERAKHIR KALI AKU BERCANDA PADAMU, HAH!?" teriak Kento dari dalam ponsel.


Nagisa: "lalu aku harus bagaimana?"


Kento: "JANGAN KELUAR RUMAH, KUNCI SEMUA PINTU DAN JENDELA, PERTAHANKAN BROSMU, OKE!?" pekiknya.


Kento: "bertahanlah disana, aku hampir disana. aku akan melindungimu!"


Nagisa: "apa-- hei, aku masih belum--"


Kento menutup panggilannya. dan jantung Nagisa berdetak terlalu kencang. dan apa yang dikatakan Kento benar, nomor Rian tiba-tiba menghilang dari grup chat dan kontak Nagisa.


kemudian ia mendapat panggilan dari Cecil.


Namun Nagisa terlalu takut untuk mengangkatnya. ia punya perasaan yang buruk.


belum lagi fakta bahwa Cecil tinggal di perumahan dekat Nagisa.


namun Nagisa memberanikan diri dan mengangkat panggilan dari Cecil itu.


Nagisa: "halo-"


Cecil: "NAGISA TOLONG AKU!" bisik Cecil secara histeris.


Nagisa: "C-Cecil, tenanglah! apa yang terjadi?!"


Cecil: "aku mohon, tolong aku! aku pun tidak tahu apa yang terjadi.. tapi orang ini.. aku tidak tahu siapa dia tapi ia mengincar brosku.. dan aku sedang bersembunyi dibalik lemari sekarang.. di ruang tamu.."


Nagisa: "kau berusaha melawannya?


Cecil: "ia terlalu kuat!"


Nagisa: "tunggu disana, aku akan datang!" seru Nagisa, ia menyambar jaketnya dan buru-buru memakainya. lalu mengantongi brosnya


dan tanpa ia sadari, brosnya terjatuh dan tertinggal begitu saja


Cecil: "kumohon, cepatlah!"


tanpa memikirkan apapun lagi, Nagisa langsung melesat lompat keluar jendela dan menuju rumahnya Cecil.




.....................


beberapa saat kemudian, Kento sudah sampai didekat rumah Nagisa. ia melompat dari atap ke atap, berharap Nagisa masih ada disana. namun kemudian ia melihat jendela kamarnya terbuka dan panik.


Kento masuk lewat jendela dan melihat sekeliling, kamarnya masih utuh dan tidak berantakan.


namun satu hal yang menarik perhatiannya, bros Nagisa terjatuh diatas lantai begitu saja.


Kento mengambil bros Nagisa dan melihat kearah ponselnya, yang penuh dengan miss call dan pesan-pesan dari Cecil.


Kento: "...tch.." 


Kento menggertakkan giginya, ia membawa bros Nagisa dan buru-buru pergi mencari Nagisa.




..........................


Nagisa sampai di rumah Cecil dan langsung buru-buru mencarinya. namun dengan hati-hati. ia melihat sekeliling ruangan, seisi rumah Cecil hancur berantakan.


Kemudian, ia mendengar suara teriakan dari dalam salah satu ruangan


Cecil: "NAGISAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" teriaknya.


Nagisa langsung buru-buru bergegas kearah ruangan itu, tapi pintunya terkunci rapat.


Nagisa mengetuk-ngetuk pintunya dengan keras.


Nagisa: "Cecil! kau disana?!"


Cecil: "Nagisa tolong aku!"


Nagisa: "buka pintunya!" teriak Nagisa. ia merogoh-rogoh saku jaketnya dan sadar brosnya tidak ada disana.


Nagisa: "..oh tidak.." 




sementara itu, didalam ruangan Cecil sedang berusaha untuk melawan Rian. namun mau bagaimana pun caranya, tetap saja ia tidak bisa menang melawan Rian yang hatinya sudah dipenuhi kegelapan itu.


Cecil: "pergi.. pergi darisini, Rian!"


Rian: "aku tidak mau membunuhmu, Cecil.."


Cecil: "kalau begitu pergi darisini!"


*BRAK*


Nagisa menghancurkan gagang pintunya dan masuk ke dalam ruangan dengan terengah-engah.


Cecil: "Nagisa!" seru Cecil, ia buru-buru berlari kearah Nagisa tapi Rian hanya terdiam membeku begitu juga dengan Nagisa.


sekarang, kebenaran yang pahit menelan Nagisa hidup-hidup.


Cecil memeluk Nagisa ketakutan, ia masih dalam wujud Capricornnya. satu ruangan hancur. dan tidak ada satu diantara mereka yang bergerak.


Rian: "Nagisa aku-"


Nagisa: "..Rian.. ternyata kau.. sama saja..?" isak Nagisa, pandangannya memudar karena kedua matanya yang berkaca-kaca.


Rian: "Nagisa, tolong. percayalah aku.. ini bukan aku.." kata Rian sambil berjalan kearah Nagisa, matanya juga ikut berkaca-kaca.


Rian: "maafkan, aku. sungguh, Nagisa aku tidak ingin melihatmu-"


Nagisa: "kau masih berani mengatakan maaf bahkan setelah kau menyakiti teman-temanku!?" isaknya.


Nagisa: "jangan tatap aku, Rian. jangan pernah lihat aku lagi"


Rian: "Nagisa aku bisa menjelaskan semuanya kenapa aku-"


*BHUK*


Nagisa memukul tulang pipi Rian dengan kencang.


air mata perlahan turun dan membasahi kedua pipinya.


Rian: ...!


Nagisa: "jangan dekati aku, monster!" serunya. Nagisa menarik lengan Cecil dan bergegas lari, pergi sejauh mungkin.


tapi Rian masih membeku. pipinya langsung lebam dipukul Nagisa.


dan seketika ia sadar apa yang telah ia lakukan.

Comment