60: Falling

Rigel: "Echidna.. ia adalah gadis yang kau lawan itu adalah musuh terbesar para zodiak selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad yang lalu.


dan sekarang, ia sudah kembali."


Setelah beberapa kalimat itu diucapkan, suasana semakin lengang. Menyisakan suara rintik hujan yang semakin deras perlahan-lahan.


Kemudian, suasana hening itu dihancurkan oleh suara dobrakan pintu yang amat sangat kuat.


*BRAK*


Lou: "Layl!" Serunya.


Sontak semua mata para anggota zodiak diruangan tertuju padanya. Tak lama kemudian, teman-temannya yang lain ikut menyusulnya.


Ia  langsung bergegas menghampiri
Layl yang masih tidak sadarkan diri itu.


Lou: "Apa yang terjadi padanya? Siapa yang melakukan ini?!"


Rigel: "Kau terlambat. Kami barusaja membahasnya tadi"


Kiiro: "Jadi gak ada siaran ulang?" Timpal Kiiro, Irene menampar pundaknya.


Rigel: "Hah..."


Rigel menghela nafas dalam-dalam.


Rigel: "Temanmu nampaknya sedang berurusan dengan musuh bebuyutan para Zodiak selama berabad-abad lamanya" kata Rigel.


Lou: "Maksudmu..?"


Rigel: "Kau kenal Echidna, bukan? Aku yakin Holy Spirit seperti kalian mengenal dirinya. Ia sering mengincar mangsa-mangsa seperti kalian untuk dijadikan budak"


Lou perlahan mundur.


Lou: "Echidna.. maksudmu.. Layl-"


Rigel: "Benar." jawab Rigel.


Mendengarnya, teman-teman Layl pun mulai tambah prihatin.


Irene: "Apa ia akan baik-baik saja?"


Rigel: "Aku harap begitu. Ia nampaknya membuat perjanjian dengan Echidna, pastinya Echidna-lah menyuruh Layl mengambil bros para Zodiak."


Rigel: "Layl bisa saja mati kalau tidak ditolong Nagisa" kata Rigel sambil menggenggam erat tangan Nagisa.


Nagisa: "..Rigel-sama"


Mendengarnya, kedua pupil mata Lou membesar. Ia mengepalkan kedua tangannya.


Seolah menyesal.


Rigel: "Ada apa dengan tatapan itu, Louise? Tidakkah kau sadar apa yang kau lakukan pada Nagisa waktu itu?"


Rigel: "Kenapa diam saja? Tidak punya rasa bersalah?" Tanya Rigel, dengan intonasi yang tinggi.


Sontak, seluruh anggota Zodiak yang ada didalam ruangan terkejut mendengarnya.


Itu sebuah hal yang tidak pernah dilakukan seorang Ketua Klub Astrologi sebelumnya.


Lou: "..Maafkan kami, Nagisa. Kami salah tentang dirimu, maaf sudah melukaimu dan temanmu waktu itu. Maaf.." kata Lou sambil membungkuk dalam-dalam.


Diam-diam, Kento memperhatikan mereka dari pojok ruangan dengan sorot mata tajam, seolah tidak puas.


Berbeda dengan Nagisa, yang justru merasakan empati yang mengalir deras dari hatinya. Ia berjalan mendekati Lou dan memeluknya erat.


Nagisa: "Tak apa"


Nagisa: "Kesalahan itu wajar dibuat. Lagipula, kau melakukannya demi seseorang yang kau amat cintai. Jadi itu tidak masalah"


Nagisa: "aku mengerti, dan aku sudah memaafkanmu" jelas Nagisa.


Kento masih menatap tajam Lou.


Lou tersenyum dan memeluk balik. Ia nyaris menangis.


Lou: "Terima kasih" katanya dengan suara yang serak.
Nagisa ikut tersenyum, untuk seketika hatinya menjadi hangat.


Namun kemudian


Nagisa: !


Nagisa merasakan gejolak aneh dalam perutnya, ia melepaskan pelukannya dan mulai kembali memuntahkan darah dengan jarum-jarum kecil.


Rigel: "Nagisa!" Seru Rigel. Ia buru-buru menolong Nagisa agar tidak terjatuh.


Nagisa terus memuntahkan darah.


Rigel: "Nagisa, keadaanmu buruk! Kau tidak bisa begini terus!"


Nagisa: "..Rigel-sama aku tidak apa-apa kok, aku--"


Rigel: "Tidak! Kau harus beristirahat! Leo, bawa Nagisa ke ruang sebelah" perintah Rigel.


Kento: "Baik Ketua" balas Kento.


Ia membawa Nagisa ke ruang sebelah.


Rigel terdiam tidak berkutik.


Rigel: "..Dan saat Layl sudah sadar pula, aku juga akan membuatnya membalas kebaikan Nagisa" kata Rigel, kemudian ia berjalan meninggalkan ruangan.


....................


Sementara itu di ruang sebelah, Kento menemani Nagisa yang masih terus muntah itu dikamar mandi.


Ia tidak berhenti-henti, bahkan rasanya seperti seluruh darah dalam tubuhnya habis ia muntahkan.


Kento mengusap-usap punggung Nagisa, membuatnya agar lebih tenang.


Nagisa terengah-engah.


Nagisa: "...Apa kalau begini terus.. aku bisa mati, ya?"


Kento terdiam.


Kento: "Jangan asal bicara"


Kento: "Tidak ada dari Zodiak yang akan mati. Rigel pasti akan menemukan jalan agar kau cepat sembuh"


Nagisa: "Makasih, Kento. Itu memberiku semangat, tapi kita masih tidak tahu kedepannya-"


Kento: "AKU TIDAK PEDULI DENGAN OPINIMU, NAGISA! KAU AKAN SEMBUH, DAN ITU SUDAH FINAL! OKE?!" seru Kento.


Nagisa terkejut, ia tidak pernah melihat Kento seserius itu.


Nagisa: "Kento.."


Perlahan, Nagisa mengingat mimpi itu.


Batin Nagisa: "Benar juga.. apa itu  cuma mimpi.. atau itu hal lain.. ya?"


Kento perlahan memeluk Nagisa dengan erat.


Kento: "Tidak peduli apa yang terjadi kedepannya, aku akan selalu bersamamu. Dan.. aku percaya, bahkan jika itu.. mustahil.. aku.. aku pasti akan menyelamatkanmu.


Apapun resikonya"


Nagisa tersenyum, lantas memeluk balik dan mengelus rambut jingga Kento.


Nagisa: "..Iya, terima kasih.. pahlawanku"


Pahlawanku.


Kento terdiam sejenak, lalu melepaskan pelukannya dengan berat hati.


Namun justru, ia malah menggendong Nagisa seperti seorang pengantin.


Nagisa: "lho.. LHO?! KAU INI NGAPAIN?!" Seru Nagisa.


Kento: "Ayo, kau harus beristirahat. Aku tidak mau dengar alasan apapun lagi" kata Kento.


Ia kemudian membaringkan Nagisa diatas tempat tidur.


Nagisa: "Hei.. bisakah kau tetap disini? Aku masih belum mau tidur"


Kento: "Sekarang apalagi, Nagisa? Kau mau aku me'ninabobo'kanmu?"


Nagisa: "Ya gak usah lah, sini aja. Kamar ini serem kayak di film suzzana"


Kento: "Apa apamu, deh" Kento memutar bola matanya dan duduk diatas kasur menemani Nagisa.


Nagisa: "Hei, Kento"
Kento: "Kenapa?"
Nagisa: "Kenapa kau tiba-tiba jadi baik padaku, sih?"
Kento: "...Kenapa memang? Gak boleh?"
Nagisa: "Ya kepo kali"


Kento: "Sesama anggota KA ya harus peduli"
Nagisa: "Tapi kok rasanya 'peduli'mu beda ya?"
Kento: "Beda apanya?"


Nagisa: "Ya.. beda aja"


Kento: "Nagisa"


Nagisa: "Eh?"
Kento: "Siapa yang kau suka di KA?"


Suasana hening. Nagisa bangkit dan duduk disamping Kento.


Nagisa: "Hah?"
Kento: "Siapa yang kau suka di KA?"
Nagisa: "Hah?!"
Kento: "Siapa yang kau suka di KA?!"


Nagisa: "hAH?!"
Kento: "SiApA YAnG KaU SUkA dI kA?!1!1!1!"


Nagisa: "Aku tidak suka dengan siapa-siapa kok!"
Kento: "Benarkah?"


Nagisa: "Iya serius!"


Kento: "Bagaimana dengan gelang itu? Kenapa kau memakainya setiap hari? Itu dari Rian, kan?"


Nagisa: "EH?! KOK--"


Kento: "Kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku, Nagisa"


Kento: "Gelang itu dari Rian, kan?"


Nagisa: "Iya"


Kento: "Kau suka padanya, kan?"


Nagisa: "Kaga"
Kento: "Terus kenapa gelangnya masih dipakai?"


Nagisa: "Disuruh Rian, dia ingin aku memakainya setiap saat"


Kento: "...Kenapa?"


Nagisa: "Hmm.. gak tau"


Kento: "Halah, pasti itu cuma alibi untuk menyembunyikan perasaanmu pada Rian kan??"


Nagisa: "Tidak!"


Kento: "Bener?"
Nagisa: "Bener!"
Kento: "Yakin?"
Nagisa: "Yakin!"


Kento: "Yang masa?"
Nagisa: "Yang bener!"


*Kreek*


Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka.


Rian: "Nagisa!" Seru Rian, ia buru-buru menghampiri Nagisa dan memeluknya.


Nagisa hanya terdiam, begitu pun Kento.


Rian: "Syukurlah.. aku dengar semuanya dari Ketua, kau tidak apa-apa?" Tanyanya.


Nagisa: "Iya, terima kasih.."


Nagisa melirik Kento yang nampak tidak senang.


Kento: "Aku.. harus pergi dulu, kalian berdua silahkan bicara saja" kata Kento sambil melangkah keluar kamar.


Nagisa menatapnya bingung.

Comment