61: Live.

Kento meninggalkan ruangan.


Meninggalkan Nagisa dan Rian berdua disana.


Nagisa: "Hei, ngomong-ngomong... habis darimana kau? Matamu sembab"


Rian: "Oh.. aku.. habis dari makam ayahku. Dan setelah dapat kabar tentang dirimu lewat bros, aku buru-buru kesini, aku sangat khawatir.." kata Rian.


Nagisa tersenyum


Nagisa: "aku tidak apa-apa"


Rian: "kau yakin? ia tidak melukaimu? bahkan sedikit pun?" tanya Rian. Nagisa menggeleng.


Nagisa: "tidak. tidak sedikit pun" kata Nagisa dengan mantap.


Rian menghela nafas dan tersenyum,


Rian: "Syukurlah.."


suasana ruangan semakin lengang, setelah hujan berhenti. Nagisa menatap keluar jendela.


Nagisa: "Eh.. udah berenti." kata Nagisa sambil melihat keluar jendela. sinar matahari perlahan muncul dari balik gelapnya awan hitam.


kemudian ia menyambar tangan Rian.


Rian: "Eh, mau kemana kau?"


Nagisa: "Ayo keluar, hujannya sudah berhenti!" seru Nagisa. ia menarik tangan Rian keluar dan bergegas menuju ke taman didepan Mansion.


Nagisa berjalan diatas jalanan yang becek penuh genangan air, sambil terus menendang-nendanginya. sementara Rian terus memegangi tangannya.


Rian: "Nagisa, hati-hati nanti kepeleset" kata Rian.


Nagisa: "Hei, Rian.."


Rian: "ada apa?"


Nagisa: "apa kau sangat menyayangi ayahmu?"


Rian: "tentu saja, aku menyayanginya. aku rela melakukan apapun untuk ayahku" kata Rian.


Nagisa: "kau ini bicara seakan-akan kau ini adalah ayahnya ayahmu saja"


Rian: "ahahah, apa maksudmu?"


Nagisa: "maksudku, biasanya kan yang bicara seperti itu  adalah sosok seorang ayah.." balas Nagisa sambil terus menendangi genangan-genangan air dihadapannya.


Rian: "tidak juga.. bagiku dan ayah, kami akan melakukan hal apapun untuk kebahagiaan satu sama lain" kata Rian sambil menggenggam erat tangan Nagisa.


Nagisa: "aku iri, aku dan papa tidak pernah sedekat itu. kalau pun pernah, itu dulu. sekarang mah orangnya entah dimana" kata Nagisa.


Rian: "aku yakin meski begitu ia masih tetap menyayangimu" kata Rian.


Nagisa: "menurutmu begitu?"


Rian: "tentu saja." jawab Rian.


Nagisa dan Rian terus berjalan menyusuri taman, tanpa mengetahui sebenarnya Kento memperhatikan mereka dari jauh.


Rian memperhatikan gelang darinya yang masih dipakai oleh Nagisa.


Rian: "Nagisa.. kau masih pakai gelang ini?"


Nagisa: "eh.. iya. kenapa? ini kan pemberianmu" kata Nagisa sambil menoleh kebelakang. Rian tersenyum senang.


Rian: "aku senang kau masih memakainya.." kata Rian. Nagisa balik tersenyum.


Nagisa: "tentu saja aku masih memakainya. ini kan hadiah darimu, teman baikku" kata Nagisa.


Rian: "iya.. terima kasih"


saking asyiknya menengok ke belakang, Nagisa tidak fokus berjalan kedepan, dan pada akhirnya terpeleset.


Nagisa: "YAHH!"


Rian: "E-Eh! N-NAGI--"


*BRUK*


Rian berusaha menahan Nagisa agar tidak jatuh. tapi apa daya, Nagisa berat kayak kebo bahkan Rian tak sanggup menahannya.


dan akhirnya mereka jatuh didalam kubangan air berdua.


Nagisa: "aduh.. keseleo.. eh, Rian! RIAN! KAU TIDAK APA-APA?!" seru Nagisa. ia mendarat tepat diatas Rian.


Rian: "aduh.. encokku.."


Nagisa: "Rian! Maaf!" kata Nagisa sambil buru-buru turun dari atas Rian. Rian bangkit duduk dan mengusap pinggangnya.


Rian: "kau tidak apa-apa Nagisa?"


Nagisa: "dasar, aku seharusnya yang tanya. kau baik-baik saja?"


Rian: "jangan khawatir, cuma sakit pinggang" kata Rian sambil mengacungkan jempol dan tersenyum. Nagisa balik tersenyum, saat ini ia tidak peduli tentang kakinya yang keseleo, rambutnya yang basah terkena air genangan, atau kutukan yang masih bersarang didalam tubuhnya.


seakan waktu berhenti.


Nagisa dan Rian menatap satu sama lain untuk beberapa saat.


Namun suasana diantara mereka berubah sesaat ketika Rian mendekatkan wajahnya lebih dekat ke Nagisa.


Nagisa: "Rian?"


Rian: ...


.........................


sementara itu Kento masih menatap mereka dari kejauhan. Kento hanya terdiam, tapi amarahnya seakan mendidih didalam otaknya.


ia hendak berjalan menghampiri mereka berdua, tapi sebelum ia melakukannya seseorang lebih dulu melangkah kedepan.




Serena.


Kento: "kau..?"


Serena: "tak perlu khawatir, aku akan urus mereka. Rigel memanggilmu, aku, Nagisa, dan Rian akan menyusul nanti. tenang saja." kata Serena.


Serena: "aku akan urus mereka" 


Kento menghela nafas dalam-dalam, dan mengangguk.


Kento: "baiklah" jawab Kento singkat padat dan jelas. ia melangkah kembali masuk ke dalam Mansion.  Sementara Serena berjalan mendekati Nagisa dan Rian.


Serena: "Rian, Nagisa" panggilnya. sontak Rian langsung berhenti dan mereka berdua menoleh kearah Serena.


Nagisa: "Serena?"


Serena: "Hei, Rian. aku butuh bicara dengan Nagisa saat ini juga, bisakah kau menyingkir sejenak?" tanya Serena. Rian menatap tajamnya sejenak, lalu bangkit berdiri.


ia mulai berjalan masuk kedalam Mansion, ketika ia melintas melewati Serena, Serena mendengar suaranya berbisik "maaf" dan memudar begitu saja.


kini hanya ada Nagisa dan Serena saja.


Serena: "butuh bantuan?" tanya Serena sambil mengulurkan tangannya dan membantu Nagisa berdiri.


Nagisa: "ya.."


Nagisa: "maaf jika itu membuatmu cemburu Serena, aku tidak tahu apa yang Rian lakukan" kata Serena.


Serena: "aku tidak takut lagi jika Rian memilihmu, Nagisa. tapi yang aku takutkan adalah.." 


Serena berhenti dan memungut bros Nagisa yang bercahaya.


Serena: "aku jauh lebih takut jika tahu kau kehilangan ini" kata Serena sambil memberikan Nagisa bros birunya itu.


Nagisa: "brosku..? apa maksudmu?"


Serena: "Rian sama saja dengan Layl, Nagisa. mereka sama-sama menginginkan bros para zodiak"


Nagisa: "kenapa kau mengatakan itu? darimana kau tahu?"


Serena: "Layl yang mengatakannya, tidak hanya itu. Masada, Keiko, Ayato, dan Kento mengatakan hal yang sama padaku jauh sebelum Layl. awalnya aku juga tidak percaya, tapi entah kenapa aku menyadari sesuatu yang janggal dari Rian belakangan ini."


Nagisa: "dan buktinya?"


Serena: "dengar, Nagisa. katakan padaku, apakah dikondisi seperti ini Layl akan sanggup berbohong?"


Nagisa: "maksudmu.. Layl sudah sadar?"


Serena: "Ya, tapi-- dengarkan aku dulu! Kita tidak boleh mempercayai Rian, atau siapapun terlebih dahulu. sampai semuanya jelas"


Nagisa menatap tajam Serena untuk sementara. ia perlahan mengingat bahwa Kento juga pernah mengatakan hal yang sama padanya dulu.


tapi, entah kenapa. ia tidak bisa menyerahkan diri, percaya begitu saja.


bagaimana pun juga, Nagisa melihat Rian sebagai satu-satunya teman dikelasnya yang mau bicara tulus dengannya tanpa ada niat apapun. bahkan jika itu membuat Nagisa dibuli atau dibicarakan yang buruk-buruk oleh orang lain.


Nagisa melihat Rian sebagai sosok sahabatnya.


Nagisa: "itu artinya aku juga tidak boleh percaya padamu kan?"


Serena: "huh..?"


Nagisa: "maafkan aku, Serena. aku tidak bisa membuka mulut sampai aku melihatnya dengan mataku sendiri kalau Rian benar-benar adalah pemberontak" kata Nagisa dengan kukuh.


Serena terdiam sejenak.


Serena: "kau akan melihatnya, Nagisa. kau pasti akan melihatnya" kata Serena sambil memberikan brosnya kembali pada Nagisa.


Serena berbalik dan masuk kedalam mansion tanpa berkata sepatah kata apapun lagi.


Nagisa tidak bermaksud bicara seperti itu atau membuat Serena marah dengannya. ia hanya tidak bisa dengan mudah percaya bahwa teman baiknya adalah seorang pemberontak.


namun melihat Serena seperti ini juga membuat hati kecil Nagisa tertekan.


ia berjalan kedekat sebuah pohon dan duduk jongkok dibawahnya. Nagisa memeluk kedua kakinya dan memegang erat brosnya.


meski ia tidak tahu bahwa saat ini brosnya dipenuhi kabut hitam.


Nagisa: "aku benar-benar teman yang buruk....."                                                                                                                                                                                                                                                               

Comment