9-You Clouds Rain

Suara hujan membuatku nyaman. Aroma hujan membuatku nyaman. Udara hujan membuatku nyaman. Tapi, satu kenangan ketika hujan tidak membuatku nyaman. Kenapa, karena kamu pergi ketika hujan turun. Meski aku paham jika itu memang sudah sebuah keharusan dan aku bukan seseorang yang berpengaruh terhadapmu.


Apa bisa dikatakan jika aku menyukaimu pada pandangan pertama, karena itu terjadi tanpa kesadaranku. Aku hanya menyukai visualmu saat itu. Bahkan aku tidak mengetahui namamu. Aku hanya tahu dimana kamu berada seperti biasa. Lalu aku akan memerhatikanmu dari tempat yang sama. Memperhatikanmu tanpa ada yang menyadarinya.


Butuh waktu bagiku untuk mengetahui namamu. Saat itu tiba, satu kata terbesit "indah" ketika aku membaca nama lengkapmu untuk pertama kali. Aku begitu mengingatnya, entah karena memang mudah diingat atau karena saat itu aku memang menyukaimu sampai membuatku mudah mengingat namamu. Namamu terdiri dari tiga kata dan ketiganya memiliki keindahan tersendiri ketika kamu yang memilikinya. Bukankah aku terdengar seperti seorang pembual, pujianku terdengar menjijikan.


Entah waktu menolongku atau hari-hari yang berganti memang menjadi semakin baik. Walaupun tidak sering tetapi beberapa kali aku bisa melihatmu dari jarak yang sangat dekat. Kamu tampan dan cantik disaat yang bersamaan. Rambut hitam legam dan alis tebal rapi yang sangat bagus. Hidung mancung dan bibir agak kecil. Rahang yang cukup tajam dan dagu yang imut menurutku. Kamu tahu, bagian favoritku adalah matamu. Itu mata terindah yang pernah kulihat. Hitam, dalam, tajam, dan memiliki kilatan. Kamu tahu, itu pertama kalinya aku memiliki sesuatu yang kuidamkam dan itu ada padamu.


Aku suka senyumanmu, aku suka diammu,dan aku suka wajah tanpa ekspresimu. Aku suka suaramu dan terhitung hanya dua kali seumur hidupku aku pernah mendengarnya. Pertama, ketika kamu bergurau dengan temanmu. Kedua, ketika kamu bertanya padaku apa yang sedang kubuat. Saat itu aku tahu kamu berdiri dihadapanku, sangat dekat. Tapi, aku tidak berani mengangkat wajahku hanya untuk menjawabmu. Aku hanya bersuara dan bersikap sibuk.


Hingga dipenghujung tahun menjadi momen bahwa aku tidak akan bisa melihatmu ditempat yang sama lagi. Kamu pergi tapi, tidak sepenuhnya pergi. Aku tidak merasa sakit saat itu, mungkin karena aku tahu jika kamu hanya mencari tempat baru. Lalu waktu menjawab kerinduanku, kamu muncul dikejauhan dan aku melihat jelas bahwa kamu baik-bak saja. Tapi, siapa yang sangka bukan jika itu akan menjadi peremuan terakhir yang dapat kuingat.


Momen perpisahan sekolah dan tepat satu minggu kematianmu. Kabar yang kudapatkan saat hujan. Kamu tahu, sesakit apa itu. Bahkan air mataku tidak bisa menjelaskannya. Aku tidak menangis, tapi langit menangis. Gelapnya awan tahu rasa yang kupendam dan air hujan mengerti sakit yang kusembunyikan. Rahasia terbesarku yang ku sembunyikan, memendam rasa sendiri tanpa kamu katahui bahkan sampai akhir hayatmu dan tetap tersenyum ketika menyembunyikan cerita kita yang sebenanya untuk menutup pertanyaan orang-orang terhadapku.

Comment