10-When I get Mess

Aku pernah depresi selama beberapa waktu. Aku sempat berpikir jika aku tidak memiliki kemampuan. Mungikin bukan seperti itu, baiklah mungkin bahasaku terlalu kasar. Aku belajar menjadi seorang "performer", aku menikmati setiap waktuku saat itu, dan banyak orang seakan mengakui kemampuanku. Hanya saja, setelah itu sepertinya aku tidak memiliki mental yang cukup. Waktu yang lama, mungkin selama satu tahun. Aku mengalami kasulitan terus menerus.


Banyak kali mencoba dan beberapa diantaranya gagal, sementara yang lainnya seakan lenyap tanpa kabar. Aku sempat merasa jika mungkin saja kesempatanku ada dilain tempat. Aku juga sempat merasa jika mungkin aku tidak memiliki apa yang mereka mau. Apa yang kurasakan yang awalnya kuat semakin terkikis setiap waktunya. Kepercayaan diriku semakin lemah, seakan meluap setiap waktu. Aku berpikir jika sepertinya aku tidak memiliki potensi dimata mereka.


Karena aku sangat pemikir dan itu membuatku sangat kesal. Banyak hal tertahan dariku dan aku merasa jika aku mulai tertekan saat itu. Tidak segala hal membuatku terdukung. Aku memiliki ambisi dan obsesi tapi itu seakan melebur dan membaur menjadi satu emosi yang memakanku. Setiap harinya menjadi semakin besar seperti bola salju.


Aku menjadi semakin buas setiap harinya, mengerjakan apa yang menjadi tujuanku seperti orang gila tanpa kembali perduli dengan pertimbangan orang lain. Tidak semua orang dapat mendengar dan bahkan tidak menutup kemunkinan jika mereka tidak akan percaya dengan ceritaku. Meski mungkin mereka-mereka itu mengaku dekat denganku dan mengakui kenal dengaku.


Sempat ada dalam satu posisi ketika aku benar-benar tertekan, meski tidak separah depresi. Aku menangis saat itu dan aku berpikir jika aku mungkin akan lebih baik menceritakannya. Aku menghubungi seseorang dan mengatakan keluh kesahku, tapi saat itu aku tidak mendapatkan apa yang butuhkan. Kami menjadi akward saat itu dan kurasa jika situasiku saat itu tidak cocok untuknya. Setelah itu, aku tidak merasa lebih baik atau lebih tepatnya gagal untuk merasa lebih baik. Ketika kau stress dan saran terbaik adalah bercerita, percayalah jika itu tidak bekerja untukku. Dan aku mendapatkan kesimpulan jika teman yang mungkin ikut menggila dengaku belum tentu bisa berada difrekuensi yang sama denganku.


Kedua kali, ketiga kali, dan bahkan kesekian kali aku tertekan lalu tidak bisa bercerita dengan siapa pun membuatku benar-benar berada dititik terberat. Sampai akhirnya aku terserang panik dan depresi. Satu-satunya caraku saat itu adalah mengembalikan diriku dalam ketenangan, ketika aku tidak bisa mendapatkan itu dari manusia maka aku mencarinya ditempat lain. Aku mecarinya pada Tuhan, satu-satunya yang mendengarkanku dan tahu persis apa yang menyakitiku.


Saat itu aku benar-benar menangis dan tidak ada satu orang pun yang tahu betapa sulitnya keadaanku saat itu. Menghadapi penyakit mental tanpa ada penanganan dari seorang ahli dan hanya bermodalkan sedikit harapan untuk bercerita ditempat yang tepat. Dan sesuatu seakan meraihku dari kubangan hitam yang melilitku. Tidak menyelesaikan masalahku tapi memberikan kelegaan dan ketenangan padaku setelahnya. Aku berdiri kembali dengan sisa-sisa air mata. Kekuatan itu begitu kuat meski kecil, menyelamatkanku dengan sangat mudah. Aku bersyukur karena saat itu merasa benar-benar diselamatkan. Karena jika tidak, mungkin aku juga akan mengkonsumsi obat untuk bertahan atau malah akan mati mengenaskan.


Aku kembali berpikir tenang dan melakukan apa yang aku ingin lakukan dengan lepas tanpa ada rasa takut. Meski masih ada hal-hal yang buruk berdatangan, aku merasa tidak masalah. Beberapa hal memang tidak bisa kita atasi dan itu salah satu hal yang tidak bisa kuatasi. Aku benar-benar marasa beruntung, hehe...


Aku meciptakan gayaku dan karakterku, meciptakan karya yang aku rasa tidak terlalu akan dilihat orang lain. Tapi, aku merasa puas dengan itu. Aku mengeluarkan apa yang menumpuk didalam kepalaku dan membuatnya menjadi nyata. Membentuk bukti fisik bahwa aku membuatnya adalah satu penghargaan dariku untk diriku sendiri dan aku benar-benar merasa senang. Aku memiliki sesuatu, maski aku tahu jika akan banyak hal kurang baik atau malah akan menggangguku datang dibeberapa momen. Tapi, aku pikir jika tidak masalah jika ada yang mengkritik sekarang. Karena proses setiap orang berbeda, mungkin kita pernah berada disituasi yang sama tapi sikap kita untuk menanganinya menjadi pembeda. Aku rasa, bukan salah keadaan atau apapun itu. Tapi, aku rasa jika aku terlalu memaksakan diri terhadap sesuatu membuat Tuhan cemburu padaku. Aku mengejar sesuatu yang bahkan bisa diberikan-Nya secara cuma-cuma. Aku menyesal, ada penyesalan saat itu. Dan aku percaya ketika aku memperbaiki hubunganku yang satu itu maka aku akan baik-baik saja meski saat itu aku tidak memiliki apapun.

Comment