3-Curhat

Mana yang harus ku dulukan. Senang karena kamu selalu berbagi cerita, merasa berguna karena aku adalah tempatmu mengeluarkan keluh kesah, atau miris karena cerita yang harus ku dengar adalah tentangmu dan kekasihmu. Kamu tak tahu bagaimana rasa bosan dan marahku terhadap kelakuan bodohmu. Tapi nyatanya itu yang selalu ku hadapi.


Menatapmu diseberang meja aku menyukainya, tapi tidak dengan wajah frutasimu. Mendengar suramu aku menyukainya, tapi tidak dengan keluh kesahmu. Bertemu denganmu aku menyukainya, tapi tidak untuk membicarakan kekasihmu. Bersama dengamu aku menyukainya, tapi tidak dengan menghadapi keadaan konyolmu. Bahkan uap dari cangkir kopi terasa lebih menyenangkan.


Deretan kata-katamu membuatku semakin berpikir. Setiap kalimatmu membawa perasaanku agar semakin menjauh darimu. Katakan aku adalah sosok yang sudah menyerah, tapi itu tidak sepenuhnya benar. Ya, aku menyukaimu dan aku senang kamu mengingatku sebagai tempat untuk brcerita. Tidak, karena aku terlalu muak mendengar kisah romansamu yang terdengar menyedihkan. Apa itu layak untuk dikatakan love-hate relationship, karena aku merasa masih menimbangnya dan tidak ada yang lebih berat.


Mungkin terlihat menarik tidak dapat menarik atensimu, lalu aku lelah menjadi cantik. Menjadi anggun tidak dapat menarik ingatanmu, lalu aku lelah menjadi feminin. Bersikap manis tidak dapat menarik perasaanmu, lalu aku lelah bersikap manis. Menjadi loyal tidak dapat menarik hatimu, lalu aku lelah bersikap perduli. Aku kurang nyaman dengan banyak riasan di wajahku. Menjadi anggun tidak sesuai denganku yang teralu bar-bar. Bersikap manis bertentangan denganku yang selalu bersikap sesuka hati. Loyalku terbatas dan semua orang mendapatkan porsinya masing-masing dan perlahan akan habis jika tidak terbalas.


Ketika pada akhirnya aku lelah dengan semunya yang ada padamu, aku tertawa getir. Bukan untuk merutuk padamu tapi pada kekonyolanku. Kuku yang mengetuk meja menjadi bukti jika aku sudah cukup berpikir. Tersenyum padamu hanya agar terlihat lebih manusiawi. Sampai pada aku bertanya padamu bagaimana denganku dihidupmu. Dan kamu menjawab "You are my best friend"


Itu memuakkan, memutuskan untuk memberi saran yang terbaik hanya akan merusak kita. Dan sekarang itu tidak masalah lagi. Matamu melotot ketika aku menyarankan agar kalian berakhir menandakan bukan itu yang ingin kamu dengar. Tidak ada respon balasan cukup untukku memahami resiko. Aku puas dengan rasa tidak puasmu.

Comment