Love Ties. Oikawa Tooru

#Petang
#Tokyo
#Di sebuah cafe


Oikawa memainkan ponselnya. Ia tengah mencoba menenangkan diri dan menyiapkan mental. Perasaannya bercampur aduk antara kesal, sebal, gengsi, dan juga terpaksa. Meski begitu Oikawa tak punya pilihan lain. Mau tak mau ia harus menemui orang ini.


Ting


Sebuah notifikasi pesan muncul di layar ponsel Oikawa. Dan tentu saja ia kesal melihat nama dan isi pesan yang tertera di sana. Namun, sekali lagi, Oikawa tak punya pilihan lain lagi. Dengan malas Oikawa membuka pesan itu dan membalasnya. Kini ia hanya perlu menunggu si pengirim pesan memasuki cafe.


"Hisashiburi. Oikawa-san"


Sapaan itu membuat Oikawa langsung merinding. Bukan karena takut tapi karena kesal. Oikawa lalu menoleh ke asal suara dan memasang senyum palsu andalannya untuk menutupi perasaan campur aduknya.


"Hisashiburii... Tobio-chaan" Oikawa.


Tobio lalu mengangguk dan duduk di seberang kursi Oikawa. Mereka pun berhadapan. Oikawa mengubah ekspresinya menjadi datar. Kini, ia sungguh merasa kesal. Soalnya, kouhainya yang satu ini, Kageyama Tobio, sudah terlihat jauh lebih berkembang. Apalagi dengan pamornya sebagai atlet nasional Jepang.


"Humph! Aku juga atlet nasional, nggak perlu khawatir Tooru, pamormu lebih unggul dari Tobio-chan" Pikir Oikawa menghibur diri sendiri.


Seorang pelayan cafe lalu mendekat ke meja Oikawa dan Tobio. Tobio lalu melihat sejenak daftar menu yang tersedia dan memilih pesanan. Oikawa masih diam dan menatap datar, setengah sebal pada Tobio. Setelah pelayan itu pergi, Oikawa langsung buka suara.


"Tobio-kun... aku tak ingin basa-basi dan langsung ke inti-nya saja. Soalnya, aku ada keperluan lain nanti" Oikawa


"Haik. Saya juga sebenarnya sedikit sibuk hari ini. Tapi, tidak apa, masih ada waktu" Tobio.


"Urrgh.... dia ini masih aja menyebalkan..." batin Oikawa


Tobio lalu menatap datar ke arah Oikawa. Sementara, Oikawa sejenak menarik nafas panjang, membuangnya, dan nampak berusaha tenang. (Sok cool)


"Jadi dengarkan perkataanku baik-baik. Aku ingin meminta restu darimu dan aku ingin kita akur. Soalnya, aku menyukai (name)-chan. Dan aku ingin menunjukkan keseriusanku dalam hal ini." Oikawa


"Sou desu ka? Ya... saya sudah tau kalau Oikawa-san menyukai (name) sejak dulu. Jadi tak heran lagi. " Tobio


💢💢💢


Oikawa seketika kembali kesal. Ia ingin sekali menjitak kepala kouhainya yang satu ini. Namun, rasa kesalnya teralihkan oleh pelayan cafe yang mengantarkan pesanan ice coffee dan kue red velvet pesanan Tobio. Oikawa pun kembali menghela nafas panjang seraya memijit pangkal hidungnya. Sementara Tobio dengan tenang memakan kuenya, dan menyeruput ice coffenya.


"Dakaaraa... Tobio-chan... aku ingin lebih serius mengenai ini... Sekarang, aku tak lagi sekedar bermain-main dalam hal perasaanku untuk (name)-chan" Oikawa. Menatap Tobio, datar.


"Jika Oikawa-san mau serius, kan, sebaiknya menemui orang tua kami." Tobio.


"Ah.. aku tau. Tapi sebelum itu, aku mau akur dulu denganmu. Aku ingin kau menyetujuinya dulu. Soalnya aku yakin, dari sekian orang di rumahmu, kaulah yang paling dekat dengan (name)-chan." Oikawa.


"Sou... Sebelum itu, saya ingin bertanya pada Oikawa-san. Bagaimana bisa ? perasaan Oikawa-san pada (name) sejak SMP itu, masih tetap sama hingga sekarang?" Tobio.


"Aku.. tidak tau kenapa. Tapi, sosok yang selalu terbayang di benakku hanyalah (name)-chan. Sejak aku kesal padamu dan Ushiwaka, aku termotivasi untuk semakin berusaha lebih keras, agar bisa meraih karir impianku. Jadi, karena itulah aku pergi ke Argentina. Dan.. ya.. seperti yang kau tau sekarang, aku sudah jadi anggota timnas Argentina. Kau tau, saat aku mendengar jika (name)-chan pergi ke Perancis, itu sering membuatku overthinking. Mungkin, itu karena rasa cintaku padanya yang begitu dalam ini." Oikawa.


"Sou.." Tobio. Lanjut makan kue. Sektika Oikawa menjadi dongkol.


"Tobio-chan... jujur ya.. sebenarnya aku juga males melakukan pendekatan dan mengakrabkan diri denganmu. Tapi, (name)-chan itu saudari kembarmu. Jadi kita mau tak mau harus akrab. Aku tak punya pilihan lain." Oikawa.


Oikawa menatap Tobio yang duduk di hadapannya dengan ekspresi jengah. Tobio lalu balik menatap Oikawa dan menghela nafas panjang.


"Apa Oikawa-san pernah terfikir kenapa saya begitu protektif pada (name)?" Tobio


"Ya.... aku selalu berfikir kau itu berlebihan dalam menjaganya. Tapi, selain itu, aku juga yakin kalau kau punya alasan tersendiri. Memang apa alasannya?" Oikawa


"Sejak kecil (name) sudah sering sekali diremehkan oleh orang lain. Ia begitu rapuh, dan setiap kali saya melihat senyumnya yang dipaksakan, atau saat ia menangis, itu selalu membuat hati ini sakit. Saya lalu bertekad untuk selalu menjaganya, sekaligus menjauhkannya dari orang-orang yang menurut saya berpotensi menyakitinya." Tobio


"Jadi.. kau mau bilang aku salah satu orang di dalam kamus blacklistmu itu?" Oikawa. sebal.


"Haik." Tobio


Jederrr


Oikawa seketika sebal, kesal, sekaligus sedih. Ia bingung harus berkomentar apa lagi. Sementara, Tobio dengan tenang meminum ice coffeenya.


"Oikawa-san adalah seorang yang hebat, karena itulah Oikawa-san menjadi orang yang sangat populer. Oikawa-san juga bisa menjadi sangat ramah dan terkesan suka menggoda cewek-cewek yang ada di dekat Oikawa-san. Jadi, alasan saya memasukkan Oikawa-san dalam kamus blacklist adalah, karena saya takut (name) hanya akan dijadikan mainan saja oleh Oikawa-san." Tobio. Oikawa terdiam dan merenung.


"Seburuk itukah reputasiku dimatamu, Tobio-chan.. " Oikawa.


"Ah.. sou desu." Tobio.


"Tapi, kalau soal hati, saya tak bisa banyak memaksa (name). Semua itu adalah keputusan (name) sendiri. Sebagai kakaknya, saya hanya bisa mendukung keputusannya. Saya hanya ingin (name) bahagia." Tobio


"Maksudmu? kau mau bilang kalau mungkin aku punya kesempatan? Yah.. kalau memang misalnya (name)-chan menolakku, aku juga tak akan menyerah dulu sebelum..." Oikawa.


"Tidak. Bukan itu, Oikawa-san." Tobio langsung memotong kalimat Oikawa dan mengambil ponselnya.


Setelah beberapa menit, Tobio lalu menunjukkan layar ponselnya pada Oikawa. Oikawa lalu dengan tenang membaca tiap pesan yang terpampang di layar ponsel Tobio. Seketika Oikawa membelalakkan mata, dan ngehang. Tobio hanya tersenyum, dan melanjutkan scroll chat yang terpampang di ponselnya agar dibaca oleh Oikawa. Oikawa, semakin membaca pesan itu, semakin merona.


"W... WAKATAA WAKATTA! S.. S.. SUDAH! sudah cukup... jangan beritau lebih lanjut lagi. I.. Itu.. tidak baik untuk jantungku.." Oikawa.


Oikawa sudah merah padam, salting, panik dan nyaris menangis. Ia buru-buru meminum kopi yang sudah dipesannya tadi. Sementara, Tobio lalu meletakkan ponselnya kembali ke dalam sakunya dan kembali meminum minumannya.


"Oikawa-san. Saya tak pernah bermain-main jika menyangkut (name). Dia adalah adik yang sangat saya sayangi. Jadi, jika Oikawa-san sudah membulatkan tekad. Ada yang ingin saya sampaikan. Tolong jaga (name)." Tobio, senyum ramah


----------------


*


*


*


*


*


*


*


---------------


#5 bulan kemudian
#Tokyo
#Malam
#Di depan kawasan pertokoan


"Oh.. (name)-chaaan! Hishashiburii" Oikawa. Penuh aura bunga-bunga.


"Tooru-senpai.. Hisashiburi desu.." (name). Senyum


"Hiks.. Sudah lama sekali ya kita tidak meet up, hu hu... Aku kangan banget sama (name)-chaan..." Oikawa. Peluk (name), akting nangis alay.


"Yah... mau bagaimana lagi, saya kan kuliah di Perancis. Lalu, Tooru-senpai berada di Argentina. Sekalinya pulang ke Jepang pun, belum tentu kita bisa bertemu. Tapi, sekarang sudah bisa bertemu kan? Senpai.." (name).


"Yah.. (name)-chan benar.. LDR itu sungguh menyiksa batinku.. Jyaa! Kita otw ke restorannya! Okay..." Oikawa, lepas pelukan, dan menarik pelan (name)


----------------


*


*


*


*


----------------
#Di restoran mewah


Oikawa mengajak (name) ke sebuah restoran mewah. Ia memesan meja di lantai 3, dan suasananya sangat sepi. Seluruh meja di lantai ini kosong, kecuali meja yang dipesan Oikawa. (name) awalnya agak merasa aneh dengan kondisi ini, tapi setelah melihat beberapa staf restoran yang cukup banyak di area ini, ia pun tak menghiraukannya.


"Ta daaa... aku membelikan ini untuk (name)-chan... ini hadiah dariku atas kelulusan (name)-chan. He he maaf ya.. telatnya sampai 2 bulan lebih dikit." ujar Oikawa seraya memberikan kotak hadiah.


"Ha ha ha.. Tidak perlu khawatir, Oikawa-san. Lalu, terima kasih atas ucapan dan hadiahnya." (name). Oikawa hanya mengangguk dan menguarkan aura penuh bunga-bunga.


Tak lama kemudian, Oikawa dan (name) segera memesan makanan. Keduanya pun berbincang hangat seraya menikmati hidangan, dan suasana malam kota Tokyo.


Beberapa saat kemudian..


"Oh iya, 1 minggu lagi akan ada pertandingan Voli Internasional kan, Tooru-senpai? Jepang melawan Argentina. Apa Tooru-senpai kemari bersama rekan tim voli Argentina?" (name)


"He he.. Iyaa.. (name)-chan benar. Timku, akan bertanding melawan timnya Tobio-chan. Muahahaha... Aku tak sabar ingin menghancurkan timnas Jepang. Ah.. lalu.. kalau aku kemari sendirian. Jadi aku izin berangkat duluan, soalnya ada urusan yang sangat penting" Oikawa.


"Sou... hmm.. saya jadi bingung mau mendukung tim Tobio-nii atau tim Tooru-senpai. Ha ha.. Saya akan melihat pertandingannya." sahut (name) seraya kembali memakan dessertnya. Oikawa berhenti memakan pudingnya dan menatap (name).


"(name)-chan... aku ingin mengatakan sesuatu..." Oikawa.


"Kau tau, sejak pertama kita bertemu, aku sudah sangat menyukai (name)-chan. Saat itu, saat aku sedang sedih dan (name)-chan datang sebagai penyelamatku. (name)-chan tau? seiring aku mengenalmu, perasaan ini, rasa sayang ini, semakin bertumbuh di hatiku. Lalu, aku ingin tau, apakah (name)-chan juga merasakan hal yang sama denganku." Oikawa.


"(Name)-chan..  Aku, aku bersungguh-sungguh. Aku, aku sangat menyayangi (name)-chan, aku ingin (name)-chan jadi milikku seorang. Dan... kau tau... karena jarak kita yang jauh, aku sering overthinking saat membayangkan (name)-chan jatuh cinta ke lain hati." Oikawa.


"Jadi.. (name)-chan... Sekarang aku ingin membuktikan kesungguhanku itu." ujar Oikawa, seraya mengambil sebuah kotak berisi cincin dari sakunya.


"(name)-chan... Will you marry me?" Oikawa


(name) sejenak terdiam. Ia lalu tersenyum manis dan mengangguk. Oikawa membeku, ia mulai berkaca kaca, dan sejenak menutup wajahnya.


"Hiks... kebaikan hati (name)-chan selalu membuat hatiku meleleh. Aku.. hiks.. arigatou.. (name)-chan." Oikawa, ia lalu mengusap wajahnya dan berusaha tersenyum. lalu memasangkan cincin di jari manis (name).


Setelah itu Oikawa mengganggam lembut kedua tangan (name), dan menatap matanya. (name) pun balas menatap Oikawa. Perasaan Oikawa bercampur aduk, haru, tentram, damai, dan ia agak salah fokus pada bibir ranum (name).


"Saya.. juga sudah lama menyukai Tooru-senpai." (name)


Oikawa, semakin terpaku pada mata (name) setelah mendengar kalimat itu. Lalu, entah dapat keberanian dari mana, Oikawa mulai menggerakkan tubuhnya untuk mendekat ke arah (name).


"Bibir ranum itu... boleh kucium kan?" Oikawa.


Oikawa mendekat, semakin dekat semakin dekat, hingga jarak wajahnya dengan (name) hanya sekitar 5 cm. (name) pun hanya diam dan menatap Oikawa. Oikawa sejenak tersenyum, lalu memejamkan mata. Ia membayangkan bibirnya yang akan segera menyentuh bibir (name). Namun...


*


*


*


*


*


"Oh! Oikawaa!"


"Yoo! Oikawa!"


"Oii--Japanese--Kawa!!"


"Te estamos buscando, tu sabes!"
("Kami mencarimu looh")


"vamos a cenar juntos, con el equipo! Ooeey!"
("Ayo makan malam bareng-bareng sama seluruh anggota tim")


Suara sapaan rombongan pria itu membuat Oikawa kaget bukan kepalang, ia langsung buru-buru membenarkan posisi duduknya dengan wajah yang merah padam. Efek rasa kesal sekaligus malu. Ia pun spontan menatap tajam ke arah rombongan pria yang mendekat ke mejanya itu. (name) pun ikut menatap ke arah rombongan itu.


"Oh! Oikawa... who is this beautiful angel?"
("Oh! Oikawa... siapa malaikat cantik ini?")


"Eres tan linda chica, señorita"
("Anda sangat cantik nona")


Seketika Oikawa bete.


"Thank you, Gracias. si los caballeros son compañeros de equipo de Tooru?" (name)
("Terimakasih. Apakah tuan-tuan sekalian rekan tim Tooru?")


"Wow.. wow.. wow.. you can understand Spanish?! miss? That's awesome!"
("Wow.. wow.. wow.. anda bisa bahasa spanyol?! nona? Itu luar biasa!")


"Oh! Muy Intelligente! eres gran señorita!"
("Oh, sangat genius, anda sungguh hebat nona")


"Ha ha ha... well yes, we are, Oikawa's teammate. You know, Argentina's team. We'll join the competition in a weeks."
("Ha ha ha.. yah... iya. Kami adalah rekan tim Oikawa. Anda tau, tim Argentina. Kami akan ikut kompetisi seminggu lagi.")


"Guys...wait! ¿Por qué están ahora en Japón? y'all said will go here in next 2 days right?" Oikawa pasang wajah bete.
("Guys... bentar! kenapa kalian sekarang udah ada di jepang? kalian bilang akan ke Jepang 2 hari lagi kan?!")


"Ah... we want to come here today. We are just arrived"
("Ah.. kami ingin ke Jepang hari ini. Kami baru saja nyampe"


"We want to surprise you man.. thats cool right! im always courius about japan."
("Kami ingin memberi kejutan untukmu, Man... itu keren Kan? Aku selalu penasaran dengan Jepang.")


"Oh wait... don't tell me, now you're in a date with this miss? Oikawa?"
("oh tunggu... jangan bilang, kalau sekarang kau sedang kencan dengan nona ini, Oikawa")


"sí, Pedro.."Oikawa. (menatap tajam rekan timnya)
("Iya, Pedro..")


"So.. uhm.. we all, are.. ruining your moment? with her?"
("Jadi.. ehm.. kami.. ganggu?")


"Yes, Michael!" Oikawa. Sebal.


"Woo.. woo.. man.. i'm sorry. Keep calm, keep calm."
("Woo... woo.. man.. aku minta maaf. Tenang, tenang.")


"Está bien, está bien, cambiaremos de lugar." Pedro.
("Okee.. Okee.. kami akan pindah tempat")


"See yaa.. you two... Enjoy your dinner"
("sampai jumpa.. kalian berdua.. nikmati makan malam kalian")


Rombongan tim Argentina itupun lalu pergi, di depan pintu sana, sudah ada banyak sekali pelayan yang nampaknya protes kepada mereka karena seenaknya nyelonong ke tempat yang dibooking Oikawa ini. Oikawa langsung terlihat frustasi. Sementara (name) terkekeh pelan.


"Tim Argentina itu, lucu juga ya.. Tooru-senpai." (name)


"Ehm.. ya.." Oikawa. Tak lagi semangat.


Chuu


Oikawa sangat kaget saat merasakan pipinya tersentuh sesuatu yang lembut. Ia masing ngehang.


"(name)-chan..." Oikawa


"Cium di pipi dulu ya, Tooru-senpai. Kalau mau di sini... nanti kalau kita sudah resmi menikah." Ujar (name) seraya menunjuk bibirnya. Oikawa langsung merah padam


"A.. A AKU PAHAM! IYAA... ITU.. aku.. aku tadi... itu.. P.. POKOKNYA! KITA AKAN SEGERA MENIKAH! S.. Setelah aku mengalahkan Tobio-chan dan timnya, langsung di stadion juga! NGAA MASALAH!" Oikawa.


---------------


*


*


*


*


*


*


*


*


*


*


*


----------------
#6 bulan kemudian
#Argentina
#


Di sebuah rumah


Tooru yang sudah terbangun lalu menatap seorang gadis yang ada di dekapannya. Ia pun mengelus pelan rambut raven gadisnya, (name). Tooru begitu senang, setiap teringat jika ia dan (name) baru saja menikah kemarin. Tak lama, (name) mulai menggeliat pelan.


"Buenos dias, mi amor..." Tooru.
(selamat pagi, cintaku/sayangku)


(name) yang setengah mengantuk perlahan membuka mata. Ia pun tersenyum saat melihat wajah Tooru.


"Si, buenos dias" (name)
(iya. selamat pagi)


"Esta mañana, ¿quieres beber leche o café?" Tooru.
(Pagi ini, mau minum susu atau kopi?")


"Un vaso de leche, por favor" (name)
(segelas susu, please)


"Que tal el desayuno?  ¿Qué quieres comer? carne, pescado, fruta o pan?" Tooru
(Bagaimana dengan sarapannya? mau makan apa? daging, ikan, buah atau roti?)


"Pan con queso, por favor" (name)
(Roti dengan keju, please)


"Ha ha ha... kemampuan bahasa asingmu sungguh luar biasa, (name)-chan... Padahal juga masih ngumpulin nyawa gitu, tapi bahasa spanyolnya mulus. Lalu, sekarang kau jadi suka roti keju ya? efek kelamaan di Perancis kah?" ujar Tooru seraya mencium bibir (name)


"Tooru lupa ya, kalau aku sudah suka belajar bahasa asing sejak SMP? Lalu, kalau bahasa Spanyol, aku sudah belajar dasar-dasarnya sejak kelas 1 SMA. Jadi sudah terbiasa" (name)


"Ha ha ha sepertinya (name)-chan sudah punya feeling kalau bakalan tinggal di Argentina ya?" Tooru.


"Chigau yoo... ha ha ha... saat itu, aku random aja belajar bahasa spanyol setelah belajar bahasa Jerman." (name)


Tooru kembali menatap (name) yang masih setengah mengantuk. Ia lalu menangkup pipi kiri (name) dan mengelusnya. Aura bunga-bunga pun kembali bermekaran di sekitar Tooru.  Setelah itu ia mengeratkan pelukannya pada tubuh (name), dan menciumnya lagi.


"Tapi.. Aku senang sekali, akhirnya (name)-chan sungguhan jadi istriku." ujar Tooru seraya mencium (name) lagi.


Puk


Jemari yang lembut itu menutup bibir Tooru dan mendorongnya pelan. (name) yang setengah mengantuk itu menatap ke arah Tooru.


"Jangan memelukku terlalu erat, lalu jangan menciumku terus.. Tubuhku masih sakit semua." (name)


Tooru lalu melonggarkan pelukannya dan mengganggam tangan (name) yang menutup bibirnya.


"He he.. gomen..." Tooru.


"Karena hari ini libur, Kita tidur aja seharian. Nanti kalau lapar, aku akan pesan makanan. Ya..?" Tooru.


"Uhm.. Aishiteru, Tooru... selamat tidur." (name), kembali terlelap.


"Aishiteru, (name)-chan.."


------------THE END------------

Comment