1. Jurang pembatas

Disclaimer : Mobile Suit Gundam 00 adalah milik studio Sunrise dengan Yosuke Kuroda sebagai penulis dan Yun Kouga sebagai Ilustrator. Lord El Melloi II case files dibuat oleh Sanda Makoto dan Mineji Sakamoto, serta merupakan bagian dari Fate series dan Nasuverse dengan Kinoko Nasu sebagai pengarangnya. Lalu, fanfiksi ini merupakan milik saya pribadi, Runni001. Kesamaan karakter, latar, tempat, alur cerita merupakan kebetulan semata. Semua karakter dari cerita ini adalah pinjaman dari kedua franchise tersebut untuk mengisi ilustrasinya.


Peringatan : Cerita ini adalah prekuel, sebelum kejadian "Setitik embun dibalik salju" . Jadi, ada baiknya membaca karya sebelumnya terlebih dahulu sebelum mampir kesini. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan dan dimohon untuk tidak sungkan berkomentar bila ada yang kurang (masih penulis baru). 


.


.


Selamat membaca!


.


.



Hari itu, semua kembali berduka. Mata tertuju pada layar monitor yang menunjukkan mayat-mayat yang terlempar kesana-kemari setelah terkena hantaman musuh. Ingin rasanya melawan, namun apa daya tubuh ini tak sanggup untuk menopang.


Karena kami ini... hanyalah manusia. Sekuat apapun kami, hanya inilah yang bisa dilakukan. Memang tidak berguna, ya? Tapi anehnya, manusia bertahan selama berabad-abad, hingga detik ini. Apa salahnya berharap hal yang baik, meski melalui perjuangan perih semacam ini? Ego manusia itu benar-benar keji layaknya binatang dan jadi keras kepala disaat terdesak, semua itu hal yang lumrah, bukan?


.


.


.


Counter Force, organisasi rahasia yang memiliki tugas untuk mengadili kejahatan di muka bumi dan membuatnya kembali stabil sesuai peperangan yang dilakukan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Dibandingkan dengan pahlawan keadilan, kami lebih terlihat layaknya pembersih kekacauan.


Disini, orang-orang dipisahkan menjadi 'pengguna sihir' dan 'non pengguna sihir' . Mereka yang ahli di bidang sihir akan melaksanakan eksekusi misi dan sisanya membantu dari jarak aman. Terdengar sederhana? Memang, itu wajar. Tetapi, kenyataan tidaklah semanis itu karena semakin hari kesadaran terasa semakin jauh. Layaknya mati rasa, tubuh ini sudah kebal terhadap rasa sakit, baik itu fisik, psikis, dan mental. 



"Jadi maksudmu... kita sendiri yang mulai menjauh dari kemanusiaan itu?" rekannya, Liu Mei terlihat bingung dengan pemikiran seorang Lyle.


"Iya. Sebenarnya aku juga tidak menyangka kalau benar-benar menyatu dengan Alaya berakhir seperti ini."


"Tapi kau sudah melaksanakan kontrak, bukan? Yang melanggar akan dihapus ingatan dan eksistensinya."


"Aku tahu soal itu. Tapi, tetap saja hal ini hal ini bisa merugikan kita suatu saat nanti,"


"Hoo... begitu rupanya. Kau menunjukkan sisi lemahmu juga."


"Aku ini manusia, jadi maaf saja bila aku tidak sesempurna yang kau bayangkan nona," jawabnya setengah bercanda.


Mereka berdua adalah agen rahasia yang bekerja untuk Counter Force, dan setiap anggota disana disebut dengan Guardian. Setelah melaksanakan misi, biasanya para agen beristirahat sembari menunggu misi berikutnya.


Kriiiing! telepon pria itu berdering dari sakunya. Ia mengangkat panggilan itu dan terdengar suara wanita yang ia cintai tengah menunggunya di lobi utama.


"Aku pergi dulu, sampai jumpa di misi berikutnya." 


.


.


Ruang lobi dipenuhi kerumunan pasukan yang baru kembali dari bertugas, mereka yang tiba terlihat menahan wajah sedih dengan terlihat sibuk menanyakan kondisi pasukan lainnya. Beberapa dari mereka terluka parah dan segera dibawa ke ruang kesehatan, sementara yang tidak terkena luka menunggu kepastian kondisi terkini.


"Anne!" Lyle memanggil lalu menghampiri seorang wanita bersurai lavender yang terlihat tegang menunggu kabar. Wanita itu menoleh dan segera memeluk erat tubuh pria itu. Wajahnya terlihat kusut dihiasi debu, irisnya mengisyaratkan kekhawatiran. Lyle dengan perlahan mengelus kepala wanita yang ia cintai itu, ia tak ingin mahluk yang berada disisinya ini merasa tak aman.


"Jane... dia masih disana, dia menyelamatkan kru yang lain dan aku..."


"Sssh... tenanglah, Jane akan baik-baik saja, percayalah."


.


.


Lokasi : Tambang minyak laut bebas


Cling


Klank 


Sreeeet


Bunyi gesekan senjata tajam beradu terdengar memekakkan telinga, tersebutlah dua orang beradu saling mencari titik lemah dengan senjata andalan masing-masing. Sebuah pedang dan sebilah katana terlihat bergesekan diatas lantai beton


"Aku tidak menyangka kau bisa bertahan sejauh ini, wanita jalang."


"Mungkin aku sebenarnya lebih rendah dari itu, jangan terlalu melebih-lebihkan,"


"Tch," serangan lain kembali dilancarkan dan hampir mengenai mata. Serangan sang pengguna pedang berbalik kearahnya dan menujah perutnya.


Splat! 


Sang pemilik katana berhasil menusukkan senjatanya dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, namun meleset dari arah awalnya, yaitu jantung. 


"Aku menang," ucap pengguna pedang tersenyum. Refleks dengan ucapannya, ia mendorong sang pemilik katana ke lautan luas, dimana seekor hiu putih menunggu makanan setelah mencium tetesan darah yang jatuh ke laut.


"Sialan!"


Byur


Dengan sigap hiu itu menelannya. Sedangkan sang pengguna pedang tergeletak tak berdaya dengan luka serius di sekujur tubuhnya bercampur dengan keringat. Nafasnya tertatih-tatih dan wajahnya menghadap kearah langit malam yang kelabu. Tak lama berselang, beberapa orang menemukannya tak sadarkan diri dan segera melarikannya ke kantor pusat.


"Lukanya benar-benar parah, orang ini benar-benar nekat." Nightingale Florence, kepala perawat Counter Force terlihat jengkel dengan luka-luka yang dibawa orang itu. Tetapi, secercah senyuman mengalir darinya. "Meski begitu... lukanya tidak lama lagi akan sembuh. Aku sangat berterimakasih atas bantuanmu, tuan Tsushima."


"Ah, tidak apa-apa, nona Florence. Aku juga berterimakasih padamu."


.


.


"Jane... kau selamat!" Anne terlihat sangat senang mendengar rekannya selamat dari percobaan pembunuhan berantai. Wanita itu, Jane terlihat hanya bisa menghela nafas sembari melihat kondisi di sekelilingnya. "Yah, sebenarnya aku hanya beruntung, hehehe..."


"Kau benar-benar nekat sampai menghadapinya sendirian. Sebelas dua belas dengan Shuji kau ini," Lyle melihat rekannya hanya bisa terkekeh sambil mengunyah pisang yang ada di tangannya.


"Tunggu, itu buah yang ada di mejaku kenapa kau ambil, Lyle?!?" Jane yang kembali pulih mengeluarkan emosinya dengan menggebu-gebu. 


"Soalnya tidak dimakan sih... Jadi ya, aku habiskan saja. Tenang, hanya satu sisir kok."


"Dasar agen sialan...."


"Anu, kalian berdua jangan ribut disini..." Anne berusaha menenangkan mereka berdua yang ribut. Karena upayanya gagal, Nightingale datang dengan membawa jarum suntik sebagai ancaman terakhir agar tidak ribut. 


"Ampuni kami, Nightingale..."


Suasana di kantor pusat tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih. Setelah penyerangan di tambang, mereka segera memperketat pengawasan dan mencari anggota baru untuk direkrut, karena tak ada lagi waktu untuk bersedih atau merenung.


.


.


Jane yang telah pulih segera kembali menjalankan misi, dan untungnya kali ini hanya mengawasi jalannya sebuah festival di New York. Selain itu, kali ini ia bersama Shuji Tsushima, salah satu anggota terkuat dari Counter Force yang dikenal dingin dan tegas.


"Luka tubuhmu, apa sudah membaik?"pria itu bertanya sambil mendekatkan wajahnya kearah wanita itu.


"Eh? Aku? Ah, sudah nggak apa-apa kok. Aku dengar dari Nightingale bahwa kau menolongku bersama rekan lainnya. Terimakasih banyak." jawabnya agak kaget karena tiba-tiba pria itu mendekat.



 "Seharusnya aku yang bilang begitu. Usaha yang kau lakukan itu tidak bisa dilakukan sendirian. Terlebih, statusmu sebagai seorang Magus di usiamu yang masih belia."


"ah, begitu rupanya."


Sebenarnya agak sakit hati dibilang masih belia, umur asliku ini 20 tahun... ucap Jane dalam hati.


"Parade Halloween ya... sudah lama aku tidak melihatnya," nada mata pria itu terlihat senang, setelah sekian lama menyaksikan pertarungan bersimbah darah di sepanjang perjalanan karirnya. Wanita itu terlihat bahagia melihat Shuji bisa tersenyum. Selama ini, wajah dingin selalu menghiasi rupanya. Ditambah lagi, banyak wanita yang ia tolak cintanya dengan alasan pekerjaan. Julukan pria es benar-benar melekat pada dirinya.


"Aku sangat suka melihatmu tersenyum," ucapan itu tiba-tiba keluar dari bibirnya. Seketika pria itu melihat kearahnya dengan wajah kembali dingin. 


Aku salah bicara, habislah sudah....


Hari itu adalah hari yang lain dari biasanya, dimana setelah mendengar kalimat itu, Shuji menghampirinya dengan senyuman yang lebih manis dari sebelumnya. "Terimakasih!"


Gawat, Jane tidak bisa berkonsentrasi dengan jernih setelah serangan maut ini. Rasa kaget, senang bercampur menjadi satu dibalut dengan rasa penasaran yang telah terbayarkan. Semburat merah tipis hadir di kedua pipinya berusaha menenangkan perasaannya yang meluap.


"Jane Watson, ayo..." Shuji mengajaknya kembali ke kantor sambil menggenggam erat tangan mungilnya.


Di sisi lain, ternyata yang ingin mengacaukan parade itu terbunuh karena tersedak minuman yang telah diberi racun oleh Shuji sebelumnya.


"Pria itu.... Iblis," orang itu tersungkur diujung gang sempit dengan mulut berbusa. 


Bersambung


Akhirnya, prekuel! Sebenarnya part ini adalah part prototipe atau percobaan. Prekuel sendiri akan diteruskan setelah cerita Setitik embun dibalik salju selesai. Jadi, dimohon bersabar, oke?

Comment