Unpredictable



 Jika aku bilang, aku menyukaimu dari musim panas tahun lalu ... Bagaimana?  


.


.


.


KOIBITO


.


.


Hinata melangkahkan kakinya di lorong kampus sore itu, pekerjaannya sebagai seksi kebersihan di kelasnya membuat Ia harus pulang terlambat karena bukannya mengawasi, Ia justru jadi cleaning service sukarela.


Langkahnya terhenti kala asap beraroma anggur menghalangi penglihatan Hinata dibalik kacamata besar yang dipakainya. Hinata mengibas-kibaskan tangannya berusaha untuk menhilangkan asap itu.


Seorang lelaki yang sedang duduk di anak tangga tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Hinata yang berdiri tak jauh darinya. Ia menyisir rambut merah batanya itu dengan jemari tangan, berjalan santai menuju Hinata sibuk dengan asap-asap Vape Smoke yang dibuat lelaki itu. 


Whuus~


Sekali lagi lelaki itu menghembuskan asap yang begitu banyak dihadapan gadis itu. Hinata terbatuk-batuk dibuatnya. Hinata memundurkan beberapa langkahnya, menjauhi asap serta si pembuat asap itu.


"Merokoknya di tempat lain bisa?" Tegur Hinata sebal. 


Lelaki itu kembali tertawa, "Memangnya kampus ini milikmu nona?" ujarnya santai. Hinata menaruh sapu yang dibawanya lalu berkacak pinggang. Melihat ke arah lelaki itu yang memandangnya enteng.


"Bukan punyaku, tapi kau menggangguku tahu?" ujar Hinata sambil cemberut.


"Aku bukan tahu, bukan juga tempe, aku Gaara." jawab lelaki berambut merah bata itu sambil terkekeh.


Hinata benar-benar dibuat sebal oleh tingkah laku lelaki itu, sambil bergumam sebal Ia pergi meninggalkan Gaara yang mulai tak bisa menahan tawanya lagi.


"Hey nona! Sapu mu ketinggalan nih!" ujar Gaara sambil melambai-lambaikan sapu milik Hinata. Seketika gadis bermanik bulan itu menghentikan langkahnya, meski harus menelan rasa malu Ia beranikan diri untuk kembali kesana dan merebut sapu itu dari tangan Gaara.


Mimpi apa Ia kemarin sehingga bertemu lelaki seperti ini disaat tubuhnya sudah sangat lelah dan merindukan kasur empuk di kamar tercintanya.


Bad luck for today, Hinata.


.


.


Esok harinya Hinata kembali dibuat kesal, lelaki yang kemarin menyemburnya dengan asap, sekarang berdiri di ambang pintu, menghalangi jalannya masuk ke kelas. Masih dengan Vape Smoke ditangan, lelaki itu hanya memandang langit melalui jendela yang cukup jauh di ujung lorong.


"Misi mas, aku mau lewat," ujar Hinata.


"Apa katamu mas? sejak kapan aku jadi jenis ikan? atau segitu berharganya aku bagimu sampai-sampai kau menyebutku dengan panggilan, Emas..?" Gaara menghisap rokoknya, menghembuskannya perlahan. 


"Mas ya ... M-A-S bukan E-M-A-S, kau kepedean sekali," Hinata melipat tangannya didada, lelaki itu tertawa lalu menatap iris bulan Hinata cukup lama, sampai-sampai membuat yang ditatap salah tingkah.


"Apa kau lihat-lihat," ujar Hinata sambil berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain.


"Dih, percaya diri sekali kau. Aku melihat ke arah cicak yang menempel di bahumu.." jawab Gaara Innocent.


1 detik


2 detik


3 detik


"Apa tadi kau bilang?"


"Cicak yang menempel di bahumu?"




Hinata membulatkan iris matanya, cicak adalah hewan yang paling Ia benci (Baca: Takuti). Gadis beriris bulan itu seketika panik dan melompat-lompat tidak jelas, menarik-narik jacket jeans yang dipakai Gaara.


"H-Hey!? Apa-apaan ini!?" ujar Gaara yang terkejut terhadap reaksi Hinata yang bisa dibilang terlambat. 


"Cicak!! Lepaskan, lepaskan, lepaskan!" jerit Hinata.


Gaara yang semula hampir ikut panik kini hanya bisa tertawa. Tepatnya menertawai gadis dihadapannya. Akhirnya lelaki itu membuang hewan tak bersalah itu kedalam tong sampah. Hinata spontan memeluknya sambil ketakutan.


Gaara terdiam sejenak mendapati dirinya dipeluk.


Oleh gadis incarannya.


Tunggu.


Incaran?


"O-Oy, cicaknya sudah tidak ada," ujar Gaara sedikit gugup. Hinata spontan melepas pelukannya dan menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. Suasana berubah canggung, Gaara yang semula selalu menanggapi ucapan Hinata dengan mudah kini terdiam seribu bahasa.


"G-Gomen.." ujar Hinata nyaris tak terdengar.


Untung saja pendengaran Gaara peka.


"Tidak apa-apa.." jawab Gaara jauh lebih kalem dari pada pertama kali Hinata melihatnya. 


Sejenak hening diantara mereka berdua, kelas yang akan dimasuki Hinata juga nampak kosong tak ada seorang pun yang masuk karena ternyata dosen yang akan mengajar mengundur jam menjadi sore hari. Hinata ketinggalan informasi.


"Kau mau masuk kelas? Dosen yang mengajar di kelasmu mengundur waktu jadi jam 4 nanti," ujar Gaara memecah keheningan.


"Eh? Hontou!?" ujar Hinata terkejut. "Kenapa aku tidak tahu!?" lanjutnya.


"Memang mendadak, dosenmu tadi mengajar dikelasku sebentar," ujar Gaara lagi. 


"Begitu ya..."




"Hinata..."


"... D-dari mana kau tahu namaku?"


Gaara membetulkan posisi badannya, berdiri tegap menghadap ke arah gadis itu. Kali ini Ia benar-benar menatap dalam manik seindah bulan purnama itu.


"Jelas aku tahu.."


Gaara mengedarkan pandangannya ke arah lain, tak lama Ia melangkah pergi, meninggalkan Hinata yang terdiam penuh tanda tanya. 


Pria aneh, gumamnya dalam hati.


Tapi Tampan.




Eh?


.


Sejak kejadian itu Gaara terasa berubah pada Hinata, sikapnya yang semula seolah-olah menganggap enteng segala hal kini justru terlihat makin serius. Jika bertemu dengan Hinata pun Ia keadaan selalu berubah canggung. Gaara tak lagi menjahili Hinata dengan asap rokoknya. 


Suatu hari Hinata hendak pulang dari kampus, memang hari sudah larut dan bis yang lewat sudah tak ada. Itu membuat Hinata harus pulang jalan kaki. 


Diperjalanan Ia diganggu oleh sekawanan preman pasar yang sedang mabuk-mabukan dipinggir jalan. Mata mana yang takkan terpikat oleh pesona yang Hinata miliki?


Rambut panjang terurai sepinggang, kulit putih, tubuh mungil sedikit berisi, wajah cantik, ditambah Hinata memiliki—


Skip.


Hari itu Hinata akan kehilangan kehormatan dan martabatnya sebagai seorang gadis jika saja Gaara tak datang.


Ya, Gaara menyelamatkannya. Lelaki bersurai merah bata itu berkelahi melawan sekawanan preman seorang diri, persetan dengan tubuhnya yang babak belur karena kalah jumlah, Gaara telah berhasil mengusir preman-preman itu.


"G-Gaara-kun, kau ... Kau terluka!" Hinata berlari menghampiri Gaara, mengusap darah yang mengalir dari bibir lelaki itu.


"Daijoubu Hinata, sudah biasa.." jawab Gaara sambil berusaha mengukir segurat senyuman.


"Aku ... Jadi merepotkanmu," ujar Hinata yang merobek sedikit baju yang dipakainya, menyambar botol minum dari tasnya dan membasuh luka di wajah Gaara perlahan.


"Heh ... Tak perlu merasa begitu, ini sudah tugasku sebagai laki-laki," ujar Gaara menghangat.


Hinata terdiam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan aktivitasnya membersihkan luka lelaki itu. Tanpa sadar semburat merah terpancar di pipi Hinata, dan Gaara melihatnya.


"Hinata, jika aku bilang, aku menyukaimu dari musim panas tahun lalu ... Bagaimana?" ucap Gaara memecah keheningan.


"Ba-Bagaimana bisa!?" Hinata terperanjat kaget, Ia baru bertemu Gaara beberapa hari ini, bagaimana bisa lelaki itu mengatakan bahwa Ia menyukainya sejah musim panas tahun kemarin?


"Aku melihatmu di peresmian perusahaan Hyuuga, kau yang pakai gaun terusan warna putih kan?"  Ucap Gaara, spontan Hinata menganggu.


"Tapi aku tak akan memaksamu menerima perasaanku, mengucapkannya padamu saja aku sudah lega," ujar Gaara.


Hinata terdiam sejenak.


Lelaki ini, yang pertama bertemu mengganggunya, kini rela babak belur demi dirinya, memendam perasaannya hampir setahun lamanya. Mencintai dalam diam. Bahkan Hinata sendiri tak tahu.


"Gaara-kun, aku ... Aku akan belajar menerima perasaanmu.." ujar Hinata sambil menundukkan kepalanya. Mungkin saat ini Ia belum ada rasa apa-apa pada lelaki itu, namun Hinata berharap, seiring berjalannya waktu, rasa cinta itu akan tumbuh.


.


.


.






"Okaa-san!"


Suara nyaring bocah kecil mendekati Hinata yang sedang merajut diruang tamu. Langkah kaki kecil itu bergerakak seirama rambut panjang semerah batanya yang berkibar.


"Okaa-san, Okaa-san lihat apa yang ku punya!" 


Gadis kecil itu melambai-lambaikan selembar foto ditangannya. Hinata melihat siapa yang didalam foto itu lalu tersenyum lembut. Hinata menaruh rajutannya di meja samping tempatnya duduk, lalu digendongnya gadis kecil itu dalam pangkuan.


Iris bulan gadis kecil itu berbinar menatapi foto yang dipegangnya.


Foto yang didalamnya ada dirinya, juga seorang pria yang Ia panggil..


Tou-san.


.


.


.


OWARI




Note: Hwahh gaje ya :'( maaf Ndei belum pernah bikin GaaHina, ini yang pertama kalinya, maaf kalau kurang memuaskan, gaje, alurnya ngebut, absurd dan pasti BUANYAAKK typo yang bertebaran.-.


Ne yellowchrysant-san, semoga suka ya^^ maaf gaje, Ndei berusaha bikin Gaara yang bad boy (Walau mungkin nggak kerasa--") dan Hinata yang ceroboh itu Ndei nggak yakin ini kena peran nya hehehe #digampar


Oke Next nyaa.....


GaaHina lagi :v


Semoga nggak mengecewakan -,-


Yaudah deeh, Minna-san semoga suka ya~


Tetap setia!


Lopelope
ndeigetsu



Comment