Melukis Cinta

Info: Silakan silakan comment di part ini yang mau request , sertakan pair yang kalian mau (bisa dilihat di summary 'KOIBITO' list pairingnya) dan bisa ditambah alurnya kalian mau gimana ^^
dan karena banyak hinata-centric yang request, ada sedikit perubahan dengan Koibito, yaitu kalian bisa request pair Hinata-centric (yang artinya bebas ingin Hinata dengan siapa yang kalian suka),dan pair diluar Hinata-centric adalah SasuSaku, dan ItaIzu :)
.


.



Aku tak membutuhkan cahaya untuk melihat, selama hatiku masih ada bersamamu...


.


.


KOIBITO


.


.




"Sudah kubilang cukup!!" Jerit Hinata. Terlihat jelas sekali bahwa wanita itu sangat marah kepada pria dihadapannya. 


"Tapi Hinata, dia sepupuku," Elak Naruto yang masih teguh dengan alibinya.


Hinata menatap nanar pria itu, "Kau fikir aku wanita bodoh yang mudah kau permainkan hah? kau fikir dengan aku diam saja, itu berarti aku tak tahu?" ucap Hinata sinis.


Naruto terdiam membisu. Benar juga, mungkin satu, dua atau tiga kali Hinata memilih diam ketika memergoki kekasihnya bermain api dengan seorang wanita bersurai blonde yang diketahui bernama Shion. Namun ini sudah hampir 10 kali Ia melihatnya.


Sungguh terlalu.


"Hinata, kumohon aku bisa jelaska—"


"Cukup. Cukup, aku tak butuh penjelasan apapun lagi darimu Naruto-kun, cukup aku yang selalu mengalah dan mempertahankan cinta kita, aku sudah lelah, lebih baik kita putus."


Suasana berubah dingin,  ketika Hinata menegaskan untuk mengakhiri hubungan ini.


"Tapi Hime??"


"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi, dan keputusanku sudah bulat, selamat tinggal Naruto-kun, sekarang silakan tinggalkan galery ku, aku banyak pekerjaan." Hinata menunjuk kearah pintu keluar, mengisyaratkan Naruto untuk pergi meninggalkan bangunan ini.


Akhirnya Nauto pergi, dengan rasa kesal dan kecewa yang tak terucap. Ini salahnya sendiri. Kenapa dia menyia-nyiakan Hinata yang dahulu begitu mencintainya.  Ini salahnya sendiri membuat cinta Hinata untuknya memudar, dan perlahan menghilang tak bersisa.




Sementara Naruto pergi, didalam Galery, Hinata menangis terisak. Dihadapan canvas besar yang belum selesai dilukis,  hubungan yang selama ini ia pertahankan susah payah akhirnya kandas dengan cara yang sangat tidak menyenangkan.


"Kau menangis ya? ini hapus air matamu."


Hinata merasa seseorang sedang berdiri disampingnya, suaranya ia kenal betul milik siapa.


"Sasuke-san?" 


Ternyata benar, dia adalah Sasuke, seorang penyair yang memesan sebuah lukisan yan saat ini sedang ia kerjakan. Ini adalah kunjungan ketiga Sasuke kemari.


"Apa lukisannya sudah jadi? pasti indah." Sasuke berkomentar. Pria itu berjalan meraba-raba menggunakan tongkatnya, "Apa ada piano disini?" tanyanya. Hinata mengangguk.


"Hinata, apa kau masih ada disini?" ucap Sasuke karena Ia tidak merasa ada respon dari Hinata.


"Ya, aku masih disini, Piano ada disamping tempat mu berdiri sekarang," jawab Hinata.


"Kiri atau kanan?" tanya Sasuke lagi.


"Kanan."


Sasuke tersenyum lalu kembali meraba-raba, mencari piano tersebut.


"Aku akan menemanimu melukis ya."




.


Tak terasa 2 jam berlalu,  Alunan musik klasik yang Sasuke mainkan sungguh indah dan membuat Hinata merasa waktu berjalan begitu cepat.


"Terimakasih telah mengizinkanku untuk mengunjungi galery mu, aku harus pulang karena sepertinya ini sudah menjelang petang ya?" ucap Sasuke.


Hinata tersenyum, lalu menatap kejendela yang menampakkan pemandangan indah bawah kota. "Iya, instingmu kuat sekali, ini memang sudah jam 4 sore," jawab Hinata lembut.


Pria itu mengangguk lalu melangkah perlahan hingga menghilang dibalik pintu.


Hinata kembali mengukir senyuman, setidaknya kunjungan Sasuke tadi sedikit membuatnya lupa dengan kejadian Naruto tadi.


"Untuk apa Sasuke-san memesan sebuah lukisan?"


.


.


Di Rumah keluarga Uchiha malam ini, Sasuke nampak sedang duduk dihalaman belakang, membayangkan bagaimana wajah Hinata.  pasti cantik, pikirnya. Sasuke  suka mendengar suara halus Hinata, membuatnya tenang.


"Hinata, akhirnya aku bisa mengenalmu secara langsung," ucap Sasuke bergumam pada dirinya sendiri. 




5 tahun yang lalu.


"Oh, jadi kau lebih memilih untuk keluar dari perusahaan ini dan menjadi seorang pelukis Hinata?" tanya Itachi dengan nada yang kurang menyenangkan.


"Iya Itachi-sama, aku berfikir untuk melanjutkan mimpiku sebagai seorang pelukis," jawab Hinata berusaha untuk tetap sopan kepada atasannya.


"Kau membuang kesempatan emas Hinata, tapi apa boleh buat, itu keputusanmu," ucap Itachi. 


Disudut ruangan Sasuke duduk, Ia mendengarkan obrolan sang kakak dengan karyawannya yang meminta untuk mengundurkan diri, sedang apa Sasuke disini?  Ia sedang berkunjung ke perusahaan untuk menemui sang kakak yang baru saja pulang dari luar negeri.


"Hinata...?" gumamnya nyaris tak bersuara.


.


.


Sejak saat itulah Sasuke mencari Hinata, dan bulan lalu saat ia hendak pergi ke pusat kesenian kota untuk mendengar anak-anak bermain musik orkestra, sopirnya berkata bahwa 'mantan karyawan Itachi-sama membuka galery disini'


Dari situlah pencarian Sasuke berbuah hasil.


"Sasuke, kau jangan terlalu sering diam diluar ruangan, Kaa-san tidak ingin kau sakit," ucap seorang wanita paruh baya yang menghampiri Sasuke .


"Iya Kaa-san."


Sasuke hanya menurut, diusianya yang hampir menginjak 27 tahun, dia masih diperlakukan seperti anak-anak, Ia mungkin memiliki keterbatasan, namun bukan berarti Ia lemah.


.


Hari berlalu, tak terasa sudah satu minggu. Lukisan yang Sasuke pesan rencananya harus sudah selesai. Pagi itu Hinata hendak membuka pintu galerinya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat setangkai bunga mawar dan secarik kertas yang terlilit pada bunga itu tergeletak diambang pintu.


Hinata mengambilnya dan membawanya kedalam.


"Bunganya harum sekali," Hinata tersenyum lalu ia meletakkan bunga itu didalam sebuah vas dan mengisinya dengan air. Setelah itu Hinata membaca isi dari kertas yang tadi terlilit, 


Kau laksana permata yang terkurung dalam kesedihan


Kaulah Intan yang terbuang sia-sia...


Hinata tertegun membacanya, kalimatnya indah sekali, dan benar-benar membuatnya merasa bahwa 'intan' dan 'permata' itu adalah dirinya saat ini.


Namun siapa pengirimnya? kenapa dia bisa memahami keadaannya saat ini? Hinata tak menemukan sedikitpun petunjuk, siapa pengirim bunga dan kertas ini


Siang harinya, lukisan bergaya abad pertengahan itu akhirnya selesai. Hinata tersenyum puas, "Ya ... Lumayan lah," ucapnya mengomentari. 


"Sasuke-san, aku harap kau bisa melihat lukisan ini—"


"Pasti, suatu saat nanti pasti aku bisa melihatnya, dan membuktikan pada diriku sendiri bahwa lukisanmu memang bagus."


Suara itu membuat Hinata cukup terkejut, Sasuke kemballi mengunjunginya. Hinata melihat pria tampan berjas hitam itu berjalan mendekat dengan tongkatnya. 


"Biar kubantu kau duduk," ujar Hinata. Sasuke tersenyum lalu mengangguk, "Terimakasih."


Mereka mengobrol banyak, saling bertukar cerita dan pengalaman mereka,  sejauh ini mereka cukup dekat, ah tidak. Sudah terlihat sangat akrab. Sasuke yang akhirnya dapat mengenal Hinata secara langsung kini dapat menyimpulkan, bahwa Hinata adalah wanita baik yang ceria dan ramah wanita itu dapat membuatnya nyaman berlama-lama mengobrol, sementara disisi lain Hinata juga  menilai seorang Uchiha Sasuke adalah sosok pria yang dapat bersikap dewasa dan pengertian, Ia jadi teringat pada satu Uchiha lainnya, ya. Uchiha Itachi mantan bossnya yang diktator dan egois.


Intinya, mereka nyaman satu sama lain.


"Sasuke-san, siapa yang akan membawa lukisan ini?" tanya Hinata.


"Juugo, sopirku yang menunggu diluar, dia akan membawanya," jawab Sasuke tenang.


"Ah, Hinata, aku pesan lagi lukisanmu ya, kali ini buatkan aku lukisan  bergaya romantisme ya?  besarnya samakan dengan yang ini," ucap Sasuke.


Hinata mengangguk, "Baiklah aku akan mulai mengerjakannya besok," jawab Hinata sambil tersenyum.


.


.


Sejak saat itu Hinata semakin sering mendapatkan kiriman bunga dan kertas berisi sebait puisi atau sebuah kalimat yang indah, tepatnya hampir setiap pagi.


Senyumanmu bak bunga yang bermekaran dengan indah
Wajahmu secerah mentari pagi yang menghangatkan
Tawamu lembut merasuk kerelung jiwa
Aku tak dapat melihatnya, semua itu tetutup kabut hitam yang pekat
Namun keyakinanku takkan pernah salah


Hari ini dalam kertas berwarna kelabu itu tertulis sebait puisi, Hinata tersadar akan sesuatu ketika membaca dua kalimat diakhir baitnya. 


"Sasuke-san..."


Ia baru sadar bahwa Sasuke lah yang selalu mengiriminya semua ini.Kiriman yang membuatnya bahagia disaat mengawali hari. Hinata tersenyum sesaat, rasanya hangat sekali dihati, rasanya bahagia.


Hinata jadi besemangat untuk melanjutkan pesanan baru Sasuke. Kini ia tahu perasaan aneh apa yang menghinggapinya akhir-akhir ini.


Hinata menaruh rasa pada Sasuke, dan menitipkan sebuah harapan baru.


.


.


"Sasuke, kapan kau akan menikah? kakakmu sekarang sudah memberiku dua cucu kembar," ucap Mikoto yang sedang duduk diatas tatami dan merajut.  "Aku akan segera menjodohkanmu dengan anak kerabat kita," ucapnya lagi.


Sasuke menggeleng, "Aku mencintai seorang wanita,  aku ingin menikahinya, tapi dengan keterbatasanku saat ini, aku ragu dia akan menerimanya," Sasuke mulai membuka isi hatinya kepada sang ibu.


"Kakakmu masih berusaha untuk mencarikanmu dokter dan donor yang sesuai untukmu," ucap Mikoto mencoba menghibur putra bungsunya. Namun Sasuke tersenyum, "Aku ingin dia menerimaku apa adanya, itu akan membuktikan bahwa seberapa besar cintanya." 


"penantianku selama 5 tahun takkan kubiarkan sia-sia..."


.


.


"Bagaimana sudah selesai?" Hari ini Sasuke kembali berkunjung ke galery Hinata, hari ini pula mawar dan surat tak datang.


"Maaf Sasuke-kun, lukisan ini belum selesai sepenuhnya, kemarin aku sakit, jadi tak sempat menyelesaikannya," sesal Hinata. Sasuke-kun? tampaknya mereka sudah sangat dekat dan Hinata sudah mengganti panggilan untuk pria itu.


"Sebenarnya, aku kemari ingin mengutarakan sesuatu padamu," ucap Sasuke bernada serius.


"Iya, katakan saja Sasuke-kun."


Sasuke menegakkan posisi duduknya, "Mungkin ini terdengar aneh bagimu, karena kau baru mengenalku kurang dari satu bulan, tapi tidak untukku, aku tahu kau dari 5 tahun yang lalu, dan minggu-minggu ini aku berhasil mengenalmu secara langsung, maafkan aku Hinata, karena aku dengan segala keterbatasanku ini mencintaimu," ucap Sasuke panjang lebar.


Hinata tampak cukup terkejut, walaupun kalimat ini Ia tahu pasti akan terlontar dari mulut Sasuke cepat atau lambat.


Ternyata secepat ini.


"Sasuke-kun, aku juga melihatmu di kantor Itachi-sama saat itu," ungkap Hinata pada akhirnya.


"Hinata kumohon, menikahlah denganku," ujar Sasuke tanpa basa basi.


"Sa-sasuke ... kun... apa kau yakin dan tidak akan menyesal, menikah denganku?" tanya Hinata. 


Sasuke tertawa mendengar pertanyaan Hinata, "Justru akulah yang harus bertanya seperti itu padamu," jawab Sasuke.


Hinata menggeleng, "Aku bahagia karena Sasuke-kun mencintaiku dengan tulus, tidak ada alasan untuk menolaknya," jawab Hinata yang sebenarnya jika Sasuke lihat ada rona merah dipipinya.


"Bolehkah aku meminta sesuatu padamu Hinata?" tanya Sasuke.


"Tentu saja, apa itu Sasuke-kun?" Hinata balik bertanya.


Sasuke tersenyum, "Cintailah aku dengan segala ketidaksempurnaanku Hinata, karena aku tak membutuhkan cahaya untuk melihat selama hatiku ada bersamamu," ucapnya.


Hinata tak kuasa menahan air mata bahagianya, ternyata tak perlu waktu lama untuk menemukan cinta sejati, waktu akan membawamu kepada cinta sejatimu.


"Tentu saja... Karena aku juga mencintaimu Sasuke-kun."


.


.


.


EPILOG


"Kau sudah bisa melepas perbanmu sekarang," ucap Seorang dokter.


"Mana istriku, panggil dia kemari," ucap Sasuke.


"Akan kupanggilkan Istrimu," Itachi yang menjawabnya.


Hari ini di Rumah Sakit Konoha, Sasuke akan memulai kehidupannya yang lebih berwarna, Sasuke dapat melihat lagi.


"Yang ingin kulihat pertamakali adalah wajah mereka," gumam Sasuke sambil tersenyum.


Beberapa saat kemudian Hinata datang dan dokter mulai membuka balutan perban yang menutupi mata Sasuke.


Sasuke mulai merasakan perbedaan dalam dirinya, silau sekali, Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menangkap sebuah pemandangan yang sangat indah, Ia melihat seorang wanita cantik yang sedang menggendong bayi. 


Ia menengok kekiri, seorang pria berjas hitam nampak melihat kearahnya, disebelah pria itu ada seorang wanita berjas putih yang tersenyum kearahnya.


"Kalian..."


"Ini aku Itachi, ini dokter Tsunade, yang disampingmu adalah istrimu dan anakmu," ucap Itachi menjelaskan.


"Terimakasih...."


.


.


.


OWARI 




Note: Yaaay akhirnyaaa SasuHina pertama sayaa entah judul macam apa ini "Melukis Cinta" tapi semoga sukaaa (?) maap kalau kalau banyak typo bertebaran disini, dan aku tak pandai membuat judul, jadi yaah... yaudah sih xD


 Yuli-san ini requestmu sudah kupenuhiii, semoga suka yaa maaf kalo jelek, gaje, absurd,  dan gak banget. Semoga bisa lebih baik di request request selanjutnya xD


semoga kalian juga yang baca suka yaaa mohon maaf lahir batin *eh* mohon maaf kepada SHL kalo cerita ini kurang gregett atau malah jelek hihi... aku akan berusaha lebih baik lagi kalo ada yang request sasuhina lagi disini akakakakak xD


Okeokee part selanjutnya adalah,


SaiHina!!! 


*tantangan baru lagi xD*




oke oke kusudahi kecaprukan ini, jangan lupa Vommentmu kutunggu ya Minna-san!


tetap setia :*


Lopelope


ndeigetsu (MSU)

Comment