One Sweet Night

Namjoon and Taehyung's Apartment


KLEK


"Selamat datang di Apartemen kami, Jungkook-ah. Anggap saja rumah sendiri." Ujar Namjoon sembari mempersilakan Jungkook masuk.


"Terima kasih Namjoon-hyung. Sekali lagi maaf merepotkan." Jawab Jungkook merasa tidak enak karena harus menumpang selama seminggu selagi Hyungnya Dinas ke Luar Kota. Pasalnya, ia baru saja mengenal Namjoon dan Taehyung, tapi ia sudah seenaknya menumpang di Apartemen mereka.


"Sudah berapa kali kubilang kau sama sekali tidak merepotkan Jungkook-ah. Sekarang, lebih baik kamu letakkan barang-barangmu dan bersiap untuk makan malam. Taehyung-ah, tunjukkan kamarmu pada Jungkook."


"HAH?! Kenapa harus kamarku? Kenapa tidak biarkan dia tidur di kamar Hyung saja selama seminggu ke depan?" Tolak Taehyung.


"Dan kau pikir kasurku cukup untuk dua orang? Setidaknya kasurmu cukup besar untuk kalian berdua. Kecuali kamu mau tidur denganku dan merasa terganggu tiap malamnya karena aku mencoba menyelesaikan pekerjaanku..."


"Baiklah baiklah! Ya! Cepat ikut aku!" Dengan cepat Taehyung berjalan menuju kamarnya, membiarkan Jungkook menyeret koper besarnya sendirian mengikutinya. Namjoon hanya bisa menggeleng kepala pasrah melihat tingkah laku adik sepupunya itu. Tak lama kemudian, senyuman kecil mengembang di bibirnya.


"Ya setidaknya itu bisa membuat mereka berdua lebih akrab, bukan?"


Sesampainya di kamar Taehyung, Jungkook hanya terdiam di pintu kamar tanpa berani masuk sebelum si pemilik kamar mengizinkannya masuk. Menyadari sikap Jungkook yang terlihat ketakutan dan penuh keraguan, akhirnya Taehyung memilih untuk menarik paksa koper yang sedang dibawa Jungkook dan membawanya masuk. Meletakkannya tepat di samping lemari bajunya.


"Kau mau masuk atau tidak?" Ujar Taehyung agak keras, membuat Jungkook sedikit tersentak mendengarnya.


"N-ne..."


"Kalau begitu cepat masuk! Jangan biarkan pintu terbuka terlalu lama!" Dengan cepat, Jungkook menutup pintu kamar Taehyung dan berdiri diam di belakang pintu. Sementara itu, Taehyung langsung merebahkan badan di kasurnya. Cukup lama mereka hanya saling terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sampai salah seorang dari mereka memutuskan untuk memecahkan keheningan itu.


"Memangnya aku begitu menakutkan apa sampai-sampai kamu ketakutan begitu?" Tanya Taehyung dengan nada tak bersalah.


"Eh?" Taehyung pun mendudukkan dirinya dan menatap lurus ke mata Jungkook. Membuat Jungkook merasa sedikit tidak nyaman karena ditatap langsung seperti itu.


"Kenapa kamu malah diam saja di situ dari tadi? Kalau kamu memang membutuhkan sesuatu, tinggal tanya saja 'kan? Begitu saja kok susah."


Jungkook hanya bisa menunduk tak bisa menjawab. Sejujurnya, dia memang takut Taehyung akan marah padanya karena merasa direpotkan. Alasannya jelas, 'kan? Pertama, tiba-tiba saja dia harus menginap di Apartemen mereka selama seminggu tanpa meminta izin dari jauh-jauh hari. Kedua, ia harus tidur di kamar Taehyung karena tidak ada tempat lagi untuknya tidur. Melihat sikap Taehyung kepadanya selama ini, jelas saja kalau Jungkook takut Taehyung marah.


"Mian..." Tanpa tahu harus menjawab apa, akhirnya hanya kata itu yang meluncur dari bibir Jungkook. Dan itu membuat Taehyung semakin merasa bersalah.


"Kamar mandinya ada di sebelah kiri."


"Eh?"


"Kamu mandilah duluan. Kamu keluar dan berjalan lurus ke kiri, di situ ada kamar mandi. Setelah selesai, kita makan malam. Namjoon-hyung pasti akan marah kalau kita telat makan malam."


"A-ah... Baiklah, Hyung..."


"Jika sudah selesai, bangunkan aku. Aku mau tidur sebentar. Dan satu lagi, bersikaplah biasa padaku. Jangan ketakutan seperti itu. Aku tak mau diceramahi oleh Namjoon-hyung lagi nanti."


"M-mia..."


"Berhentilah meminta maaf dan cepatlah mandi, Jungkook-ah. Buat apa minta maaf saat kamu tidak salah? Aneh." Ujar Taehyung dengan mata terpejam. Jungkook pun segera mengambil baju dan memutuskan untuk keluar menuju kamar mandi. Tentu saja dengan senyuman kecil tersungging di bibirnya. Entah mengapa, ia merasa sikap Taehyung padanya kali ini jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Memang nada bicaranya masih terkesan kasar, namun ia tahu kalau Taehyung sama sekali tak bermaksud buruk. Taehyung hanya ingin membuatnya lebih nyaman.


'Mungkin menginap di sini selama seminggu ke depan bukanlah hal yang buruk.' Pikir Jungkook.


***


"Bisakah kamu makan dengan lebih perlahan, Taehyung-ah? Kenapa harus terburu-buru begitu, sih?"


"Aku lapar dan ingin tidur, Hyung." Jawab Taehyung dengan mulut penuh makanan.


"Ya! Habiskan makanan di mulutmu dulu baru bicara! Maafkan sikapnya, Jungkook-ah. Kuharap napsu makanmu tidak hilang melihatnya seperti itu." Jungkook tertawa kecil karena perkataan Namjoon. Tawa Jungkook membuat Taehyung terdiam sesaat.


'Astaga, itu manis.' Pikir Taehyung. Sesaat kemudian, Taehyung langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. 'Apa yang kupikirkan, sih? Aku menyebut Jungkook manis? Gila.'


"YA! Kamu kenapa sih, Taehyung-ah? Kenapa kamu menggelengkan kepalamu seperti itu? Ada yang aneh?" Tanya Namjoon heran.


"Tidak ada apa-apa. Aku sudah selesai makan. Terima kasih atas hidangannya!" Kemudian dengan cepat Taehyung berlalu dari meja makan menuju ke kamarnya.


"Dasar anak aneh. Lanjutkan saja makannya, Jungkook-ah. Biarkan saja anak itu. Sikapnya memang selalu tidak jelas." Jungkook hanya tersenyum menanggapi perkataan Namjoon. Mereka pun kembali melanjutkan makan malam mereka.


Di kamarnya, Taehyung kembali memikirkan Jungkook dan tawa kecilnya tadi. Sebenarnya, Taehyung jarang sekali melihat Jungkook tertawa, apalagi saat bersamanya. Maklum saja, sikap Taehyung pada Jungkook selama ini selalu membuat Jungkook ketakutan dan membuatnya memasang wajah segan dan sedikit gelisah. Jelas saja jika Taehyung jarang melihatnya tertawa.


'Matanya sedikit menghilang dan membentuk lekukan di pinggir matanya saat sedang tertawa, ternyata terlihat manis.' Pikir Taehyung terlarut dalam pikirannya akan tawa Jungkook. 'Coba saja aku bisa melihat tawa itu setiap saat...'


TOK TOK!


Taehyung langsung terlonjak saat mendengar pintu kamarnya diketuk dengan lembut. Pikirannya mengenai Jungkook langsung buyar digantikan dengan kesadaran yang langsung mengubur pikiran itu dalam-dalam.


"Masuk!" Teriak Taehyung mempersilakan masuk siapapun yang mengetuk pintu kamarnya itu.


"M-maaf mengganggu, Hyung." Ujar Jungkook sambil memasuki kamar Taehyung.


"Ya! Sudah kubilang tidak perlu ketakutan begitu! Memangnya aku seperti hantu apa?"


"T-tapi..."


"Sudah! Aku mau tidur. Aku ngantuk." Bantahnya. Taehyung pun membalikkan badannya membelakangi Jungkook. Membuat Jungkook bingung sekarang, di mana ia harus tidur? Ia tidak enak jika tiba-tiba saja menaiki kasur Taehyung tanpa izin. Akhirnya, Jungkook memutuskan untuk menggelar selimut tebal miliknya di atas lantai dingin kamar Taehyung.


Menyadari suara-suara berisik itu, Taehyung pun membuka matanya dan melihat Jungkook tengah bersiap tidur di atas lantai.


"Ya! Apa yang kau lakukan?"


"Eh? Aku mau tidur..."


"Di lantai? Kau gila! Cepat naik!"


"Eh?"


"Naik! Ke sini!" Perintah Taehyung dengan menggebuk pelan kasurnya. Menandakan kalau ia menyuruh Jungkook tidur di kasurnya.


"T-tidak apa-apa, Hyung. Aku bisa..."


"Cepat naik atau kuusir kau dari kamarku! Cepat!" Dengan cepat Jungkook menuruti perintah Taehyung dan mengatur posisi tidurnya dengan sikap yang agak canggung. "Sulit sekali, sih, bicara denganmu." Ucap Taehyung lagi.


"Mian..." Lagi-lagi kata maaf terdengar, membuat Taehyung menghela napas panjang mendengarnya. Sejujurnya ia bosan mendengar Jungkook minta maaf. Padahal dia tak ada salah apa-apa.


"Berhenti meminta maaf! Aku bosan mendengarnya. Kau tidak salah, tapi minta maaf terus. Dan satu lagi, kamu gak perlu khawatir tidur satu kasur denganku. Toh aku tidak punya penyakit menular, jadi tenang saja. Yah, walaupun tidurku agak berantakan, sih."


Melihat sikap Taehyung yang seperti itu membuat Jungkook tak bisa menahan tawanya. Tanpa ditahan, tawa kecil terlepas dari bibirnya. Tawa yang sedaritadi menghantui pikiran Taehyung.


"Ya! Buat apa kamu tertawa? Tidak ada yang lucu." Kaget, Jungkook langsung menghentikan tawanya karena takut Taehyung marah padanya.


"Sudah, cepat tidur. Aku juga mau tidur. Biar besok tidak telat bangun dan tidak mendengar teriakan Namjoon-hyung yang menyebalkan." Sesaat setelah Taehyung membaringkan badannya, Jungkook pun ikut membaringkan badan dan berniat memejamkan matanya. Sampai ia mendengar sebuah suara lembut yang membuat dadanya berdesir hangat.


"Selamat malam, Jungkook-ah." Suara berat Taehyung berhasil membuat wajahnya memerah tak karuan. Membuat degupan jantungnya menjadi lebih cepat, jauh lebih cepat dari biasanya. Dengan bibir yang terasa kaku, ia pun menjawab.


"S-selamat malam juga, T-Taehyung-hyung..."


Dan mereka berdua pun terlelap dengan senyuman mengembang di wajah keduanya.


***


Suara kicauan burung yang tengah bersenandung berhasil membangunkan Jungkook dari tidur lelapnya. Perlahan, ia membuka dan mengucek matanya. Sesaat, ia tersadar bahwa ia tidak sedang berada di kamarnya.


'Ini dimana?' Pikirnya. Kemudian, ia menolehkan kepala tepat ke sampingnya, hanya untuk mendapati Taehyung tengah tertidur dengan wajah menghadapnya. Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti saja. Hal itu sukses membuat Jungkook terlonjak kaget dan langsung terbangun penuh dari tidurnya.


'A-astaga... Wajahnya tadi dekat sekali.' Pikirnya lagi dengan jantung berdegup kencang dan pipinya yang merah semerah tomat matang. Perlahan, ia kembali menolehkan kepalanya untuk melihat wajah tertidur Taehyung. Yang kemudian melukiskan senyuman kecil di bibirnya. 'Wajahnya saat tidur terlihat damai sekali. Dia terlihat seperti orang yang ramah.' Pikirnya sembari tertawa kecil. Sadar bahwa kini ia sedang menghabiskan waktu bangun tidurnya hanya untuk memandangi Taehyung, Jungkook pun langsung berdiri dari tempat tidurnya dengan pipi yang masih memerah.


Jungkook masih berusaha menenangkan jantungnya dan berjalan keluar kamar. Ia berniat membuatkan sarapan untuk Taehyung dan Namjoon sebagai tanda terima kasih karena mengizinkannya untuk menginap selama seminggu. Namun, saat ia hendak menuju ke dapur, ia bertemu dengan Namjoon yang sudah rapi dengan baju formalnya.


"Namjoon-hyung? Hyung sudah mau berangkat? Ini 'kan baru jam setengah tujuh?" Tanya Jungkook, membuat Namjoon menolehkan kepala ke arahnya.


"Iya, Jungkook-ah. Tiba-tiba saja aku diberitahu ada rapat dengan staf pengajar pagi ini. Dan mereka memintaku yang guru honorer juga datang. Jadi, ya, aku terpaksa untuk bersiap lebih awal."


"Oh, begitu. Hyung sudah sarapan?"


"Aku akan sarapan di Cafetaria nanti. Aku buru-buru sekali sekarang. Tolong nanti kamu bangunkan Taehyung, ya. Dia memang sangat sulit dibangunkan, jadi bersabarlah. Dan jika dia tidak bangun juga, siram saja dengan air dingin."


Jungkook pun tertawa mendengar perintah Namjoon. Melihat Jungkook tertawa, tanpa disadari Namjoon pun ikut tertawa bersama.


"Kalau begitu, Hyung berangkat duluan, ya."


"De, hati-hati di jalan, Namjoon-hyung. Dan jangan lupa sarapan."


"Baiklah, Jungkook-ah." Dan Namjoon pun melangkah keluar dari Apartemen itu. Meninggalkan Jungkook terdiam di ruang tengah.


"Kalau begitu, sekarang aku bisa buat sarapan dulu." Jungkook melangkahkan kakinya menuju ke dapur dan mencari bahan-bahan yang bisa ia masak dan dijadikan sarapan. Ia memutuskan untuk memasak nasi omelet. Setelah ia selesai membuat dua porsi nasi omelet, ia menuangkan segelas susu untuk Taehyung dan segelas air putih untuknya. Lalu, ia pun beranjak untuk membangunkan Taehyung.


"Wangi apa ini?" Suara Taehyung yang tiba-tiba terdengar itu membuat Jungkook terlonjak kaget. Tak mempedulikan Jungkook yang terkaget, Taehyung terus berjalan mendekati meja makan dan melihat dua piring nasi omelet sudah terhidang di sana. "Kamu yang masak?"


"I-iya, Hyung..."


Tanpa basa-basi, Taehyung langsung menarik kursi dan menarik sepiring nasi omelet ke hadapannya. Kemudian, ia langsung memakannya dengan lahap.


"Ini... enak." Ujarnya dengan mulut penuh terisi makanan. Mendengar pujian dari Taehyung, pipi Jungkook pun kembali terasa panas. Sampai akhirnya wajahnya kembali memerah seperti kepiting rebus. "Ya! Kamu tidak sarapan? Kenapa hanya berdiri saja di sana?" Tanya Taehyung pada Jungkook yang masih membatu di tempatnya. Akhirnya, Jungkook pun memilih untuk duduk di hadapan Taehyung dan memulai sarapannya.


"Kenapa gelas susunya hanya satu?" Tanya Taehyung.


"Itu untuk Hyung saja. Aku cukup minum air putih, kok." Taehyung pun meminum setengah susunya dan kembali meletakkannya di meja makan, kemudian mendorong gelas itu mendekati Jungkook.


"Habiskan. Aku kenyang." Perintah Taehyung.


"T-tapi Hyung..."


"Habiskan saja. Masa aku setega itu membiarkan kamu minum air putih sementara aku minum segelas susu sendirian? Lagian kita sama-sama masih dalam masa pertumbuhan. Masih sama-sama butuh asupan gizi yang cukup. Jadi, habiskan susunya dan jangan membantah lagi."


Mendengar nada bicara Taehyung yang -kini Jungkook tahu- tidak bisa dibantah, Jungkook memilih untuk menghabiskan susu yang ada di hadapannya. Setelah selesai, Taehyung berkata sambil tersenyum kecil padanya.


"Terima kasih sarapannya."


Sontak, wajah Jungkook memerah dengan sempurna.


Berusaha menyembunyikan rona merah yang semakin terlihat di pipinya, Jungkook membereskan piring-piring di atas meja dan dengan cepat menaruhnya ke tempat cuci piring. Saat ia hendak mengambil gelas air putih di dekat Taehyung, keseimbangan tubuhnya mendadak hilang dan badannya limbung hampir terjatuh.


PRANG!


Gelas kaca itu kini sudah hancur menjadi serpihan-serpihan tajam yang siap melukaimu jika berkontak langsung dengan kulitmu. Sementara Jungkook? Kini dia tengah berada dalam dekapan Taehyung yang berusaha menopangnya saat ia hendak terjatuh tadi. Dengan posisi wajah yang sangat dekat, dan tangan Taehyung yang melingkar erat di pinggang dan bahunya.


"Kamu ceroboh sekali, kau tahu?!" Ujar Taehyung dengan sedikit berteriak. Ia panik melihat Jungkook hampir terjatuh tadi. Dan kini, Jungkook hanya bisa terdiam dengan pipi yang lagi-lagi memanas dan memerah. Jangan lupakan degup jantungnya yang sudah berdetak kencang tak karuan.


Melihat Jungkook dengan rona merah menjalar di pipinya, Taehyung tak bisa menghentikan jalan pikirnya. Dan lagi-lagi, sebuah pikiran kembali terlintas di otaknya.


'Dia manis sekali...'


Namun, secepat pikiran itu datang, secepat itu pula pikiran itu kembali terbuyarkan oleh kesadarannya. Ia langsung menarik Jungkook berdiri dan mundur menjauhi Jungkook. Dengan sedikit rona merah menghiasi wajahnya.


"K-kamu mandilah duluan! Biar aku yang membereskan ini!"


"E-eh? B-baiklah..." Tanpa membantah, Jungkook kali ini langsung menuruti perintah Taehyung. Karena ia sudah tak bisa lagi menenangkan degup jantungnya, ia tak bisa lagi mempercayai suaranya untuk membantah perkataan Taehyung.


Dengan cepat, Jungkook pun berlalu dari sana. Meninggalkan Taehyung dengan penuh kecanggungan, dengan degup jantung yang tak normal pada keduanya.


-TBC-

Comment