He really hate me

Bangtan High School Cafetaria


"HYUNG! Jangan ambil rotiku, Hyung! Aku lapar~" Teriak Jimin pada Hoseok yang baru saja akan memakan roti -milik Jimin- yang berada di tangannya.


"Ayolah~ Lagipula makanmu 'kan tadi sudah banyak. Jangan pelit begitu, Jimin-ah~" Lalu Hoseok pun mulai memakan roti itu, membuat Jimin tidak berhenti merengek.


"Mereka berisik sekali." Ujar Yoongi yang masih memakan supnya, "Ngomong-ngomong Jungkook-ah, kenapa kamu pindah ke sekolah ini? Secara mendadak pula. Ini 'kan masih di tengah-tengah tahun ajaran."


"Itu... Hyungku dipindahkerjakan ke daerah sini. Jadi mau tidak mau aku juga ikut pindah, Hyung."


"Orangtuamu memangnya ke mana, Jungkook-ah?" Tanya Namjoon kali ini.


"Orangtuaku sudah tiada, Hyung. Mereka meninggal dalam kecelakaan saat aku masih kecil." Jawab Jungkook dengan senyuman tipis di wajahnya. Meskipun tersenyum, mereka tahu bahwa senyum itu penuh kesedihan.


"Mian, Jungkook-ah."


"Tidak apa-apa, kok. Hyung 'kan cuma bertanya." Lalu, mereka pun tenggelam dalam kesunyian. Mereka bingung harus berkata apa setelah mengetahui bahwa Jungkook yatim-piatu.


TREEEET!


"Ah, sudah bel masuk. Cepat sekali, padahal aku masih mau makan." Ujar Hoseok.


"Hyung sudah mengambil rotiku dan masih bilang lapar? Perutmu terbuat dari apa sih, Hyung?" Ledek Jimin yang mengundang tawa dari mereka semua.


"Oh iya, Jungkook-ah. Kelasmu setelah ini apa?" Tanya Yoongi.


"Setelah ini aku dapat Kelas Seni, Hyung."


"Kalau begitu, Taehyung-ah! Kamu jangan tinggalkan Jungkook saat ke Ruang Seni, ya. Kalian sekelas, 'kan?" Perintah Yoongi.


"Tapi Hyung, aku mau..."


"Bolos lagi? Tidak! Pokoknya kamu harus ke kelas bersama Jungkook. Titik." Perintah Namjoon dengan tatapan mengintimidasi. "Kamu mau kuadukan ke orangtuamu kalau kamu membolos lagi, Taehyung-ah?"


"Aniyo, Hyung..." Ujar Taehyung pelan.


"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Cepat kalian semua masuk kelas! Nanti kalian telat!" Kemudian mereka pun melangkah keluar dari Kantin menuju kelas mereka masing-masing.


***


Suasana perjalanan ke Ruang Seni sangatlah sunyi. Jungkook tak berani mengajak bicara pria yang berjalan beberapa langkah di depannya itu. Tatapan orang itu terlalu dingin dan sangat mengintimidasi. Hal itu membuat Jungkook takut.


"K-kalau kamu ada urusan lain, kamu pergi saja. A-aku bisa ke Ruang Seni sendiri." Kalimat Jungkook terdengar terbata-bata. Mendengar hal itu, Taehyung pun membalikkan badannya dan menatap Jungkook tajam.


"Dan kamu akan mengadukan hal itu ke Namjoon-hyung? Tidak perlu."


"Aku tidak..."


"Tidak apa? Jelas-jelas kamu pengadu. Seperti tadi kamu mengadukan aku tertidur di kelas."


"Aku tidak bermaksud begitu. Aku cuma..."


"Berisik! Aku malas mendengarkanmu. Menyebalkan." Taehyung melanjutkan jalannya menuju Ruang Seni. Meninggalkan Jungkook yang berdiri di sana dengan mata yang berkaca-kaca.


'Kenapa dia bisa berpikir begitu? Aku 'kan hanya mencoba menjelaskan kenapa dia tidak tahu aku, padahal kami sekelas. Aku tidak bermaksud mengadukannya.' Pikir Jungkook.


"Ya! Kamu ngapain diam di sana? Cepat sedikit bisa tidak?!" Teriak Taehyung yang sudah cukup jauh di depan. Teriakannya membuat Jungkook terkaget. Dengan cepat, ia berlari mengikuti Taehyung menuju Ruang Seni.


Art Class of Bangtan High School


"Hari ini kita akan belajar membuat sebuah lukisan dengan metode arsiran." Jelas seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan kelas.


Taehyung hanya menguap. Ia bosan. Sangat bosan. Sejujurnya, ia ingin membolos Kelas Seni. Karena menurutnya, Seni merupakan pelajaran yang membosankan. Duduk diam di kelas memperhatikan gurunya menggambar berbagai macam objek yang ia tak tahu apa.


'Lebih baik aku tidur siang di atap daripada memperhatikan guru itu menggambar.' Pikirnya dalam hati. 'Cih. Kalau saja tidak ada anak baru menyebalkan itu.' Ia pun mengedarkan pandangannya ke beberapa kursi di depannya, tempat Jungkook berada. Ia mendapati Jungkook sedang memperhatikan penjelasan guru di depan kelas.


'Kurang kerjaan. Buat apa memperhatikan orang menggambar? Gak jelas.' Gerutunya lagi dalam hati. Ah, kalau saja ia bisa kabur dari kelas ini dan merasakan sejuknya angin yang berhembus di atap. Lalu, Taehyung pun meletakkan kepalanya di atas meja dan sekali lagi pada hari itu, ia tertidur di dalam kelas.


***


Big Hit Office Building


Seorang laki-laki dengan rambut coklat tengah mengetik sesuatu di komputernya. Matanya terus beralih dari layar monitor di hadapannya ke sebuah berkas yang ada di dekat keyboard komputer itu. Meja kerja laki-laki itu dipenuhi dengan tumpukan-tumpukan berkas yang sama sekali belum tersentuh olehnya.


"Kim Seokjin-ssi?" Panggil salah seorang pria, yang merupakan atasannya.


"De?"


"Ini data pengeluaran bulan kemarin dan dua bulan sebelumnya. Tolong buat laporan secepatnya." Dan pria itu pun menambahkan beberapa berkas ke tumpukan berkas di hadapannya. Jin yang melihat tumpukan-tumpukan itu hanya bisa menghela napas pelan. Ia meregangkan badannya yang sudah sangat lelah karena terus duduk di kursi kerjanya selama seharian penuh.


Perhatiannya pun teralih ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 5.45 sore, dan seharusnya jam segini adik kesayangannya sudah pulang dari sekolah.


'Bagaimana dengan Jungkook, ya? Apa dia nyaman di sekolah barunya? Apa dia sudah pulang sekarang? Atau mungkin dia sudah ada di rumah? Apa dia pulang dengan selamat? Bagaimana kalau...' Berbagai pikiran buruk mulai memenuhi pikirannya. Dengan cepat, ia menyambar handphone yang ada di meja kerjanya dan menelepon adik kesayangannya.


"Yoboseyo?"


"Kook-ah! Kamu sudah pulang? Sudah sampai rumah?"


"Jin-hyung? Ini aku baru saja mau pulang, Hyung. Memangnya kenapa?"


"Baru pulang? Jam segini? Memangnya kamu ngapain saja di sekolah jam segini baru selesai?"


"Aku tadi keliling-keliling sekolah mencari kegiatan ekstrakulikuler yang kira-kira cocok untukku, Hyung. Makanya pulangnya lebih sore."


"Terus, kamu pulang sendirian?"


"Iya, Hyung."


"Hati-hatilah di jalan, Kook-ah! Kalau bisa, kamu cari teman untuk pulang bersama. Hyung khawatir kamu kenapa-kenapa..."


"KIM SEOKJIN! BERHENTILAH MENELEPON DAN LANJUTKAN PEKERJAANMU!" Perintah atasannya sambil berteriak.


"Hyung fokus saja pada pekerjaan Hyung. Gak usah khawatir akan aku. Aku akan baik-baik saja kok, Hyung. Aku 'kan sudah besar."


"Pokoknya kamu harus segera mengabariku kalau sudah sampai rumah. Arrasseo?"


"De, Hyung~"


Lalu, Jin pun menutup teleponnya dan melanjutkan pekerjaannya.


'Semoga saja Jungkook sampai di rumah dengan selamat.' Pikirnya. Lalu jarinya kembali bekerja di atas keyboard komputer di hadapannya.


***


GOMAWOYOO FOR 200 READERS !!!
MIAN UPDATENYA LAMA EOH..
ADMIN LAGI TRY OUT πŸ˜…
KALO CERITANYA ANEH VOMMENT .. KEEP VOTEING PLS ?
VOTE n VOMMENT PENGARUH UPDATEANNYA 😊
GOMAWO CHINGU YAA !!

Comment