You - 2

Happy Reading


Earphone menyumpal ditelinga kanan dan kirinya. Lantunan lagu Shwan mendes menemaninya siang itu. Shinhye bersenandung mengikuti alunan lagu seraya menggoyangkan tongkat pel kesana kemari.


Pukul dua siang.


Dan tentu saja para warga sekolah dasar sudah tidak ada di tempatnya.


Tiba-tiba sesuatu menabrak otaknya.


Jadwal kuliah sorenya.


Ya ampun.


Shinhye mendadak panik.


Dia segera melepas earphone nya dan dengan tergesa ia menyelesaikan pekerjaannya.


"Ya ampun kenapa aku bisa melupakannya." Shinhye memfokuskan mata dan tangannya agar pekerjaannya segera terselesaikan.


Dan malang tak bisa di tolak, untung tak bisa di raih, saat Shinhye memindahkan peralatan kebersihannya ke koridor lain yang membentang ke arah ruang guru, sepasang kaki kecil tanpa rasa bersalah memijaki lantai yang masih basah.


Jejak-jejak sepatu kecil itu membuat tekanan darah Shinhye mendadak naik.


"K-kau, yaaah kau anak setan, berhenti kau di sana." Shinhye menjerit frustasi.


Kemudian ia tanpa ragu mencampakkan peralatan pelnya dan berlari serampangan untuk mencekal tubuh kecil yang masih saja tak menggubris dirinya. Betapa kurang ajar. Anak ini perlu di beri pelajaran.
Dimana sopan santunnya.


"Mau kemana kau heum?" Shinhye berbisik seram saat tangannya berhasil menyergap dan meringkus tubuh anak itu dari belakang.


"Lepas!!"


"No no no!" Shinhye menggeleng. "Tidak sebelum kau membantuku membersihkan bekas kakimu di lantai itu." Shinhye menunjuk jejak-jejak kecil yang menghampar di sepanjang koridor.


"Kenapa harus aku, itu kan tugasmu."


Oh ya ampun.


Nada bicaranya.


Kalimatnya.


Anak ini mulutnya pedas sekali.
Dan sepertinya Shinhye pernah mendengar suara dingin ini sebelumnya.


Gigi Shinhye menggeretak kesal. Dia dengan kesabaran yang hampir lenyap membalikkan tubuh kecil yang tersandera oleh lengannya.


"Ah~ tentu saja kau, seharusnya aku tahu sejak awal." Lidah Shinhye berdecap kasar ketika sadar Dennis lah bocah yang membuat ulah.


Dennis hanya menatap Shinhye datar, merasa tak tertarik dengan omelan dan tuduhan Shinhye, kemudian ia melanjutkan langkahnya.


"Oooh, kau yaaa!!" mata Shinhye membesar, telunjuknya mengikuti arah kemana Dennis pergi. "Hei bocah menyebalkan, yaaak," Shinhye menjerit.


"Dasar anak setan, enak saja dia main pergi begitu saja, aku tidak akan melepaskanmu iblis kecil," Shinhye lari dan dengan cekatan menarik lengan Dennis.


"Kau tidak boleh lari dari tanggung jawab, ayo bersihkan jejak kakimu." Shinhye mengangkat tubuh Dennis dan membawanya ke tempat semula di mana peralatan kebersihannya berserakan.


"Turunkan aku!" Dennis memnerontak.


"Tidak, kau bandit kecil menjengkelkan."


"Dasar Noona urakan." Dennis mencibir.


Bola mata Shinhye hampir keluar, "APA? Beraninya kau mengataiku urakan, heh?"


Dennis memutar bola matanya. "Ya memang kenyataannya seperti itu, wajah noona yang cantik berbanding terbalik dengan sikap begajulan noona."


Ap-apaa.


Itu kan kata-katanya tadi pagi.


Oh ya ampun.


Tensi darahku.


Anak ini punya bakat terpendam.


Dia memiliki keahlian membuat amarah orang lain tumpah karena mulutnya yang menyebalkan.


Shinhye bersiap meledak, namun urung, tak ada gunanya meladeni iblis kecil menyebalkan ini. "Aish dasar tuyul. Cepat bersihkan jejak kakimu, baru setelah itu aku akan melepaskanmu." Shinhye menurunkan Dennis dan menyerahkan tongkat pel sepanjang 1,5 meter padanya.


"Kenapa harus aku yang membersihkan, noona kan di bayar untuk itu di sini?"


Holy fucking shit.


Semenyebalkan apapun komedo dan jerawat di jidat, semenjengkelkan apapun seorang Ibu mertua, semengesalkan apapun guru Fisika, berhadapan dengan Dennis jelas 100 kali lebih menyebalkan.


He's beyond annoying.


Anak siapa sih dia sebenarnya.


Sepertinya Ayahnya terlalu memanjakannya sampai dia jadi sangat mengesalkan begini.


Ya, ucapannya sih memang benar.


Shinhye memang di bayar untuk membersihkan sekolah ini.


Tapi tetap saja, tuyul ini harus di ajarkan bagaimana cara bertanggung jawab dan menerima bayaran atas kesalahan ia lakukan.


"Benar sekali, tapi aku bukanlah orang yang akan mentoleril kesalahan tanpa adanya pertanggung jawaban, termasuk pada anak kecil, kau mengerti maksudku." Shinhye menyeringai dan mengangsurkan tongkat pel pada Dennis.


Dia yakin, tanpa menjelaskan arti perkataanya pada Dennis, anak setan itu pasti akan mengerti, karena biasanya orang bermulut pedas itu berotak cerdas, menurut Shinhye.


Dan dugaannya benar.


Dennis mengerti maksudnya.


Dennis bersungut-sungut, mulutnya berdecak sementara tangannya merebut tongkat pel di tangan Shinhye.


Dennis berjalan menghentak ke sisi kiri kemudian mengayunkan tongkat pel yang jauh lebih tinggi dari tubuhnya berulang-ulang. "Aku bahkan tidak pernah membereskan mainanku yang berserakan," Dennis menggerutu.


Oh anak yang sangat manja rupanya.


Dan Shinhye bersedekap seraya tersenyum. Entah terdorong oleh apa, tapi Shinhye merasa Dennis adalah anak yang memiliki kepribadian menarik, dan sepertinya menggoda bocah dingin yang angkuh seperti Dennis akan sangat menyenangkan.


"Ini, sudah selesai. Aku harus pulang, kau sudah puas menghukumku kan Noona?" Dennis menyerahkan tongkat itu pada Shinhye dengan kobaran jengkel di matanya.


Shinhye berjongkok dan tersenyum manis, tangannya mendarat lembut di atas puncak kepala Dennis dan mengusapnya. "Tuan muda yang pintar."


Dennis menepis tangan Shinhye. "Dasar Noona menjengkelkan." kemudian Dennis melangkah pergi meninggalkan Shinhye yang masih tersenyum menatapnya seperti remaja yang jatuh cinta.


"Kenapa aku jadi suka anak itu ya?" Shinhye tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Padahal tadi dia kesal sekali padanya. Tapi entah kenapa Shinhye merasa Dennis sebenarnya adalah anak yang sangat mjenyenangkan. Tanpa sadar ia tersenyum bodoh seraya mengumpulkan peralatan kebersihan.
.
.
Shinhye sampai di gerbang sekolah internasional itu satu jam setelahnya.


Saatnya membebaskan diri dari siksaan pekerjaan hari ini dan masuk ke kandang singa, si profesor Lee.


Shinhye melangkah letih. Dan saat kakinya terseret ke halte, di langkah ke delapan, siluet kecil di samping gerbang menjulang itu memaksakan kakinya berhenti.


"Waah Tuan muda kenapa kau masih di sini, bukankah seharusnya kau sudah duduk santai di dalam limosin mahalmu?" Shinhye bersedekap menggoda Dennis.


Dennis menatapnya datar dan tak berkata apapun.


"Hmm atau jangan-jangan kau masih menungguku ya, kau bilang aku menjengjelkan padahal kau ingin dekat dan menjadi temanku?" Shinhye meletakkan tangan di bawah dagu, pura-pura mempertimbangkan asumsinya sendiri dan mengabaikan wajah bosan Dennis. "Baiklah akan ku pertimbangkan jika kau sungguh-sungguh ingin jadi temanku." Shinhye rersenyum renyah.


Dennis berdecih, "Ck, kau semakin menyebalkan Noona, pergilah."


Shinhye menggeleng. "Tidak, aku akan menemani teman baruku." Mengabaikan perintah Dennis, Shinhye justru mendekat dan duduk di sampingnya.


"Siapa temanmu? Aku tidak bilang mau berteman denganmu." Kata Dennis ketus.


Shinhye tercengir bodoh. "Tapi aku mau berteman denganmu." Balasnya.


Kali ini Dennis sepenuhnya merespon kalimat Shinhye, ia menatap Shinhye lekat-lekat, seolah Shinhye adalah benda yang paling menarik di dunia. "Sudah jelas seperti itu." Dennis bergumam sendiri.


"A-apa yang sudah jelas?" Shinhye gagap tiba-tiba.


Dennis tersenyum miring. "Kau pasti perempuan suruhan lawan bisnis Appa kan, dan kau ingin menculikku agar Appa mau mengalah dan dengan sukarela menyerahkan tender-tender besar di perusahaanya untuk bosmu, iyakan? Siasat bisnis."


Rahang Shinhye jatuh ke atas trotar.


Otaknya tersendat sesuatu.


Otot mulutnya kaku. Kelopak matanya keram. Tulang pipinya beku. Dan kepalanya serasa tertimpa semen. Ya ampun. Ini kalimat terpanjang yang di ucapkan anak ini sejak pertemuan pertama mereka. Dan sumpah, Shinhye tak menyangka anak ini sepintar itu. Tidak, bukan, Shinhye tak berniat menculiknya. Yang benar saja. Untuk apa menculik alien menyebalkan begini.


Hidupnya sendiri saja sudah sangat repot dan sengsara.


Tapi, anak ini tanggap pada keadaan sekitar dan dari mana dia tahu tentang siasat bisnis itu.


Ayahnya, benar. Pasti dia yang mendoktrinkan hal ini kepada Dennis. Sekaya apa ayahnya sampai mengajarkan hal seperti ini pada anaknya yang masih di bawah umur.


"Kau lihat Noona, di sana ada tiga petugas keamanan, kau culik saja aku kalau berani."


Shinhye mengikuti telunjuk Dennis.


Dan matanya mengerjap cepat.


"Kau, aish siapa yang mau menculikmu sih?" Shinhye mengeram gemas.


"Kau, siapa lagi." Dennis menuduh seenaknya.


For God's sake. Memangnya mukaku muka penculik apa.


Shinhye mengacak-acak rambutnya, "Ya Tuhaaaan, sekaya apa sih ayahmu sampai dia membuatmu menjadi pribadi kelewat waspada begini." Ia menjerit tertahan.


Dennis terkekeh melihat rambut Shinhye yang acak adul seperti sarang burung. Wajahnya frustasi dan telinganya merah padam. "Sangaaaaat kaya. Kata Om Hyukjae dan Kak Doyoung beliau bisa memberi makan seluruh penduduk Korea selama lima tahun kedepan, dan tidak akan jatuh miskin karenanya." Seringai Dennis uang sombong lahir.


Shinhye semakin frustasi. Dia memengang bahu kecil Dennis, masih dengan rambut sarang burungnya. "Dengar, aku tidak akan menculikmu, ini pencideraan harga diri namanya. Kau menuduhku penculik. Ya ampun." Shinhye memejamkan kedua matanya, sebal.


"Sama seperti Janne dan gadis-gadis lain di sekolahmu. Aku hanya ingin menjadi temanmu, dan~astaga, sepertinya aku benar-benar membuat keputusan yang salah." Shinhye menggeresah. Sumpah demi Tuhan, baru kali ini ia frustasi menghadapi anak kecil dan dengan bodohnya ia memohon untuk menjadi teman dari bocah yang amat-sangat-benar-benar-sungguh-kelewat-terlalu menyebalkan. Mark it. Ini gila.


Dennis terkikik geli mengabaikan Shinhye yang hampir kehilangan akal sehat.


"Ya sudah, ya sudah. Aku akan pergi. Kita tidak usah jadi teman oke, aku mencabut semua ucapanku. Oh betapa konyolnya aku." Shinhye merapikan rambutnya dan menjauhkan tangannya dari pundak Dennis.


Shinhye bangkit dan menyeret kakinya meninggalkan Dennis.
Haah tak ada gunanya mengurusi anak setan itu.


"Tapi aku mau menjadi teman Noona."


Shinhye tersentak mendengar kalimat Dennis, tapi ia tak mau terjebak tipu muslihat tuyul kecil itu. Ia tetap melanjutkan langkahnya sampai sepasang kaki kecil berhenti tepat di depannya.


Shinhye menatap wajah dan senyum ramah Dennis, dan sungguh manis, benar-benar manis, dia sangat lucu dan menggemaskan, tampan dan manis di saat yang bersamaan, jika saja sikap Dennis tak semenyebalkan itu, Shinhye akan 100% percaya jika ada yang mengatakan Dennis adalah malaikat kecil yang turun dari surga.


Shinhye terperanjat saat Dennis meraih tangannya dan menjabatnya paksa.


"Jadi mulai hari ini, Noona sahabatku. Dan Noona adalah sahabat perempuan pertamaku." Dennis tersenyum manis.


Shinhye masih tertegun.
Tak paham dengan jalan pikiran Dennis yang rumit.


Dennis menggoyangkan tangannya dan memerintahkan Shinhye untuk merunduk.


Shinhye dengan bodoh menurutinya.


Dan setelah tinggi mereka sejajar.


Cup!!


"Noona sangat cantik." dan setelahnya Dennis lari meninggalkan Shinhye yang terdiam kaku. Oh ya ampun. Anak itu. Shinhye memegang pipinya. Hatinya menghangat. Seperti dugaannya. Dennis memang anak yang manis.


Astaga, apa aku jatuh cinta pada anak kecil.


Menjijikkan.


Aku bukan pedofil.


Tapi perasaan apa ini.


Kenapa aku bahagia di cium oleh tuyul itu.


Shinhye menggeleng dan berusaha membersihkan otaknya. "NO NO NO, dimana otakmu Shinhye, setampan apapun Dennis, kau tidak mungkin menyukainya haaaa." Shinhye lagi-lagi mengacak-acak rambutnya.


"Appa~"


Suara Dennis menyadarkan Shinhye.


Omo!!


Detik itu juga.
Oksigen mendadak lenyap.
Bumi terasa pengap.
Jantung Shinhye lemas.
Matanya berkabut.
Ginjalnya panik.
Paru-parunya sekarat.


Ya ampun.
Ya Tuhan.
Oh neptunus.
Oh Zeus.
Di-dia.


Yang turun dari mobil itu.


Oh.


Tampan sekali.


Oh ya ampun.
Masih muda lagi.
Bagimana mungkin Ayah Dennis semuda itu.
Oh sungguh tampan.
Benarkah dia manusia.
Bukan.
Dia pasti cyborg, kloning dari malaikat, patung pahatan, karya seni berjalan, salah satu seni terbaik louvre yang melarikan diri, lukisan terbaru davinchi picasso atau siapapun, dia ukiran mahasempura, pengeran dari negeri dongeng, tokoh fiksi yang keluar dari wattpad, atau model terkenal amerika yang langsung keluar dari majalan Vogue atau apapun yang tak nyata.


He's freakin unreal.


Dan Demi Tuhan, lihatlah mobil itu, penampilannya, caranya berjalan, kewibawaannya.


Kekayaannya!!
Epitome of perfection.
Tak heran wajah Dennis seperti pangeran.
Jadi seperti inikah Ayahnya.
Dan dari pria itukah Dennis mendapatkan seluruh ketampanannya.
Jelmaan malaikat.
Shinhye yakin itu.
Oh-oh-oh apa, apa aku sungguh-sungguh jatuh cinta kali ini.


Shinhye bersemu.


Ku rasa iya.


Aku jatuh hati padanya.


Tapi dia luar biasa.


Sedangkan aku biasa di luar dan di dalam.


Tapi jatuh cinta boleh saja kan, asal aku tak menggangu hidupnya.


Dan demi Tuhan, Ibu kandung Dennis pasti sudah menyelamatkan Korea dari penjajahan di kehidupannya yang sebelumnya hingga ia mendapatkan suami dan putra setampan mereka.



Comment