You - 11 (A)

Seoul, 2012


Shinhye menatap replika dirinya di cermin. Ia mencoba dress buah tangan dari kakak iparnya sepulangnya wanita itu dari perjalanan bisnis ke Azerbaijan.


Dressnya sangat nyaman, terbuat dari sutra, modelnya sederhana namun elegan dan sesuai dengan usianya yang masih menginjak 18tahun.


"Istriku ini benar-benar memukau, apapun yang dia kenakan akan membuatnya benar-benar seperti putri." Kata Kyuhyun yang tak benar-benar memperhatikan dress istrinya, perhatiannya justru tertuju sepenuhnya pada wajah wanitanya. Ia berjalan dari kamar mandi, kemudian memeluk istrinya dari belakang dan meraba perutnya yang mulai membuncit karena kandungannya memasuki bulan ke tujuh.


"Hai anak Appa. Kau baik-baik saja di sana? Appa yang kau lakukan bersama ummamu hari ini? Kau menjaganya dengan baik bukan, seperti pesan Appa?" Kyuhyun mengusap sayang perut istrinya.


Shinhye terkekeh pelan. "Hai Appa, lapor, hari ini aku dan umma menemani halmeonhi ke butik untuk mengambil baju, berbelanja dan menjemput Ahra imo ke Incheon. Dan aku sudah menjaga umma seharian."


Suara Shinhye yang terdengar seperti anak kecil membuat Kyuhyun gemas setengah mati, hingga ia tak sanggup menahan hasratnya untuk menarik kepala Shinhye mencium wanitanya membabi buta.


"Anak Appa memang hebat." Kata Kyuhyun setelah ciuman mereka terlepas. "Kau sudah minum susu hamilmu sayang?"


Senyum lembutnya terkulum anggun. Shinhye mengangguk, "hmm sudah." Ia balas memeluk lengan suaminya yang melingkari perut besarnya. "Kyu, boleh tidak jika aku memakai dress ini untuk ke acara acara nanti malam."


Mata Kyuhyun menelusuri dress yang di kenakan Shinhye melalui cermin di hadapan mereka, memindai dengan seksama sebelum dengan posesif berkata, "tidak sayang, coba lihat dress ini hanya sepanjang lututmu, tidak berlengan dan demi Tuhan di bagian punggung atasmu agak transparan," Kyuhyun mulai mengomel. "Noona benar-benar, kau hanya boleh mengenakan dress ini di hadapanku titik." Putus Kyuhyun tak terbantahkan.


Melalui cermin Shinhye memandang suaminya kritis, jelas tak mengerti. Yang di katakan Kyuhyun memang benar, tapi cara lelaki itu mendeskripsikan model gaun Shinhye benar-benar berlebihan.
"Kyu, tapi ini masih berlengan meskipun hanya sebatas ketiak. Dan juga ini masih selutut sayang." Shinhye mendebat.


"Tapi-"


"Satu lagi, ini hanya sekitar 10senti Kyu yang kau sebut transparan. Tidak sepenuhnya. Ayolah sayang." Shinhye memotong sanggahan Kyuhyun. Ia merunding, agar suaminya memberinya ijin.


Kyuhyun menggeleng, tak menerima segala jenis perundingan. "Tidak sayang. No! Kau tau, Kim Kibum putra paman Kim Namjin relasi bisnis Appa juga datang, kau ingat kan dia itu bocah tengik yang suka padamu sejak kelas satu SMA, dan ku harap kau juga tidak lupa kalau ayahmu selalu berusaha menjodohkanmu padanya, aku tidak ikhlas istriku di tatap lapar oleh keparat itu."


Tangan Shinhye merayap dan mengusap sayang pipi Kyuhyun. Meredam emosi suaminya yang hampir meluap. "Hey, tapi aku kan sudah menjadi istrimu. Dan siapa yang berani merebut istri seorang Cho Kyuhyun."


"Tentu tidak ada, aku akan menghabisi siapapun yang berani berkhayal atau bermimpi merebutmu dariku." Kyuhyun mengeram, rahangnya mengeras.


Shinhye mengangguk setuju. "Hmm itu dia, jadi kau tidak perlu khawatir sayang. Tidak ada yang bisa membuatmu berpaling dariku. Lagi pula, kalau aku memakai dress panjang dengan perutku yang besar, itu mempersulit langkahku Kyu." Shinhye bernegosiasi. "Dan bagaimana kalo kita memakai pakaian yang senada nanti malam, jadi mereka semua tahu kita suami istri, dan juga, para perempuan-perempuan genit di sana juga tidak akan menggoda suamiku. Terutama Lee Sena." Bibir Shinhye mengerucut, menggemaskan. Shinhye tentu saja luar biasa kesal saat para perempuan-perempuan muda itu terang-terangan menggoda suaminya, bahkan tanpa lelah terus mengejar-ngejar suaminya, ia kesal bukan main meksipun pada akhirnya ia harus memendam segalanya seorang diri atau menuangkannya ke dalam diari. Shinhye bukan tipe gadis yang akan termakan emosi membabi buta ketika ia cemburu.


"Manisnya istriku jika sedang cemburu." Kyuhyun mencubit pipi Shinhye.


"Kyu~"


Kyuhyun terkekeh dan mengecup bibir Shinhye sekilas. "Baiklah, kita pakai baju yang mirip saja." Ia melesakkan kepalanya ke leher Shinhye, membaui aroma parfumnya yang selalu berhasil mengusir kepenatan Kyuhyun setelah seharian beraktivitas.


"Oh iya Kyu, kau jadikan memberikan nama Renjun padanya." Shinhye tiba-tiba mengungkit lagi hal ini, sudah lebih dari lima belas kali dia menanyakan hal yang sama sejak bulan lalu.


"Iya sayang, tentu saja. Itu kan nama pilihanmu."


Shinhye tersenyum. "Ku harap kau akan menjaganya dengan baik ya Kyu. Dan memberikan kasih sayangmu seutuhnya padanya." Tangannya mengusap-usap perutnya sendiri.


Kening Kyuhyun mengerut mendengar lanjutan kalimat Shinhye kali ini. Tak biasanya istrinya mengatakan hal seperti ini. Shinhye memang sering memastikan mengenai pemberian nama pada calon anak mereka. Tapi seingat Kyuhyun, wanita belia itu tidak pernah mengucapkan kalimat yang tak biasa seperti tadi.
"Apa maksudmu sayang. Tentu kita akan menjaganya sepenuh jiwa kita. Merawat dan menyayanginya setulus mungkin." Ada yang mengganjal di hati Kyuhyun saat mendengar kalimat Shinhye, tapi ia mengabaikannya.


"Iya kau benar." Shinhye tak menyanggah ucapan Kyuhyun. Lalu ruangan itu di dominasi kesunyian, Shinhye dan Kyuhyun sibuk dengan pemikiran mereka sendiri, sampai Kyuhyun sadar ada yang berbeda dari istrinya.


"Hei hei hei ada apa sayang. Kenapa wajahmu mendadak murung." Kyuhyun meninggalkan kecupan-kecupan lembut di leher istrinya.


"Kyu, apa aku tidak akan semakin mengecewakan umma dan appaku jika aku datang ke pesta nanti malam?" Shinhye ragu-ragu.


Malam ini keluarga Cho akan menyelenggarakan pesta mewah untuk merayakan ulang tahun perusahaan mereka yang telah berdiri selama 78tahun.


Dan Shinhye yang menyandang gelar menantu satu-satunya keluarga Cho sejak delapan bulan belakangan tentu harus hadir. Tapi jika mengingat permusuhan di antara keluarganya dan keluarga suaminya, ia mendadak terjebak dalam dilema.
Ia sudah mengecewakan kelurganya dengan memilih menikah bersama Kyuhyun meskipun tanpa restu dari mereka. Ia pergi dari kediamannya, dan tinggal bersama satu-satunya musuh terbesar keluarganya, itu adalah hal yang sangat mengecewakan. Dan tentu Shinhye tak ingin menambah daftar kekecewaan keluarga Park terhadapnya. Namun mertuanya juga akan sangat kecewa jika ia tak hadir dalam acara penting itu.


Kyuhyun menuntun istrinya ke ranjang, kemudian ia duduk dan memangku wanitanya. "Jika kau tidak ingin datang, aku akan mengatakannya pada Appa dan umma, aku akan menemanimu di rumah, aku yakin mereka akan mengerti."


Shinhye menatap Kyuhyun agak lama dan menggeleng pelan setelahnya. "Tidak aku akan datang, dan semoga orang suruhan Appa tidak mengacaukan pesta kali ini seperti pesta peresmian hotel saat itu."


Sebenarnya sangat keliru jika Shinhye berfikir ia mengecewakan keluarganya. Ini hanya tentang ego keluarganya yang sangat tinggi. Keluarga Kyuhyun dengan suka rela menerima putri dari musuh bebuyutan kelurganya, menganggapnya seperti putri mereka sendiri, memperlakukan Shinhye dengan baik dan sempat menawarkan perdamaian namun keluarga Park menolak mentah-mentah.


"Tidak sayang percayalah." Kyuhyun mengecup kening istrinya lama.
.
.
Pesta itu di adakan di salah satu ballroom hotel termewah di Seoul. Sekitar tiga ratus pejabat dan pengusaha besar menghadiri perhelatan akbar itu. Kyuhyun bersama istrinya melenggang masuk dan seketika pusat perhatian seluruh hadirin tertuju pada keduanya.


Decak kagum serta gunjingan berbaur di udara. Tatapan iri, kagum, dan tidak suka tercurah sepenuhnya pada pasangan belia itu. Kalimat pemujaan hingga cibiran terdengar seperti sekumpulan lebah yang mengerumun.


Sesuai dengan kesepakatan sore hari tadi, Shinhye malam ini mengenakan dress pemberian Ahra, membuatnya terlihat anggun sederhana dan sangat cantik dengan perutnya yang membesar, aura ibu hamil memang luar biasa memukau, pun Kyuhyun yang tampan dengan suit semi formal berwarna senada dengan dress istrinya.


"Hai sayang, kalian sudah datang, kemarilah sebentar lagi pesta akan di mulai." Nyonya Cho memeluk Shinhye kemudian mempersilahkan menantu dan putranya duduk di dekatnya. "Kalian tunggu di sini ya, ayah kalian juga Ahra dan Siwon sedang menemui tuan Kimura," Nyonya Cho tersenyum lembut seraya mengusap kepala menantunya.


"Iya umma." Shinhye tersenyum, agak terpaksa karena sesuatu mengganjal pikirannya. Shinhye risau, namun berusaha tetap terlihat tenang.


Kyuhyun menggenggam tangan istrinya. "Sayang kau baik-baik saja." Ia jelas bisa merasakan keresahan Shinhye.


"Ya, aku baik-baik saja." Sekali lagi Shinhye menarik sudut bibirnya secara paksa.


Kyuhyun tentu saja tak merasa lega mendengar jawaban istrinya. "Apa perutmu sakit?"


"Tidak."


"Apa ada yang menggangumu sayang?" Ia mulai cemas.


Kali ini Shinhye menjawabnya dengan gelengan kepala yang di sertai senyuman mendamaikan.


"Apa gunjingan para tamu sialan itu menggangumu?" Kyuhyun tak menyerah. Ia juga mendengar beberapa tamu mencibir mereka terutama istrinya yang hamil di usia yang masih sangat remaja. Dan Kyuhyun menahan amarahnya kuat-kuat untuk tak menghajar para bedebah itu dan mengacaukan acara penting keluarganya.


"Tidak sayang." Katanya lembut seraya mengusap pipi Kyuhyun, cara terampuh meredam amarah suaminya.


Kyuhyun memegang tangan Shinhye yang berada di pipinya. "Lalu kenapa?" Bisiknya.


Shinhye pun tidak tahu, ia sedih untuk alasan yang tak ia ketahui. Ketakutan untuk berpisah dengan suaminya terus membayangi alam sadarnya sejak kakinya yang berbalutkan sepatu flat indah melangkah masuk di pintu ballroom.


"Aku.."


"Wow luar biasa."


Shinhye tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena dari kejauhan suara yang sangat ia kenal menginterupsi konsentrasinya.


Shinhye dan Kyuhyun tegang bukan main saat pria 32 tahun itu bertepuk tangan mencemooh.


"Appa." suara Shinhye sangat lirih.


"Tak buruk juga pesta yang kalian gelar." Katanya sangat sombong. Mata elangnya mengedar menyusuri ballroom.


"Tentu, aku tidak mungkin menggelar pesta sederhana untuk perusahaanku." Tuan Cho bersama Siwon dan Pak Lee datang dari sayap kanan ballroom. "Omong-omong aku merasa terhormat besan sekaligus musuh terbesarku berkenan bertandang ke sini."


Park Jaehan menyeringai. "Aku kemari untuk memberikan tawaran yang menakjubkan untukmu."


Ia menatap Shinhye kemudian, memindai penampilan putrinya dan gerahamnya menggeretak murka saat matanya menangkap perut putrinya yang membuncit besar. "Shinhye ku dengar perusahaan mertuamu kolaps dan membutuhkan suntikan dana yang luar biasa besar. Aku kemari untuk menawarkan gelontoran dana fantastis yang bahkan melebihi dana yang seharusnya, dengan syarat-" ia menjeda sekali lagi dan seringai kejamnya tersungging. "Kau gugurkan kandunganmu dan kembali ketempatmu yang seharusnya bukan di sini."


"Appa."


Jaehan mengangkat tangan kanannya ke udara. "Jangan memanggilku Appa. Aku tak pernah merasa memiliki putri yang berkhianat padaku."


Kepala Shinhye tertunduk, tak berani menatap mata kelam itu secara langsung, ia mengenal ayahnya adalah sosok tegas yang bijak dan berkepala dingin. Selama bertahun-tahun bermusuhan dengan keluarga Cho, tak sekalipun ayahnya melakukan tindakan brutal. Tapi pernihakannya dengan Kyuhyun mengubah segalanya. Kekecewaannya pada putri bungsu kesayangannya merebut seluruh sifat bijak yang selalu Shinhye banggakan. Dan kini pria yang selalu ia sebut ketika seseorang bertanya siapa cinta pertamanya, berdiri di hadapannya dengan ancaman kejam. Air mata membasahi wajah Shinhye saat mendengar ayahnya dengan lantang memintanya menggugurkan kandungan. Ini sama sekali bukan ayahnya. Beliau sangat menyukai anak kecil. Dan yang berada di dalam kandungan Shinhye adalah cucu pertamanya.


"Bagaimana Shinhye. Kau tak ingin menyelamatkan perusahaan mertuamu?"


"Aku-"


"Paman kumohon jangan menekan istriku." Kyuhyun menyergah ucapan Shinhye. Kedua tangannya meringkus Shinhye ke dalam pelukan.


Park Jaehan berdecak geram. "Diam kau bocah ingusan." Pria itu maju dan serta merta mendorong Kyuhyun hingga tersungkur ke lantai.


"Park Jaehan hentikan!" Tuan Cho murka. "Perusahaanku memang sedangkan kolaps dan membutuhkan suntikan dana."


Seketika ruangan yang tadinya gaduh oleh bisikan-bisikan hadirin mendadak senyap. Mereka tak menyangka perusahaan Adi kuasa milik tuan Cho yang sudah berjaya sejak puluhan tahun silam sedang mengalami kolaps.


"Tapi jika kau menyeret menantu dan anakku ke dalam persoalan ini. Terimakasih, aku menolak bantuanmu."


Mendengar ucapan tuan Cho emosi Park Jaehan semakin tak terkendali. Ia mencengkeram kerah kemeja Kyuhyun yang tersungkur dan tanpa pertimbangan akal sehat menghantam wajah Kyuhyun dengan tinjuan tangannya.


"Kalian semua serang mereka." Setelah interuksi Park Jaehan turun, ruangan itu seketika menjadi luar biasa kacau. Para tamu berhamburan menyelamatkan diri dari baku hantam antara para ajudan Park Jaehan dan keluarga Cho.


"Sombong sekali ayahmu. Bagaimana mungkin aku bisa menerima putra pria sombong sepertinya sebagai menantuku." Tuan Park mengeram, ia kemudian menghajar Kyuhyun tanpa belas kasih.


"Appa hentikan ku mohon." Shinhye berusaha melindungi Kyuhyun dari keganasan ayahnya. Meskipun berakhir sia-sia karena emosi yang menguasai pikiran tuan Park berkali-kali Shinhye terusngkur karena hentakkan ayahnya.


"Sayang ku mohon jangan kemari, pergilah." Kyuhyun yang sudah remuk redam tak berdaya terus mengusir Shinhye.


"Tidak, Appa ku mohon hentikan." Shinhye mencegat tangan ayahnya yang nyaris meninju perut Kyuhyun.


Kemurkaan tuan Park tak tertoleransi lagi, melihat putri bungsunya membela mati-matian putra dari musuh besarnya. "Minggir Park Shin-hye." Lalu tanpa sadar dia mendorong Shinhye ke sisi kiri dimana tangga setinggi satu meter menjulang kokoh.


Shinhye kehilangan keseimbangan dan terjatuh pada akhirnya.


Kyuhyun dan tuan Park menyaksikan sendiri bagaimana tubuh kurus gadis belia itu berguling-guling dan mendarat di lantai dengan keadaan tengkurap.


"Aaagghhh~" Shinhye merintih parau, sesuatu terasa mengoyak perutnya setengah mati.


"Shinhye." Kyuhyun segera berlari dan menyongsong tubuh lemah istrinya. "Sayang, ya Tuhan bertahanlah ku mohon." Kyuhyun semakin panik saat kaki istrinya mulai teraliri darah.


"Sakit Kyu," bulir bening menggantung di pelupuk mata Shinhye. Keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya. "Appa~" bisiknya. Di antara rasa sakit yang luar biasa itu, Shinhye bersumpah ia menemukan tatapan teduh ayahnya yang telah lama ia rindukan.


Ia melihat garis khawatir itu menggelegak jelas di wajah tampan ayahnya dalam sepersekian detik. Sebelum kalimat kejam itu meluncur dari mulutnya. "Baguslah, bayi tidak berguna itu mati sendiri tanpa aku harus repot-repot melenyapkannya. Han Seungwoo kita kembali." Setelahnya ia pergi meninggalkan ballroom bersama belasan anak buahnya.


Shinhye tersenyum lemah, ia bahagia setidaknya ayahnya masih sosok yang sama meskipun kekejaman akibat kekecewaannya pada Shinhye masih memonopoli hidupnya.


"Maafkan aku ayah. Aku mencintaimu." Itu kalimat terkahir yang ia ucapkan sebelum segala hal yang berada dalam hidupnya berotasi.
.
.
"Renjun." Kyuhyun menatap tabung inkubator di hadapannya dengan tatapan nanar. "Ini Appa nak." Tangisnya pecah, ia duduk di lantai kemudian membenamkan wajahnya di antara kedua lutut dengan Isakan kecil berhulu dari bibirnya.


"Dia tampan, sama sepertimu saat bayi, bahkan dia lebih tampan darimu."


Kyuhyun mengangkat wajahnya saat tangan hangat itu menyentuh pundaknya.


"Umma." Kyuhyun bangkit kemudian menghambur memeluk ibunya erat-erat.


Nyonya Cho balas memeluk Kyuhyun seraya mengusap sayang kepalanya.


"Umma aku harus bagaimana, Shinhye masih belum sadar, dan Renjun, dokter mengatakan ada gangguan tertentu pada saluran pernafasannya. Aku takut umma aku takut." Kyuhyun menangis dan menumpahkan bebannya yang menggunung di pelukan ibundanya.


"Nak tak ada yang perlu kau takutkan, istri dan anakmu akan baik-baik saja, percayalah pada umma." Nyonya Cho mengusap kepala anaknya. Ia terpukul menyaksikan putranya yang masih sangat belia harus menghadapi cobaan seberat ini. Di saat pemuda seusianya tengah berbahagia menikmati masa-masa awal sebagai mahasiswa Kyuhyun justru harus tergulung dalam sesaknya ujian hidup.


"Kau dan keluarga kecilmu pasti bisa melewati ini, ibu yakin." Nyonya Cho membisikan kalimat-kalimat surga yang sanggup membuat Kyuhyun lebih tenang.


Namun belum sampai 10 menit kedamaian itu mengguyur darahnya, Kyuhyun kembali di kejutkan oleh kedatangan Siwon yang menyampaikan bahwa Shinhye sudah tidak ada di ruangannya sejak tiga jam yang lalu.


"Hyung, bagaimana bisa. Apa yang di lakukan petugas rumah sakit, bagaimana mungkin istriku menghilang. Mereka terus menghalangiku bertemu dengannya dengan alasan sialan, menunggu jam besuk dan berbagai omong kosong lain. Dan sekarang Shinhye menghilang, aku harus membuat perhitungan dengan mereka." Kyuhyun kalap dan mendorong Siwon hingga lelaki bertubuh besar itu tersuruk ke dinding.


"Sabar Kyu tenangkan dirimu," Siwon menahan Kyuhyun. "Membuat perhitungan dengan pihak rumah sakit hanya akan membuang waktu, aku sudah mendapatkan informasi mengenai keberadaan Shinhye. Shinhye di bawa pergi keluarganya ke Helsinki, mereka masih dalam perjalanan sekarang. Kita bisa menyusul, jadi ku mohon kendalikan emosimu."


Cengkeraman Kyuhyun pada kemeja Siwon terurai perlahan. "Apa~" Otaknya seperti lumpuh tak berfungsi.


"Tadi paman Jaehan dan anak buahnya kemari, membuat kekacauan lalu membawa Shinhye pergi. Jika hal pertama yang kau khawatirkan adalah kondisi Shinhye, maka kau harus lega karena kupastikan Paman Jaehan akan memberikan perawatan terbaik untuk putri kesayangannya, dia membawa Shinhye pergi karena ia menyayangi putrinya, meski caranya sangat salah. Untuk selanjutnya, kita bisa menyusul ke Helsinki besok." Siwon menyakinkan Kyuhyun dan usahanya tak sia-sia karena berkat ucapannya Kyuhyun jauh lebih tenang.


"Appa~" Kyuhyun memanggil ayahnya yang berjalan ke arah mereka dengan raut wajah yang tak terdefinisi.


Kyuhyun tak bisa menebak apa yang sedang di fikirkan Ayahnya, tapi terakhir kali Kyuhyun melihat ayahnya yang selalu tenang, menampilkan raut kacau adalah ketika nenek Kyuhyun meninggal.


Persetan, mungkin ayahnya hanya kelelahan. Kyuhyun melangkah lebar menyongsong ayahnya. "Appa ijinkan aku dan Siwon Hyung ke Helsinki besok, aku harus menjemput istriku. Paman Jaehan membawanya kesana."


Tuan Cho hanya menatap anaknya iba tanpa mengatakan apapun.


Kyuhyun jelas merasa ada yang janggal, tapi ia tak menggubris, rencananya untuk esok hari jauh lebih penting. Ia harus membawa Shinhye kembali bersamanya. "Appa aku akan membawa Danielle untuk mendampingi kami. Karena kemampuanku mengendarai jetmu belum seberapa. Kau akan mengijinkan aku kan Appa."


Tuan Cho berkaca-kaca menatap anak bungsunya.


"Appa aku dan Siwon hyung tidak mungkin naik pesawat umum dan transit di Swedia lalu masih harus terbang lagi ke Finlandia, itu akan memakan banyak-"


Kyuhyun diam saat ayahnya menabraknya dengan pelukan dan tepukkan kuat punggungnya. "Setelah ini, apapun yang terjadi, kau berjanji harus selalu tegar untuk Renjun Kyu. Kau tidak boleh lemah karena sejak kecil Appa tidak pernah mengajarkanmu begitu. Kau seorang ayah sekarang, kau harus selalu mengingat itu."


Kyuhyun mengangguk. "Tentu saja."


Tuan Cho melepaskan pelukannya dan meremas kedua lengan Kyuhyun. Dia mengambil napas dalam sebelum dengan berat menyampaikan kabar buruk yang sejak tadi tertahan di ujung bibirnya. "Jaehan dan keluarganya mengalami kecelakaan pesawat satu jam yang lalu. Seluruh anggota keluarganya di nyatakan tewas kecuali anak sulung mereka, itu berita terbaru yang Appa terima. Kuatkan dirimu demi Renjun Kyu." Tuan Cho memeluk Kyuhyun yang masih terguncang tak sanggup mengatakan apapun sekali lagi.
Hingga beban berat itu menumpu tubuhnya sepenuhnya satu menit kemudian. "Siwon bantu aku membawanya ke ruang rawat," Siwon segera berlari dan membantu taun Cho untuk memindahkan Kyuhyun ke ruang rawat tanpa mengetahui apa yang terjadi.


End of flashback

Comment