Ending


Kyuhyun sempat berfikir kepergian Shinhye ke Cina pasca terbongkarnya kebohongan yang sempat ia simpan rapat dan terkunci dalam kotak hitam kehidupannya, merupakan akhir dari kisahnya bersama Shinhye, benar-benar akhir, tamat dan tak akan pernah ada sekuel atau epilog bahagia bagi mereka.
Tapi semesta berkehendak lain, Tuhan masih merahmati pembohong ulung sepertinya, wanita bersahaja itu dengan kelapangan hati luar biasa bersedia membuka lebar pintu maaf juga hatinya untuk Kyuhyun, tentu ia sangat bersyukur. Kehidupan Kyuhyun seratus lima puluh sembilan kali lebih bahagia sekarang. Hidup lurus dan bersih, tak ada lagi lingkar kebohongan dan ketakutan yang dulu senantiasa mendekap erat sekujur tubuhnya. Meski buku pernikahannya bersama Shinhye telah tercoreng tinta kebohongan masalalu yang tak akan pernah sanggup ia hapus, ia bersumpah, dari saat ini hingga napasnya berderak untuk terakhir kalinya kelak, ia tak akan lagi menambahkan coreng pada buku pernikahan mereka, tak akan pernah untuk alasan apapun, dan ia bersumpah untuk tak melanggar sumpahnya itu.


Deritan halus pintu yang beriringan dengan alunan suara semerdu melodi surga berhasil membelokkan Kyuhyun dari rangkaikan pemikirannya.


Lalu sunyumnya yang tipis pun lahir, "sudah ku bilang kan, kau konsentrasi saja pada tugas akhir semestermu sayang, agar kau cepat lulus dan kita bisa memberikan adik untuk Renjun." Kyuhyun tidak bercanda. Ia kemudian meletakkan buku yang sejak tadi merana di tangannya ke atas nakas, lalu menyambut teh hangat yang di angsurkan istrinya tanpa membuang tarikan bahagia dari kedua sudut bibirnya.


Tawa Shinhye yang sehangat mentari pagi menyambut ucapan suaminya. "Aku masih ingin menghabiskan waktu dengan kalian berdua, dan menebus waktu yang kulewatkan selama kita berpisah." Kata Shinhye tanpa melewatkan pandangannya dari suaminya yang sedang membasuh tenggorokannya dengan secangkir teh.


Kyuhyun meletakkan cangkir keramik ke atas nakas, kemudian dengan cekatan tangannya menarik lengan Shinhye dan mengkaramkan wanitanya kedalam dekapan posesif. "Maaf." Begitu saja, Kyuhyun mengkaramkan wajahnya ke leher istrinya dan mencari kehangatan di sana.


"Untuk?"


Remahan kalimat Shinhye mengenai perpisahan mereka di masalalu membuat gumpalan rasa bersalah yang terkubur di kedalaman jantungnya merayap lagi ke permukaan.
"Karena aku tak segera menyadari bahwa kau selamat dari kecelakaan itu, dan," Kyuhyun menjeda lagi, ia merasa begitu tenang, meskipun helai-helai rasa bersalah dalam tubuhnya bersatu dan menghajarnya tanpa perasaan. Usapan lembut istrinya yang tanpa henti itu sanggup menekan carut marut di hatinya ke titik terendah.
"Dan saat aku menemukanmu, aku justru membohongimu demi egoku." Rasa sesak meremas kuat pangkal jantungnya.


Shinhye tertawa, tawa yang begitu ringan kali ini. "Aku tak berbohong ketika mengatakan aku memahami apapun alasanmu melakukan itu."


"Ya, tapi rasa bersalahku tidak sejalan dengan kelapangan hatimu yang dengan mudah memaafkanku." Kyuhyun masih enggan melepaskan pelukannya yang menyesakkan. Ia membuang napas panjang.


"Aku memaafkanmu sayang, sungguh." Nada suara Shinhye yang sepuluh kali lipat lebih meyakinkan tak sanggup membuat rasa bersalah yang mendekap dada Kyuhyun undur diri.


"Kau tau, apa yang masih menggelitik hatiku sampai saat ini." Merasa tak mendapat respon apapun dari lelakinya, Shinhye menyeret topik lain dan menarik paksa suaminya dari cengkeraman rasa bersalah.


Ringkusan lengket mereka pun terlepas. Kyuhyun menatap istrinya sungguh-sungguh kemudian.


Lengkungan menawan lahir dari kedua sudut bibir Shinhye, "Kau yang saat itu terus bersikeras menolak melupakan masalalumu sampai kita bertengkar hebat, dan yang terkonyol aku cemburu pada diriku sendiri Ya Tuhan." Kekehan jenakanya berhamburan. Tangannya menepuk keningnya sendiri, ingatannya terseret ke malam itu saat dimana ia dengan air mata berderai menyatakan perasaannya kepada Kyuhyun.


Kyuhyun tertawa, kegundahannya lenyap secara mengesankan. Ucapan Shinhye kali ini berhasil mendorong rasa bersalah di hatinya ke sudut terjauh. Ia sekali lagi memanjatkan syukur, setelah kekacauan dan badai yang ia ciptakan, Tuhan masih mengampuninya dan menghadiahkan anugerah seluar biasa ini. Tak pernah ia duga.
Reorganisasi memory yang di sarankan Dokter Song tiga bulan lalu berjalan tanpa kendala berarti, satu bulan setelah melakukan selusin terapi atas anjuran dokter, Shinhye mendapatkan kembali 85% dari keseluruhan ingatannya. Kyuhyun patut berterima kasih atas kehadiran Sooyoung, berkat gadis cerewet itu yang selalu mengomeli Shinhye dan dengan rajin menggeret sahabatnya mengunjungi tempat-tempat yang selama tiga tahun terakhir sering mereka kunjungi, akhirnya tepat pada bulan kedua Shinhye mendapatkan ingatannya, seutuhnya, dari kenangan yang sepahit serbuk obat-obatan hingga yang semanis remahan gula, semuanya, tanpa ada satu kenanganpun yang terlewati.


"Itu benar-benar hal terbodoh yang paling memalukan." Masih segar dalam ingatan Shinhye bagaimana malam itu ia bertengkar hebat dengan Kyuhyun di perpustakaan pribadi lelaki itu. Shinhye ingin melipat-lipat wajahnya, merobeknya kemudian membuangnya ke keranjang sampah saat bayangan tentang seberapa besar ia menaruh rasa cemburu pada istri Kyuhyun (yang tak lain adalah ia sendiri) menggelitik pusat otaknya.


Kyuhyun masih larut dalam tawa. Kalau di pikir-pikir bukan hanya Shinhye yang tingkah polahnya memalukan saat itu. Kyuhyun empat puluh enam kali lebih memalukan, dia bersikeras tak mau melupakan istrinya, padahal sosok yang tengah meminta ia menghapus kenangan masalalu mereka adalah aktris utama dalam prahara percintaan mereka yang rumit. Lalu kenapa saat itu Kyuhyun tak menyetujui saja permintaan Shinhye jadi drama pertengkaran konyol itu tidak perlu terjadi.


"Apa yang kau pikirkan saat itu Kyuhyun?" Kelopak mata Shinhye menipis, matanya menuntut penjelasan.


Kyuhyun mengangkat kedua bahunya, pikirannya berkelana. "Entahlah, meskipun sehari setelah pertemuan kita di gerbang sekolah Renjun, informanku mengatakan kau memang Shinhye istriku. Tapi saat itu aku merasa kau adalah 100% sosok yang berbeda. Karenanya pada pertemuan pertama kita aku hanya diam dan menatap tajam padamu. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Hatiku yakin kau adalah Shinhyeku, tapi otakku menentangnya dan mengatakan kau adalah orang lain. Hatiku ingin meledak bahagia dan memelukmu seerat mungkin, tapi otakku melarangnya."


Shinhye tak mengatakan apapun, tapi lipatan di keningnya yang semakin banyak merespon ucapan suaminya.


"Ya sesederhana itu, aku tidak bisa mengendalikan pikiranku sendiri. Otak dan hatiku terus berdebat dan bertentangan. Aku merasa menemukan bagian dari diriku yang hilang saat kita bertemu lagi hari itu, aku merasa kembali utuh, tapi aku tidak bisa mendoktrinkan fakta ke kepalaku bahwa kau masih Shinhye yang sama yang kunikahi tujuh tahun lalu. Entah mengapa." Kyuhyun mengakhiri satu paragraf penjabarannya dengan tarikan napas panjang. "Sehingga saat kau dengan tangismu memintaku menghapus masalaluku bersama istriku, aku bersikeras menolaknya dan tanpa kusadari itu justru sangat menyakitimu." Kedua mata Kyuhyun terpejam, gugusan sesalnya meledak. Ia meraih kedua tangan Shinhye, meringkusnya kemudian menghujani mereka dengan ciuman. "Sungguh Shinhye, saat itu aku merasa kau benar-benar sosok yang berbeda, aku merasa memiliki dua orang Shinhye. Aku juga tidak mengerti kenapa. Maafkan pemikiran tololku saat itu sayang."


Shinhye menjentik titik mutiara di sudut matanya, ia lalu membunuh jarak di antara tubuhnya dan Kyuhyun kemudian dengan kelembutan mengagumkan mengecup bibir suaminya. "Tak ada yang perlu di maafkan sayang."


"Tapi,"


"Yang penting saat ini, aku, Shinhyemu sudah kembali seutuhnya."


Kyuhyun tersenyum kemudian sekali lagi menarik lengan istrinya dan meringkus tubuhnnya dalam dekapannya yang terlindung. "Aku berjanji kita tidak akan berpisah lagi."


Shinhye mengangguk, matanya terpejam merasakan kehangatan dan kenyamanan yang menyurup daging dan menyebar ke seluruh aliran darahnya. Pelukan suaminya benar-benar seperti surga. Mendamaikan, protektif dan posesif. Dekapan yang membuat Shinhye merasa tenang, terlindungi, di cintai, dan sangat di butuhkan di saat yang bersamaaan. Kedua tangannya mengakar kuat di pinggang Kyuhyun.


"Ma Pa- whoops sorry." Renjun berbalik dan sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar dan menutup kembali pintu yang tadi ia buka tanpa permisi, suara suara ayahnya menginterupsi.


"Come to mama and papa boy."


Shinhye dan Kyuhyun mengurai dekapan erat mereka saat Renjun dengan agak canggung berjalan ke tempat tidur.


"Hey did something bad just happen? How was your day with uncle Siwon and aunty Syo?" Menyadari sesuatu tak biasa terpapar di wajah anaknya, Shinhye dengan intonasi yang menenangkan bertanya, tangannya mengusap rambut anaknya yang sehalus bentangan awan.


Gelengan Renjun membuat Shinhye agak lega.


"So?" Kali ini Kyuhyun menimpali.


"No ma pa, today is super fun day. Aku hanya merasa tidak enak tadi tidak mengetuk pintu lebih dulu. I do apologize to you both ma pa."


Tawa Kyuhyun dan Shinhye meledak. Renjun sejak kecil memang sudah akrab dengan sopan santun dan tata krama, neneknya yang mengajarkan itu semua, tapi bukan berarti hal itu harus membuat ruang lingkupnya menjadi terbatas, mengurangi porsi geraknya, apalagi sampai merusak kedekatan antara ia dan kedua orang tuanya. "Who taught you little man?"


"Uncle and aunty. I said i want lil bro and lil sist. And they said i have to give you both personal spaces. At this point i think your bedroom is your personal space ma pa, tho i have no idea, personal spaces and having bro sis, why shud all of them?" Mata Renjun yang bening berkedip lugu.


Lidah Kyuhyun mendecap dramatis, ia bersumpah kuda terbang itu akan membayar perbuatannya yang iseng, lelaki kekar itu sering mengajarkan yang tidak-tidak pada anaknya.


"Tapi Renjun tidak harus secanggung itu juga dengan Ayah dan Ibu." Shinhye setengah gemas menjepit hidung anaknya yang bangir.


Renjun tersenyum polos kemudian bergelung manja ke pelukan ayah dan ibunya.


"Jadi apa saja yang di lalukan jagoan tampan kesayangan Ayah seharian ini? Apa begitu menyenangkan?" Kyuhyun bersiap menjadi pendengar setia kisah petualangan anaknya bersama sepasang sejoli antik.


"Cukup menyenangkan pa, karena mereka selalu berdebat sepanjang waktu. Kami pergi ke Everland lalu dua jam di sana mereka berdebat, kemudian kami makan di Delomico lalu mereka berdebat lagi sebelum kami ke Caribbean dan setelah perdebatan di Caribbean baru kita semua rumah Amma dan Baba."


"Oya? Kenapa tiba-tiba ke rumah Amma dan Baba?" Kyuhyun dan Shinhye saling menatap dan menangkap sesuatu yang tak biasa. Mengapa mendadak pasangan antik itu mengunjungi ayah dan ibunya.


"Untuk membicarakan pernikahan?" Sahut Renjun.


"APA?!" Kyuhyun dan Shinhye menjerit dengan biji mata nyaris menggelinding.
.
.



Mr. Arthur menyudahi perkuliahan hari ini sepuluh menit yang lalu. Shinhye keluar dari kelas dengan lima buah map, sebuah buku mode bertebal 15cm, 5lembar kain linen, beberapa sketsa hasil coretan tangannya serta sling bagnya yang entah sejak kapan merosot dari bahunya, dia sesak oleh barang bawaan, agak kerepotan dan tergopoh-gopoh mengejar gadis setinggi menara konstruksi yang sejak pagi ia cari-cari keberadaannya.


"Choi Sooyoung." Sebenarnya Shinhye berteriak cukup keras hingga mengundang tatapan beberapa mahasiswa di sekitarnya. Sayangnya si tinggi yang ia panggil tak menyahut. Gadis itu benar-benar.


"Yaaa!" Shinhye mempercepat laju kakinya dan suaranya menyalak setelah ia berhasil mengejar sahabatnya.


"Oh hai nona kaya raya." Sooyoung sedang dalam mood yang sangat bagus. Beberapa langkah berjalan lalu keduanya sampai di mulut gerbang KAIST yang menjulang kokoh dan mewah.


Shinhye tak merasa tersinggung dengan kalimat Sooyoung yang setengah sarkas. "Kau gila Choi, mau menikah tapi tidak memberi tahuku." Shinhye kesal bukan main.


Sooyoung terperanjat, pipinya bersemu semenit kemudian. "Yaa! Bukannya begitu, kemarin mendadak saja si kuda terbang itu mengajakku ke rumah Tuan dan Nyonya Cho setelah kami berdebat sepanjang jalan, Renjun pasti menceritakannya padamu."


Shinhye mengangguk, kelopak matanya menipis. "Lalu?"


"Lalu apa?" Sooyoung terbata.


"Ya lalu apa maksud Renjun, dia bilang kalian kesana untuk membicarakan pernikahan?" Shinhye terus mendesak sahabatnya.


"Itu, engg, nanti saja ku beritahu."


Shinhye mendesis menatap mimik malu-malu sahabatnya. Orang bisa jadi menggelikan begini ketika jatuh cinta. "Jangan-jangan kau hamil anaknya Siwon Oppa, oh my Choi?" Kata Shinhye dengan mimik muka shock yang di buat-buat.


"Yaa!" Kepalan tangan Sooyoung mendarat tepat di jidat sahabatnya. Tak terlalu keras memang, jadi tak memberikan efek apapun.


"Ya jadi begitu, dia membawaku mampir ke rumah Tuan dan Nyonya Cho lalu secara mengejutkan mengatakan bawa dia ingin menikahiku." Sooyoung melanjutkan. "Lalu kau harus tau, saat pulang dia berulah lagi, dia bilang dia tidak cukup yakin dirinya mencintaiku, cih dia pikir aku juga mencintai siluman kuda sepertinya, tapi karena ia merasa usianya sudah cukup untuk berumah tangga ya jadinya dia terpaksa melamarku, sangat menyebalkan."


Kekehan merdu Shinhye mengiringi cerita Sooyoung. Mereka berdua ini kadar gengsinya sama-sama berada dalam taraf yang tak sanggup ku mengerti. Shinhye membatin.
"Lalu kau jawab apa?" Shinhye yakin gadis yang hobi bicara itu tak akan diam saja.


"Ya ku jawab saja aku juga terpaksa menerima pinangan siluman kuda mengenaskan yang memohon menikahiku."


Tawa Shinhye meledak ke udara bersamaan dengan jaguar hitam gagah yang berhenti tepat di depan mereka. Ban berdecit betgesekan dengan aspal.


Shinhye terseyum jahil. "Wah pangeran kudamu Choi." Bahunya dengan sengaja menabrak bahu Sooyoung.


"Shinhye kau tak ingin ikut bersama kami?" Siwon menurunkan kaca mobilnya dan tak berbasa-basi ketika menawarkan tumpangan.


Shinhye menggeleng tanpa membuang seyum manis dari bibirnya yang tipis. "Aku sedang tidak selera menjadi nyamuk."


"Ya sudah kami duluan." Sooyoung memeluk Shinhye sebentar sebelum ia melipat tubuhnya ke dalam mobil Siwon dan kemudian jaguar itu dengan cepat menghilang dari hadapannya.


Shinhye sendiri, menunggu seseorang menjemputnya dan diam-diam ia mamanjatkan syukur luar biasa untuk kesengsaraan membentang yang telah berhasil ia lewati bersama keluarga kecilnya, juga untuk berkah yang terlimpah setelahnya. Ia tak menyangka, setelah badai hebat yang membuat segalanya porak-poranda hingga ia harus terpisah sekian lama dari anak dan suaminya, kematian ayah dan ibundanya, permusuhan antara keluarganya dan keluarga suaminya, mentari masih berkenan mengguyurkan sinar untuk mengusir kesuraman di hidupnya.
Ia bersyukur untuk kemarin, hari ini, esok dan hari-hari selanjutnya. Shinhye berterimakasih untuk hari-hari penuh kebahagiaan untuknya juga keluarganya. Ia tak terlalu yakin dengan ini, tapi ia berharap kedua orang tuanya di surga menyambut dengan suka cita perdamaian sesungguhnya di antara keluarga mereka dan keluarga mertuanya.


"Noonanim." Suara lucu itu mengembalikan angannya yang berkelana. Shinhye melambaikan tangan ke kejauhan, dimana Renjun yang masih memakai seragam sekolah tengah berada di punggung ayahnya, tersenyum imut dan melambaikan tangan ke arahnya. Noonanim? Bibirnya menyulam tawa saat organ lunak di kepalanya mengurai lagi kenangan itu, ini seperti kali pertama mereka bertemu lagi enam bulan yang lalu ketika ia menggantikan pekerjaan temannya sebagai petugas kebersihan. Bedanya saat itu terjadi di sekolah Renjun.


"Tidak mau menamparku lagi nona?" Kyuhyun melepas rayband hitamnya dan mengerling jahil. Ia menurunkan Renjun yang langsung menabrak ibunya dengan pelukan manja, sementara tangannya dengan cekatan mengambil buku dan beberapa map yang penuh sesak di tangan istrinya.


Tawa jenaka Shinhye berhamburan, seseorang seperti melemparkan ingatannya ke saat dimana ia dengan halusinasinya yang luar biasa menampar Kyuhyun di pertemuan pertama mereka setelah terpisah bertahun-tahun. "Aish jangan membuatku malu." Pipinya merona. Ia kemudian menatap penuh cinta pada kedua belahan jiwanya. "Kita jadi ke Ilsan?" Shinhye bertanya setelah tawanya reda.


Kyuhyun mengangguk, "Tentu sayang, tadi Changmin mengantarkan pakaianmu dan Dennis ke kantor, kita bisa langsung kesana sekarang."


"Apa kita akan ke makam kakek dan nenek?"


Shinhye dan Kyuhyun bergantian mengusap kepala Renjun. "Ya sayang, hari ini hari peringatan kematian kakek dan nenekmu." Sesuatu sedang menekan paru-parunya. Shinhye meraup oksigen sebanyak-banyaknya kemudian ia hembuskan dan menyuplai paru-parunya yang tercekat sekering gurun. Ia dan Renjun kemudian menyusul Kyuhyun yang sudah lebih dulu masuk ke dalam Aston Martinnya yang mahal.
.
.
Ia merasakan kehangatan merayap lambat kedalam jantungnya, rasa tenang dan terlindungi mengguyur kabut kekhawatiran yang sejak di mobil tadi mengikat ulu hatinya. Shinhye mengeratkan tangannya pada Kyuhyun yang semenit lalu merangkum kelima jemarinya.


"Aku bersamamu sayang." Kyuhyun meyakinkan.


Dan keraguannya sirna, Shinhye menggangguk, menarik senyum tegar dan baik-baik saja, lalu melangkah ke area pemakaman bersama suami dan anaknya. Desiran angin yang begitu lembut mengiringi langkah ketiganya.


Ini merupakan kali pertama ia mengunjungi peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Dadanya penuh sesak oleh rasa cemas, ia khawatir kesehatan mentalnya tak cukup siap menerima kenyataan yang baru ia ketahui tiga bulan lalu bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal. Shinhye tak sanggup menyelamatkan diri dari rasa bersalah yang terus menodongkan samurai dan terus merafalkan fakta bahwa dia adalah penyebab utama semua bencana ini, hingga kedua orang tuanya celaka. Ia adalah penjahatnya. Shinhye di ambang tangis, tapi ia menarik napas dalam dan membiarkan titik mutiara bergantungan di sudut matanya.


Shinhye Kyuhyun dan Renjun sampai di hadapan dua gunungan besar tanah, dan cukup terkejut menyaksikan Tuan dan Nyonya Cho, Ahra, Siwon Sooyoung hingga Nickhun dan Victoria sudah berada di sana.


Nyonya dan Tuan Cho menyambut ketiganya dengan dekapan ibu yang hangat. Kemudian wanita paruh baya itu mengantarkan Shinhye Kyuhyun dan Renjun ke depan dimana Nickhun dan Victoria berdiri berdampingan.


Shinhye meringkas kedua tangannya sendiri, menunduk dalam, tak memiliki daya untuk menatap makam kedua orang tuanya, ia diam tak mengatakan apapu , dan bulir mutiara yang sejak tadi menggantung di sudut matanya mengalir deras. Ingatan tentang masa kecil hingga remajanya yang bahagia bersama ayah dan ibundanya menampar-nampar otak Shinhye. Air matanya semakin deras. Lusinan rasa sesal itu mendadak menyatu dan bertransformasi menjadi monster besar yang siap menghajarnya tanpa ampun.


"Mereka sudah bahagia Shinhye, dan eonni mohon, jangan pernah meyalahkan dirimu sendiri." Victoria menghela bahu Shinhye dan membawa adiknya ke dalam dekapan menentramkan.


Shinhye membalas pelukan kakaknya, menangis sengsara dan menumpahkan segala penyesalannya di sana.


"Mereka sudah tenang di sana nona Shinhye, jangan menangis."


Semua orang terperanjat saat pria 60tahunan itu serta merta menyertakan diri dan dengan ketenangan tertata berjalan mendekat ke makam.


"Paman Han?" Shinhye dan Victoria luar biasa terkejut.


Han Seungwoo, lelaki tua itu merupakan orang kepecayaan keluarga Park. Ia telah mengabdi pada keluarga mereka selama 30tahun. Selain ibu kandung mereka, Shinhye dan Victoria juga tumbuh dalam asuhan Han Sangmi, istri paman Han yang telah meninggal sepuluh tahun lalu. Shinhye dan Victoria bahkan menganggap paman Seungwo dan Bibi Sangmi adalah orang tua kedua mereka.


Kerutan di antara kulit rentanya semakin dalam ketika paman Han tersenyum. Lalu tanpa ada yang menginterupsi, di hadapan makam kedua tuannya Paman Han menceritakan hal yang tak pernah terduga, "Hari itu," Paman Han memulai, ia memasok udara ke udara ke dalam paru-parunya. "Tepat setelah baku hantam di pesta ulang tahun perusahaan keluarga Cho dan nona Shinhye terjatuh dari tangga hingga membuatnya nyaris kehilangan nyawa juga bayinya. Tuan Jaehan menangis dan menyesal selama perjalanan pulang, sungguh-sungguh menyesal karena dirinya dan tangannya lah yang membuat putri bungsunya terluka." Paman Han menjeda, dan semua orang dengan khidmat mendengarkan.


"Sejak hari itu tuan Jaehan bersumpah untuk mengakhiri permusuhan di antara keluarganya dan keluarga besannya. Keesokan harinya ia datang ke rumah sakit tempat nona Shinhye di rawat dan nona muda masih terbaring lemah di ruang ICU, dokter mengatakan keadaan nona semakin memburuk, nona Shinhye mendapat perawatan tapi tak semaksimal perawatan rumah sakit terbaik di luar negeri, sementara mereka masih menunggu Dokter dari Jerman untuk menangani kondisi nona, dokter itu akan tiba malam harinya. Tapi tuan Jaehan panik dan tidak sabar, beliau khawatir sesuatu yang buruk akan menimpa putri bungsunya, ia kemudian tanpa berfikir panjang memutuskan membawa paksa nona ke Finland untuk berobat di rumah sakit terbaik yang dulu juga pernah menyembuhkan mendiang ibunda beliau."


"Tunggu, jadi saat itu Appa tidak bermaksud membawa Shinhye kabur dan menjauhkannya dari anak dan juga suaminya?" Victoria menyergah. Ini benar-benar di luar dugaannya, jadi saat itu ayahnya tidak memiliki niat buruk sedikitpun. Kesalahpahaman membuat ia selalu menaruh prasangka buruk kepada mendiang lelaki yang begitu ia cintai. Ia menunduk dan tangisnya pecah sebelum paman han mengkonfirmasi kebenarannya.


Seyum hangat tuan Han menjawab pertanyaan putri sulung majikannya. "Sama sekali tidak nona, sebaliknya, tuan Jaehan berencana mengembalikan Nona Shinhye kepada tuan muda Cho setelah ia sembuh. Saat itu, tuan memerintahkan saya berada di Seoul dan mengawasi kondisi cucunya. Tapi naasnya-" Paman Han menarik napas dalam dan menyingkirkan beban ratusan ton yang menyumbat dadanya, "kecelakaan pesawat itu terjadi, saya bersama orang-orang tuan Jaehan berusaha mencari keberadaan nona dan nona Shinhye karena kami hanya menemukan sepasang jenazah tuan dan nyonya juga pilot Jonny, tapi kami tidak bisa menemukan kalian." Paman Han benar-benar menyesal.


Shinhye tersedu, sesuatu terasa memukul telak jantungnya, matanya berkabut, ia jatuh terduduk dengan air matanya yang sudah sepenuhnya membasuh wajahnya. Jadi saat itu ayahnya tak berniat menjauhkannya dari Kyuhyun. Ayahnya ingin memberikan yang terbaik untuknya, berniat menyudahi permusuhan dengan kerluarga mertuanya tapi sebelum semua terlaksana petaka justru menyambut rencananya.


"Ayah, Ibu," suara Shinhye yang lirih tertelan sempurna oleh isakannya yang pilu. Ia hancur.


Kyuhyun duduk bersimpuh, mendekap erat wanitanya dan dengan cepat kedua pipinya basah oleh airmatanya. Diam-diam ia memohon maaf atas prasangka buruknya terhadap ayah dan ibu mertuanya. Ia terjebak bersama prasangka-prasangka buruk selama enam tahun, dan hari ini kebenaran yang tersimpan rapih dalam perut orang kepecayaan tuan Park meledak meluluh lantahkan segunung prasangka buruk itu. Kyuhyun, tuan Cho dan semua orang yang terlibat dalam drama hitam masalalu itu sungguh-sungguh menyesal atas praduga buruk mereka selama ini.
Dekapan Kyuhyun menguat, menyalurkan ketegaran untuk istrinya yang menangis hancur dalam pelukannya.


"Maafkan aku Ibu Ayah." Shinhye dengan tangisnya yang hebat terus menghaturkan maaf kepada kedua orang tuanya.
Pun dengan kakaknya yang menangis dalam dekapan Nickhun.


"Ku harap setelah ini tidak akan ada lagi air mata di antara kalian berdua nona. Percayalah, kedamaian saat ini adalah harapan tuan Jaehan sebelum beliau dan Nyonya Hyunji meninggal." Ucapan Paman Han yang menenangkan terdengar seperti nasehat sosok ayah yang begitu mereka rindukan. "Aku pergi dulu Nona, kami semua menunggu kedatangan kalian kembali ke rumah dan perusahan." Paman Han mengusap bahu Shinhye dan Victoria kemudian dengan sopan undur diri.


Shinhye di bantu oleh suaminya, berdiri setelah mengucapkan terimakasih kepada Paman Han. Ucapan Paman Han tadi sedikit membuatnya terlepas dari himpitan rasa sesal.


"Ayah Ibu, maafkan aku. Aku mencintai kalian sungguh, maafkan aku." Kali ini hanya isakan kecil yang berhamburan di antara suaranya yang bergetar. Shinhye duduk sekali lagi, dan upacarapun dengan khusu dan tenang di mulai.


"Maafkan aku ayah ibu, aku telah berprasangka buruk kepada kalian." Victoria bersama Nickhun melipat lututnya dan duduk sejajar di samping kiri Shinhye.


Kyuhyun ikut melipat kedua kakinya, duduk tepat di samping kanan istrinya, menarik Renjun dan memangkunya kemudian. Di ikuti oleh tuan dan Nyonya Cho yang sejak sepuluh menit lalu berdiri di samping Kyuhyun.


"Ayah Ibu, aku sungguh-sungguh minta maaf sudah mengacaukan hidup kalian dengan membawa pergi putri bungsu kalian dan menikahinya begitu saja. Maafkan aku yang sudah membawa banyak bencana. Aku berjanji akan selalu menjaganya seumur hidupku ayah ibu." Kyuhyun tak pernah seyakin ini. Tangan kirinya meraih tangan kanan istrinya dan menggengamnya erat.


Tuan Cho tak mengatakan apapun, beliau menatap kedua makam itu lama sebelum senyumnya yang tipis tersungging. "Kau memang selalu ceroboh dan keras kepala Jaehan." Kalimat tuan Cho terdengar seperti olokan santai kawan lama. "Berbahagialah bersama Hyunji di surga, aku dengan tanganku sendiri berjanji akan menjaga cucu kebanggaan kita." Tuan Cho menyudahi kalimatnya, matanya membias, ia kemudian dengan segera bangkit dan meninggalkan area pemakaman di ikuti Nyonya Cho di belakangnya.


"Injunnie tidak ingin mengucapkan sesuatu untuk kakek dan nenek?" Kyuhyun bertanya pada Renjun yang ada di pangkuannya.


Renjun bingung, ia tak mengerti dengan semuanya. Cerita kakek yang di panggil Paman Han oleh ibu dan bibinya membuatnya semakin tersesat. Kecelakaan pesawat, lalu apalagi. Satu-satunya yang ia mengerti hanyalah kedua makam di hadapannya adalah makam orang tua dari ibundanya. Jadi mereka juga kakek dan nenekku. "Aku tidak mengerti, aku bingung Pa. Tapi, aku ingin mengatakan I love you both to the moon and back grandma and grandpa." Kata Renjun polos.


Shinhye tersenyum lembut mendengar kalimat lugu itu. Dia pasti kebingungan. Matanya yang sembab menatap putranya kemudian mengguyur kepalanya dengan ciuman sayang. Kyuhyun ikut tersenyum dan turut mengguyur kepala anaknya dengan ciuman seperti Shinhye.


"Aku benar-benar minta maaf Kyuhyun."


Shinhye dan Kyuhyun menatap ke samping kiri mereka. Dan Victoria dengan setruk sesal dengan tulus memohon maaf.
Kyuhyun mengangguk, kedua sudut bibirnya tertarik. "Maafkan aku juga noona." Kyuhyun membalas.


Kemudian mereka berdiri dan menyelesaikan rangkaian upacara yang tersisa dengan suasana hati yang seratus kali lebih baik. Tak ada lagi sesal dan rasa bersalah. Tak ada lagi pertikaian. Dan tinggalah perdamaian yang menentramkan. Langit cerah dan angin musim panas di bukit yang sejuk menjadi instrument alam yang mengiringi hari itu.


Aku tahu, cinta pertamaku memang pria yang luar bisa. Aku mencintai kalian berdua umma appa.
.
.



Shinhye begitu mempesona, cantik, anggun dan lembut, aura bangsawannya begitu kentara, membuat banyak pasang mata pria terus menatap penuh puja kearahnya.


Gaun panjang berbahan sutra yang membungkus pas tubuh tingginya, sileto perak, juga rambutnya yang tergulung cantik membuatnya penampilannya malam ini benar-benar seperti pemenang utama ajang kecantikan dunia. Dia sungguh cantik dan pesonanya membutakan.


Wanita itu tanpa berusaha berhasil membuat puluhan pasang mata terkesima. Mereka tak terganggu dengan kehadiran anak laki-laki tampan yang sejak tadi menempel pada pinggang Shinhye. Tuhan begitu merahmati Cho Kyuhyun, beberapa dari mereka membatin. Mereka dengan tampang setengah idiotnya malah terpukau saat Shinhye dengan telaten menyuapkan salad ke mulut anaknya. Sungguh Ibu muda yang luar biasa.


Matanya yang tersapu eyeliner tipis dan maskara yang semakin mempermanis wajahnya, menatap suaminya yang tengah berbincang bersama Siwon dan seorang wanita karir yang begitu cantik. Katanya sih soal bisnis. Shinhye merasa seseorang melemparkan bara api ke dadanya. Ia cemburu. Dan sumpah demi Tuhan kuda terbang itu benar-benar kelewatan, ini hari pernikahannya bisa-bisanya dia malah meninggalkan Sooyoung untuk membicarakan sesuatu yang penting, bisnis katanya.


"Tck aku benar-benar akan menjual si kuda laut kalau dia berani melakukan ini sekali lagi." Sooyoung dengan langkah tersaruk-saruk, gaunnya yang sangat indah justru mempersulit langkahnya, ia menyumpah serapah ketika sampai di dekat Shinhye dan Renjun.


"Yaa! Apa yang kau lakukan di sini. Kau harus menemani Ayah dan Ibu menemui tamu Nyonya Choi?" Shinhye mengusir Sooyoung yang bersungut masam.


"Kenapa aku harus di sana, kau tak lihat kuda terbang yang tidak tahu diri itu dan suamimu sedang berbincang bahagia dengan tamu spesial mereka haaa?!" Sooyoung meledak, jemarinya yang ribut menunjuk-nunjuk ke seberang kanan dimana Kyuhyun Siwon dan wanita itu berbicara dengan muka serius. Apa yang mereka bicarakan sebenarnya. Kenapa semakin menjengkelkan saja.


Shinhye menggeresah, ia menahan dorongan kuat untuk tak menyeret paksa Kyuhyun dari dekat wanita yang tengah menatap lapar pada suaminya itu. "Tck, sudahlah jangan berfikiran yang tidak-tidak. Kau temui saja tamumu." Shinhye mendorong pengantin cantik itu menjauh, tapi Sooyoung bersikeras tinggal.


"Tidak mau," katanya keras kepala. "Siapa sih sebenarnya perempuan gatal itu." Sooyoung kesal bukan main.


"Namanya bibi Saera Onty. Dia salah satu kolega bisnis Appa dan uncle. Dulu bibi Saera sering ke rumah, apalagi saat aku sakit dia biasanya membantu Appa menjagaku. Belakangan ini entah kenapa dia malah tidak pernah ke rumah lagi."


Penjabaran Renjun mengenai Saera detail melahirkan kerutan tipis di kening Shinhye.
Tunggu sebentar.
Sering kerumah?!
Menjaga saat sakit?!
Sering kerumah!
Tolong catat!
Kurang ajar!
Siapa wanita itu sebenarnya?! "Lalu apalagi yang sering di lakukan wanita itu dulu, sesering apa dia ke rumah dan menemuimu dan Appamu?" Shinhye melakukan menginterogasi dadakan.


Renjun diam, pikirannya membongkar lagi ingatan mengenai bibi Saera. "Cukup sering ma, dia biasanya mampir ke rumah kalau habis dari luar negeri untuk mengantar oleh-oleh, terkadang tiap weekend juga dan tahun lalu waktu aku dan Appa berlibur ke rumah kakek dan nenek di Manhattan Bibi Saera menyusul kesana dan mengajak aku dan Appa ke Seabreze dan beberapa amusement park lain aku agak lupa."


Apa?!


Ini gila!


Dia sampai menyusul anak dan suamiku yang liburan ke Amerika. Mengajak mereka berjalan-jalan ke amusement park, Shinhye murka, amarah dengan cepat menjalat pusat otaknya membayangkan mereka bertiga berjalan-jalan seperti keluarga bahagia.


Shinhye sampai pada satu kesimpulan saat Renjun menyelesaikan penjelasannya. Asap tak kasat mata mengebul di atas kepala Shinhye. Oh pantas saja wanita itu menatap suaminya dengan mata lapar, rupanya ia menaruh hati pada prianya.


Tsk ini tidak bisa di biarkan.


Suaminya yang bodoh itu sepertinya tak cukup peka untuk menyadari bahwa di hadapannya ada singa kelaparan yang siap menerkamnya kapan saja.
Shinhye menyeret langkahnya yang terusuk rasa dongkol, mau membubarkan acara bincang-bincang manja itu saat seseorang berhasil menghadang kakinya pada langkah kelima.


"Hi, it's been 500years and wow how come you get prettier as the days pass by Shinhye." Pria tampan itu tersenyum, lalu dengan gaya santainya yang khas ia menyapa.


Shinhye dan Sooyoung yang ada di belakangnya tak bisa menyembunyikan semburat bahagia di wajah mereka. Keduanya terkejut. "Oh my, Aiden. Kapan kau kembali dari Milan? How have you been?"


"Hi Syo, wow you are effin beautiful. Congrats ya cantik semoga berbahagia," Donghae menjabat tangan Sooyoung kemudian memeluknya sesaat. "Oiya I just just got here ladies. And yea, never been better actually." Ujarannya yang di barengi kekehan jenaka bertolak belakang dengan makna kalimatnya barusan. Lalu sesuatu yang asing di samping Shinhye mencuri perhatiannya. "But wait, who's this handsome lil man?"


Renjun yang tengah memegang tangan ibunya akhirnya merampok perhatian Donghae seutuhnya. "Hi, are you her boyfriend?" Kata Donghae jenaka. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Renjun yang begitu lembut.


Renjun tak dapat menahan tawa yang tertahan di ujung mulut kecilnya mendengar ucapan Donghae. Paman ini sepertinya sangat menyenangkan. "Yes, i am." Jawabnya mantap.


Shinhye Sooyoung dan Donghae tertawa. "How long you both have been dating?" Donghae masih melanjutkan keusilannya.


"Since the day she gave birth to me."


Dan ucapan Renjun kali ini sungguh-sungguh berhasil mengundang ledakan tawa Shinhye Donghae dan Sooyoung. Anak ini begitu menggemaskan. Donghae meskipun merasa agak patah hati, tapi senyum manis Renjun mengaburkan ngilu yang mencengkeram pangkal hatinya. Ia jatuh cinta pada anak ini. Donghae sudah mengetahui segalanya dari Siwon, mengenai Shinhye Kyuhyun, putra mereka Renjun, kisah pilu yang berujung pada perpisahan mereka, hingga amnesia yang menimpa Shinhye, Donghae sudah mendapatkan detail ceritanya.
Ia memang mencintai Shinhye sejak pertemuan pertama mereka di salah satu pameran audi di pusat kota Seoul, Shinhye yang saat itu bekerja sebagai spg salah satu mobilnya dengan telak menarik perhatianya. Fisiknya, sikapnya, sifatnya, segalanya sempurna di mata Donghae. Shinhye dengan serta merta merebut hati dan cintanya tanpa sisa. Semakin ia jauh mengenalnya, maka semakin dalam pula rasa cinta itu mengakar kuat ke dasar hatinya. Keanggunan Shinhye mengingatkannya pada mendiang ibundanya.
Mulanya Donghae memang berniat mengejar dan merebut Shinhye dari pelukan Kyuhyun, hingga satu setengah bulan yang lalu ketika ia dan Siwon tanpa sengaja bertemu di Salzburg, lelaki itu menceritakan segalanya mengenai Shinhye Kyuhyun dan putra semata wayang mereka. Dan kisah mereka yang sangat pilu membuat Donghae melesakkan kembali cintanya yang besar untuk Shinhye ke dasar perut. Ia tidak mau dengan kejam menjadi monster yang mendatangkan derita baru bagi keluarga mereka. Ia tak ingin menjadi penjahat yang menghancurkan kebahagiaan wanita yang begitu ia cintai. Biarlah cinta ini tersimpan di kedalaman jantungnya hingga kelak seseorang yang baru akan datang dan membuatnya menyerahkan bongkahan cinta itu dengan sukarela.


"Oh, my heart just broke into a million pieces. Lemme hug your girlfriend for the last time dude." Donghae meremas dadanya dengan tampang sekarat dan pura-pura kesakitan.
Namun belum sempat ia merealisaskkan kejahilannya, suara setajam samurai itu membuatnya bergidik. Otidak, Lord Voldemort.


"Ke neraka saja kau Lee sialan Donghae." Intonasi sedingin motel tua itu menarik perhatian mereka.
Shinhye merasa sesoarang menarik pinggangnya, meringkusnya dengan erat dan kuat.
Amarah menjalat ke pusat otak Kyuhyun saat ucapan kurang ajar lelaki itu menyapa telinganya.


Donghae tertawa bahagia melihat kawah cemburu di mata Kyuhyun. Hasratnya untuk menggoda lelaki pongah itu meningkat ke level tertinggi.
Siwon bergabung dengan kikikan jahil berhulu dari bibirnya.


"Hahahaha neraka akan beku dan serasa di surga jika aku membawanya." Mata sebelah kanan Donghae mengerling sementara jari telunjuknya terlungsur ke dagu Shinhye. Namun sebelum benar-benar sampai ke dagu wanitanya, tangan Kyuhyun dengan cepat mencegat jemari Donghae lalu dengan mudah ia meremas dan memutar jemarinya hingga Donghae mengaduh sakit.


Semua orang terpaku dan tersadar saat jeritan sakit Donghae menyalak.


"Kyuhyun lepaskan." Shinhye memukul-mukul tangan Kyuhyun yang masih menyandera jemari Donghae. Kyuhyun masih meremas jemari Donghae dan semakin ia putar berlawanan dengan arah jarum jam. Jeritan Donghae semakin memekakan.


"Kyuhyun."


Semakin Shinhye memohon maka semakin keras Kyuhyun menyiksa jemari Donghae.


"Sumpah demi Tuhan dia bukan apa-apa untukku." Kata Shinhye akhirnya.


Kyuhyun membebaskan cengkeraman jemari Donghae, kemudian ia mendorong lelaki itu hingga tubuhnya menabrak Siwon.


"Sekali lagi jari keparatmu menyentuh wanitaku. Ku pastikan kau akan kehilangan tanganmu." Kyuhyun menyeringai sadis, masih dengan lengan kanan yang mengakar di pinggang Shinhye, tangan kiri Kyuhyun meraih pergelangan tangan anaknya.


"Aku mungkin bukan apa-apa bagimu Shinhye, tapi percayalah kau segalanya bagiku sayang. Aku tak bercanda." Donghae terkikik kurang ajar, rasa sakit di jarinya sirna begitu saja. Memancing emosi Kyuhyun memang sangat menyenangkan. Sementara Siwon menepuk jidatnya tak habis pikir dengan sikap usil Donghae.


Kyuhyun melangkah dengan ritme napas tak teratur dan pendek-pendek. Bedebah ini memang seharusnya di lempar ke neraka terdalam. Ia raih kerah kemeja Donghae sebelum dengan suara yang sangat seram berkata. "Ucapkan selamat tinggal pada perusahaan-perusahaanmu yang tak seberapa itu karena kupastikan mulai esok para inverstor akan menarik sahamnya dari perusahaanmu bung." Lalu setelah itu Kyuhyun mendaratkan pukulan telak pada pipi kiri Donghae. Semua orang menjerit tertahan.


"Berhenti mengganggu wanitaku jika kau tak ingin namamu bersanding dengan kata hancur." Kyuhyun kemudian pergi, menarik anak dan istrinya dengan amarah dan kepongahan yang terpapar jelas di wajahnya.


Donghae tertawa geli seraya menyeka darah di sudut bibirnya yang robek. "Tapi sayangnya, sepertinya aku di lahirkan untuk menjadi hantu bagi sikap posesifmu Kyuhyun." Kata Donghae santai.


Dan sebelum kekacauan selanjutnya terjadi, Siwon dengan segera menyeret kawannya yang sangat iseng menjauh.


"Keparat." Kyuhyun mengumpat.

Comment