Chapter 0: Prolog

Dalam keheningan yang teramat, tergeletak di tempat yang belum pernah kutemui di manapun. Aku sendirian dengan seluruh anggota tubuhku yang tidak mau bergerak sesuai kehendakku, hingga perlahan-lahan mulai mati rasa.


"Aku... di mana?"


Gelap, tidak ada satupun cahaya di sini. Aku ketakutan, pandanganku kosong, tidak ada yang bisa kulakukan selain berharap.


"Seseorang, tolonglah aku! Aku sungguh ketakutan. Siapapun... siapapun itu, kumohon... tolong aku."


Di dalam keheningan dan gelapnya sekitar, aku mendengar suara, tidak begitu jelas. Namun suara itu terdengar seperti memanggilku. Aku tidak tahu di mana asal suara itu, dan itu terus terdengar melalui telinga.


Perlahan-lahan suara itu mulai terdengar jelas.


"—oi... Aoi... AOI!"


Aku membuka mataku perlahan dan melihat wajah seorang perempuan berambut ungu kemudaan pendek, berjongkok membangunkanku dengan mengacak-ngacak badanku.


"Akhirnya bangun juga, ternyata kamu tidur dan bermalas-malasan di sini."


"Emh~ Oh... Koyomi, Selamat pagi—hawnnw."


"Jangan malah ngomong Selamat pagi, bangunlah!"


"Hey! Celana dalammu kelihatan lho!"


"Kyaa!!!"


Seketika karena ucapanku tadi, wajahnya memerah dan dia menutupi bawah roknya yang pendek itu lalu menjatuhkan kedua kakinya ke lantai.


"Bohong~!"


Aku kemudian bangkit dari tidurku lalu duduk sejenak dengan menekuk kaki kiri dan menumpukan tangan kiriku di atas lutut.


"Duh~~ Apa-apaan itu tadi!? Jangan menjahiliku!"


"Ahaha, soalnya wajahmu saat malu begitu lucu!"


Aku lalu mendongakkan kepalaku ke atas, menatap Langit yang begitu Luas berwarna Jingga. Angin yang berhembusan dari arah Timur begitu membuatku merasa nyaman. Lalu aku memejamkan mata dan menarik nafas. Aku membatin dalam hati memikirkan hal yang kurasakan tadi sebelum terbangun.


(Ternyata hanya mimpi kah?)


"Jadi, kenapa kamu tahu kalau aku ada di sini?"


Tanyaku padanya setelah itu.


"Hanya menebak, selain itu... ayo kita harus segera pergi! bukankah hari ini kita ada pertemuan penting di Klub?"


"Oh ya, aku lupa, maaf-maaf."


Aku lalu berdiri dan mendorong kedua tanganku ke langit, meregangkan otot. Kemudian berkacak pinggang dan melihat ke arah langit-langit. Setelah itu aku menyapu bagian belakang celanaku dari sisa debu kotoran, dan dia juga ikut berdiri setelahku.


"Ah~ padahal aku baru saja ingin menikmati udara siang dari sini."


"Jangan mengeluh! Kirin-senpai bisa marah lho!"


"Ya-ya"


Aku berjalan pelan sambil melihat ke langit-langit menuju pintu Rooftop mendahuluinya yang sedang menyapu rok belakangnya.


"Hari ini juga putih ya, bagus sekali."


Ucapku dengan nada lega melihat bulan berwarna putih berada di antara birunya langit.


"Hnh!?"


Seketika aku langsung menoleh ke belakang karena mendengar dia mengeluarkan suara yang terdengar imut. Wajahnya memerah, dia terlihat malu.


"Hmm, ada apa?"


"A-ah nggak, nggak apa-apa."


"Kalau begitu aku duluan ya, aku harus mengambil tasku dulu di kelas, baru setelah itu ke ruang klub."


"Ah, tunggu! aku juga ikut!"


Dia mengambil tasnya yang tergeletak di lantai lalu menyusul ke arahku. Aku melanjutkan langkah kakiku bersamanya, berjalan menuju pintu dan membukanya. Dia mengomeli tentang yang kulakukan tadi.


"Aoi! Jangan seperti itu lagi! jika seperti itu terus kamu akan dihukum sensei lho!"


"Ya-ya, tapi nggak masalah kan kalau nggak ketahuan."


"Hah~ kamu selalu saja begitu."


Ucapnya dengan nada menyerah sambil menghela nafas. Setelah itu kami menuruni puluhan anak tangga, menuju ke kelas dan membuka pintu. Seperti yang kuduga, kelas sudah kosong tanpa ada seorang pun di dalam kecuali aku yang baru saja masuk bersamanya untuk mengambil tasku. Setelah mengambil tasku, kami berjalan keluar melewati koridor dan menuju ke ruang klub.


Namaku Shirotsuki Aoi, Laki-laki, 14 tahun yang saat ini bersekolah di SMP Sanshuu, dan juga Keturunan ke-6 keluarga Shirotsuki. Jika belum tahu, Shirotsuki ialah keluarga dengan sistem Matriarkat, yaitu keluarga besar yang dipimpin oleh Wanita. Lalu Dia, perempuan berambut pendek yang sejak tadi berbicara terus adalah Fujisaki Koyomi, perempuan yang sepantaran denganku, teman masa kecilku, dan juga seorang Mantan Miko yang menjaga kuil. Sejak kecil kami berdua saling menyukai, kami sampai membuat janji bahwa akan selalu bersama dan saling melindungi.


Teman-teman di kelasku mengatakan jika Koyomi adalah perempuan Idaman para Laki-laki. Yah tentu saja, Koyomi punya Style yang bagus, langsing, cantik, pintar, ramah, atletis, pintar memasak, dan masih banyak lagi. Semua itu tidak bisa dipungkiri jika banyak laki-laki di sekolah yang menyukainya bahkan sampai berani menembaknya, tapi semua itu ditolak oleh Koyomi.


Kesampingkan tentang perasaanku dan Koyomi, sekarang kami telah sampai di depan pintu ruang Klub. Klub yang kami ikuti adalah klub Astronomi, yaitu klub tentang hal-hal yang berkaitan dengan Luar Angkasa. baru 3 bulan semenjak kami bergabung, dan klub ini selalu ramai. Sejauh ini Klub Astronomi sudah memiliki 5 Anggota, aku akan mengenalkan mereka satu persatu setelah ini.


"Permisi! Senpai, maaf aku terlam—woah!"


Tiba-tiba aku dipeluk oleh Perempuan berambut biru panjang setelah membuka pintu.


"Selamat datang, Onii-sama!"


Dia yang memelukku dengan tiba-tiba ini adalah Adikku, Shirotsuki Manaka, dia berumur 12 tahun dan ikut masuk ke SMP Sanshuu musim Semi lalu. Adikku ini sangat manis dan manja, dia selalu menempel padaku terus.


"Oh! Shirotsuki-senpai selamat datang."


Ucap seorang Perempuan dengan membungkuk sopan. Dia adalah Tachibana Yuri, adik kelasku dan juga teman sekelas sekaligus sahabat Manaka saat pertama masuk ke sekolah. Yuri-chan mempunyai paras manis dengan rambut peraknya, dia terlihat seperti perempuan terhormat dan berwibawa karena sifat tenang dan sopannya yang begitu tinggi. Keluarga Yuri-chan, Tachibana adalah keluarga yang memiliki lahan persawahan yang luas, jadi mereka sangatlah kaya.


"Ya, Yuri-chan."


"Akhirnya kau datang juga Shirotsuki! Seharusnya kau datang lebih awal agar tidak terlambat!"


Lalu terakhir, yang menegurku agar datang lebih awal ini adalah Yuisaka Kirin, kakak kelasku dan juga Ketua klub Astronomi. Dia juga anggota dari Komite Kedisiplinan, karena itulah Kirin-senpai selalu menegur murid-murid yang tidak disiplin dan tertib. Dengan rambut ungunya yang dikuncir Ponytail, Kirin-senpai selalu berpenampilan Anggun dan bersifat tegas.


"Yah... maaf, aku ketiduran tadi setelah sensei keluar, karena habis begadang semalaman untuk menulis Novelku!"


Ucapku sambil mengusap-usap belakang kepala. Aku sengaja berbohong pada Kirin-senpai, karena aku tahu benar Kirin-senpai jika aku mengatakan bahwa aku bolos pelajaran siang karena tertidur di Rooftop dia pasti akan menghukumku dengan keras. Tempo lalu, aku terlambat masuk ke klub karena pergi sebentar untuk membeli buku saja, aku sudah terkena hukum dan dipaksa melakukan Push-up seratus kali di dalam ruangan. Bisa bayangkan betapa sakitnya kedua lenganku setelah itu.


Aku merasakan Koyomi yang berada di sebelahku melirikku dengan tatapan seperti akan berkata "Sebenarnya bohong".


"Novel lagi kah? sampai kapan kau seperti itu terus? sepenting itukah bagimu?"


"Begitulah, ngomong-ngomong senpai, apa pertemuan penting kita hari ini senpai?"


"Benar juga, aku hampir melupakannya. Baiklah! karena semua sudah berkumpul di sini kita akan memulai rapat klub Astronomi."


Kirin-senpai lalu membalik papan tulis yang ada di ruang klub, di sana tertulis "Rapat Klub Astronomi" senpai menjadi semangat dan ceria ketika berkaitan dengan Astronomi. Oh Astaga! aku sampai lupa bahwa Kirin-senpai sangat menyukai Astronomi, itulah mengapa dia begitu bersemangat. Aku jadi teringat kembali, saat pertama kali bertemu dengannya, musim semi lalu.


"Baiklah, kita akan mendiskusikan kegiatan luar kita selanjutnya. Shirotsuki! apa ada ide?"


"Ehh! Aku? Hmm, bagaimana kalau kegiatan kita selanjutnya adalah melihat bintang? Kita bisa menyewa Villa dekat sini atau berkemah. Kebetulan sekarang kita berada di awal musim panas, kita bisa melihat Bintang-bintang yang muncul saat musim panas dan mempelajarinya."


"Hmm... bagus juga idemu Shirotsuki! Pemandangan Segitiga musim panas ya."


"Benar, saat di mana Deneb, Vega, dan Altair, 3 Bintang terang muncul dan membentuk Segitiga besar."


Kirin-senpai menaruh jari telunjuknya ke dagu, berpose seperti orang yang berpikir mempertimbangkan sesuatu.


"Ok! Kita masukkan ke daftar ide."


Kirin senpai mengambil Spidol dan menulisnya di papan, "Melihat Bintang" itulah yang senpai tulis.


"Bagus! Apa ada ide lain?"


Koyomi mengangkat tangannya, sepertinya dia juga memiliki ide untuk disampaikan. Kirin-senpai lalu menunjuknya berharap terhadap idenya.


"Ya, Koyomi?"


"Aku pikir bagaimana jika kita berkunjung ke Planetarium? kebetulan beberapa hari yang lalu, di sekitar sini telah dibangun Planetarium untuk Umum."


"Hmm, Itu terdengar bagus! Koyomi."


"Bagaimana? Kita hanya harus membayar 800 yen saja untuk bisa masuk."


Kirin-senpai tiba-tiba menjadi lebih bersemangat, apa mungkin karena dia mendengar biayanya yang murah? Kurasa tidak.


"Ok! Sudah ditentukan, kegiatan kita selanjutnya adalah berkunjung ke Planetarium, dan akan dilakukan besok! Aku harap kalian bersiap-siap."


(Eh... langsung diterima begitu...)


Batinku dalam hati menaggapi Kirin-senpai. Aku agak sedikit menolak, meskipun besok adalah hari libur, tapi aku ingin menghabiskan waktu dirumah untuk menulis Novelku.


"Besok? apa itu tidak terlalu tiba-tiba Senpai, tidak bisakah kita melakukannya minggu depan?"


"Kenapa Shirotsuki? Apa kau ada acara penting?"


"Nggak terlalu penting sih, aku hanya ingin melanjutkan menulis Novelku."


"Aku kira apa? ternyata hanya untuk menulis Novel saja. Kau bisa melakukan itu di lain hari!"


"Nggak bisa! para penggemar setiaku telah menunggu kelanjutan ceritaku, aku nggak bisa pergi! Jika senpai masih bersikeras untuk pergi besok, aku nggak akan ikut."


Aku menyedekapkan kedua tanganku dan memalingkan wajahku ke arah lain, berpose seperti seseorang yang tidak setuju.


"Hoo~ berani menolak ya Shirotsuki?!"


Aku merasakan Aura yang tidak enak, ini adalah Aura Kirin-senpai ketika sedang kesal. Aku lalu mencoba kembali melihat Kirin-senpai dan benar saja dia menatapku dengan wajah marah.


"Shirotsuki! jika kamu tidak ikut, maka aku akan memaksamu untuk Push-up seratus—nggak, dua ratus kali, bahkan lebih dari itu!"


"Eh!? Ba-baik! aku akan ikut, aku akan ikut!!! jadi jangan paksa aku untuk melakukan itu lagi."


Seketika wajah Kirin-senpai kembali bersemangat seperti semula setelah mendengar perkataanku.


"Baiklah! sudah diputuskan ya, kita akan berkumpul besok di taman jam sembilan pagi."


Kami kemudian menjawab secara bersamaan. Tapi hanya aku yang menjawab dengan lemas.


"Hai~!"


"Hai-hai..."


"Baiklah! Cukup sampai di sini Rapat kita, bubar!"


Setelah itu, kami pulang menuju rumah masing-masing, aku, Manaka, dan Koyomi pulang bersama karena kami searah. Sedangkan Kirin-senpai dan Yuri-chan yang berbeda arah pulang tidak bersama kami.


Ketika dalam perjalanan aku menghela nafas berat dan mengeluh karena hal tadi.


"Hah~ hari liburku yang berharga."


"Terima saja, Kirin-senpai memang orang yang seperti itu, apalagi jika itu tentang kegiatan klubnya."


Ucap Koyomi menanggapi keluhanku.


"Ya-ya, aku tahu kok."


"Ngomong-ngomong Aoi—saat ini aku boleh memanggilmu dengan itu kan?"


"Ya, nggak masalah, senpai dan Yuri-chan sudah nggak ada di sini."


"Apa kita nggak boleh memberitahukan pada mereka tentang hubungan kita sekarang?"


"Nggak boleh, Ichise-sama tetap menyuruh kita untuk tutup mulut."


Manaka kemudian menyela pembicaraan kami, dia langsung memeluk tangan kananku hingga membuat Koyomi Cemburu melihatnya.


"Ma-manaka-chan... !?"


"Onii-sama, meskipun Onii-sama sudah dipilih oleh Ichise-sama untuk bersama dengan Koyomi-san. Tapi jangan lupa kalau Onii-sama adalah Onii-sama-ku!"


Manaka lalu tersenyum licik pada Koyomi, hingga kemudian Koyomi juga ikut memeluk tanganku yang kiri. Aku tersenyum sedikit lucu melihat tingkah mereka. Seperti inilah kehidupan dan keseharianku, untuk saat ini. Karena Takdirku bersama Koyomi mungkin akan membuat semua itu berubah, takdir yang mungkin begitu berat untuk kami jalani. Akankah kami tetap bisa menjaga dan menjalani semua itu seperti biasa? atau mungkin, tidak?


***

Comment