Struggle - 9 ❤


Woojin terus memfokuskan pandangannya kedepan sambil memegang kemudi mobilnya, namun pemfokusan nya tak sepenuhnya fokus berkonsentrasi pada jalan, separuh pikiran nya masih mengingat sebuah memori yang sedikit melewati pikirannya tadi. Sesekali bola mata Woojin beralih ke ujung matanya untuk melihat wajah damai gadis yang saat ini masih tertidur begitu pulas di pundaknya. Satu tangannya teralih kearah pipi gembul Jihoon, ia membelai lembut pipinya, ia bingung dengan perasaannya saat ini. Di satu sisi ia masih belum yakin dengan hubungan nya dengan Jihoon tapi disisi lain hatinya berkata bahwa Jihoon memang kekasihnya.


" Woojin, kenapa belum sampai juga, aku sudah lapar sekali " Woojin terkekeh gemas melihat Jihoon merengek karena sudah kelaparan.


" Sebentar lagi mbul "


Jihoon terpaku dan tertegun sejenak, panggilan itu, salah satu panggilan sayang Woojin untuk Jihoon " Woojin, kamu manggil aku mbul ? "


Woojin mengalihkan atensinya sebentar untuk memandang wajah Jihoon yang penuh kebingungan, kemudian ia kembali terkekeh dan mencubit hidung Jihoon " pipi mu gembul sekali, makanya aku memanggilmu mbul "


" Ah . . . Se . . . Seperti itu ya " Jihoon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, hatinya sudah mulai berbunga karena mengira Woojin mulai mengingatnya.



" Jinhoon cup cup cup, diam dong sayang " Yerim sedikit kewalahan untuk menenangkan anaknya yang terus menangis, sudah terhitung dari siang hingga saat ini Jinhoon terus menangis entah apa penyebabnya, badannya pun juga tidak panas tapi Jinhoon terus rewel. " OPPA . . . OPPA . . . MINGYU OPPA "


" Iya sayang, ada apa ? "


" Ini dari tadi Jinhoon tidak mau diam, dia menangis terus "


" Ututu anak papi kenapa cih, kamu laper, atau haus " ucap Mingyu sambil meraih tubuh kecil Jinhoon anaknya untuk ia gendong " sayang, kamu udah kasih susu ke Jinhoon kan "


" Sudah, bahkan aku sudah kasih dia makan "


" Tuh kata mami udah di kasih susu sama mamam nya, terus kenapa kamu masih rewel si nak ? " Mingyu terus menggoyang-goyangkan tubuh Jinhoon berharap anaknya bisa tenang. Namun tetap saja, Jinhoon masih rewel " sayang, coba kau telpon Jihoon, barangkali Jinhoon kangen sama tantenya "



" Jihoon, kamu mau pesan apa ? " tanya Woojin sambil membuka buku menu. Namun Jihoon terlihat melamun dan tak menggubris pertanyaan Woojin " Jihoon . . . Jihoon " panggil Woojin sambil menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Jihoon. Jihoon tersadar dan mendapati wajah Woojin yang penuh tanya " kamu mau pesan apa sayang "


" Jin, tolong jangan membuat hatiku semakin sakit dengan kamu memanggilku seperti itu " benaknya


Woojin semakin bingung dengan tingkah Jihoon saat ini, tidak biasanya gadis ini melamun. Woojin memutuskan untuk menutup buku menu yang ia pegang dan netra nya beralih pada Jihoon " dari tadi kamu terus melamun, memang nya ada apa ? "


" Tid . . . " ucapan Jihoon terhenti saat ia merasakan ponselnya bergetar. Jihoon segera mengangkat telponnya dan mendapati nama kakaknya Yerim tertera di layar ponselnya.


" Yeobeoseyo, eonni " ucap Jihoon untuk memulai pembicaraan


(Yerim voice)


" Ah ne . . . Aku akan segera kesana " Jihoon memutus telponnya


" Emm Jin, kayanya kita gak jadi makan deh "


" Loh, katanya kamu laper "


" Nanti aja deh makannya, soalnya ini lebih penting . . . Mending kita kerumah Yerim eonni sekarang ya "


Tanpa banyak pembicaraan mereka pun bergegas kerumah Yerim, dan Woojin pun juga tak bertanya perihal Jihoon tiba-tiba mengajaknya kerumah kakaknya.


Woojin memarkirkan mobilnya di bagasi rumah Yerim dan segera masuk kedalam bersama Jihoon. " Eonni . . . " teriak Jihoon dari luar. Yerim bergegas membukakan pintu dan mendapati Jihoon tengah berdiri di baliknya " ayo masuk sayang, Woojin ayo masuk "


Sekarang Jihoon dan Woojin sudah berada di dalam rumah, pandangan Jihoon langsung teralih pada keponakan nya Park Jinhoon " Uuuhh sini sayang sini sama tante " ucap Jihoon sambil mengambil alih gendongan Jinhoon dari Mingyu " Jinhoon kangen tante sayang . . . Uhh " Jinhoon meringsut kedalam cerug leher Jihoon dan sambil mengusak-ngusak matanya dengan tangan mungilnya. Jihoon mengelus pelan punggung Jinhoon untuk menenangkan ponakannya. " uss . . . uss . . . uss " benar sekali, Jinhoon memang merindukan tante cantiknya, anak bayi ini rindu akan kehangatan Jihoon.


Saking terlarutnya Jihoon untuk menenangkan Jinhoon, ia tak menyadari ada sepasang mata yang terus memperhatikannya. Ada sedikit rasa hangat menyerang hati Woojin saat melihat Jihoon menenangkan Jinhoon. Secara tak sadar Woojin menyunggingkan satu senyuman terbaiknya sambil terus memperhatikan Jihoon. Bahkan bayi pun tau dan bisa merasakan ketengangan yang terus terpancar dan mengalir secara alami di diri Jihoon.


Jihoon berjalan kearah sofa di ruang tamu sambil terus menepuk-nepuk pelan bokong Jinhoon yang terlapis popok bayinya. Ia melewati Woojin begitu saja tanpa mengalihkan pandangan nya kearah lelaki itu.


Jihoon duduk di sofa sambil terus menenangkan Jinhoon yang mulai terlelap sambil mengemut jari jempolnya. " tante sayang sekali sama Jinhoon, tante pengen kalau Jinhoon sudah besar, Jinhoon harus jadi lelaki yang bertanggung jawab, berbakti sama orang tua, dan yang terpenting Jinhoon harus menjadi kebangaan mami, papi, nenek, kakek, om Chanyeol, tante Jihoon, dan om Woojin yah sayang "


Untuk yang kedua kalinya hati Woojin menghangat dengan jantung yang terus berdetak kencang, hanya ucapan sederhana namun menenangkan jiwa.


Woojin mendekat dan duduk di sebelah Jihoon " Jinhoon tampan sekali, mirip sama aku "


*******


Halo debay " ucap Jihoon lembut sambil mengelus perut Yerim. Yerim gemas sekali melihat kedua adiknya yang berlaga seperti anak-anak saat mengajak debay berbicara.


" Woojin kamu mau kasih nama apa untuk debay " tanya Jihoon pada Woojin


" Emm kalau cewek Park Minji kalau cowok Park Jinhoon " balas Woojin antusias


" Jinhoon kok Jinhoon sih " tanya Jihoon bingung


" Jinhoon itu Woojin dan Jihoon "


*******


Jihoon tersadar dari lamunan nya saat merasakan gerakan kecil dari Jinhoon. Jihoon kembali menenangkan Jinhoon sambil mengusap punggung ponakannya itu.


" Jin . . . " Woojin beralih untuk menatap Jihoon


" hemm " jawab Woojin


" Kamu tau gak, nama Jinhoon itu dari siapa ? " Woojin menggeleng " nama itu kamu yang membuatnya . . . Dan Jinhoon itu adalah perpaduan dari nama kita yaitu Woojin dan Jihoon "


Seketika wajah Woojin mengeras, ia mulai merasakan kepala nya sakit lagi.


" Jin, kepala kamu sakit lagi " Sebenarnya Jihoon tau, itu adalah reaksi jika Woojin mulai mencoba mengingat sesuatu


" Ku mohon Jin berusaha lah untuk mengingatnya . . . Kembalikan semua memori tentang kita " ucap Jihoon dalam hati


Woojin masih berkutat dengan rasa sakit nya sampai . . .


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••









" Tempat itu . . . AKKHHH . . . " Woojin terus mengerang kesakitan sampai air matanya mengalir. Sebenarnya Jihoon tak tahan melihat Woojin seperti ini.


Jihoon bergegas mengantar Jinhoon kekamarnya dan setelah itu ia kembali pada Woojin yang terus menerus kesakitan. Jihoon meraih tubuh Woojin untuk ia peluk dan sedetik kemudian dia ingat bahwa disini ada satu kamar lagi dan segera lah Jihoon membawa Woojin kekamar itu untuk mengistirahatkan kekasihnya.


Ia memutuskan untuk bermalam disini untuk menjaga Woojin.



Sinar matahari kembali menerangi pagi yang cerah hari ini, Jihoon merasakan sinar itu menembus obsidiannya begitu dominan. Namun sepersekian detik kemudian ia tersadar bahwa Woojin sudah tidak ada lagi di tempat tidurnya. " Woojin . . . Kamu dimana sayang " ucap Jihoon sedikit berteriak


Jihoon keluar dari kamar dan mendapati Yerim dan Mingyu yang sedang sarapan " eonni oppa, apa kalian melihat Woojin "


" Bukan nya Woojin ada di kamar bersamamu "


" Saat aku bangun dia sudah tidak ada "


" Mungkin dia di teras " ucap Mingyu sambil mengunyah rotinya


Jihoon berjalan kearah teras, tapi mata nya terpaku pada meja ruang tamu, ia melihat secarik kertas bertuliskan ' To Jihoon " Jihoon membuka kertas itu.


" Ku mohon jangan mencariku untuk sementara waktu "


Woojin


" Apa maksudnya ini " Jihoon kembali kekamar dengan berlari dan tak lama ia kembali keluar dan membawa tas nya "eonni oppa aku pulang dulu " tanpa menunggu persetujuan dari kedua kakaknya Jihoon tetap pulang.


" Sepertinya ada sesuatu lagi " terka Yerim


" Sungguh dramatis kisah cinta mereka " balas Mingyu


" Adikmu susah sekali di tebak " ucap Yerim sambil mendelik kearah Mingyu


Mingyu tertawa " untung kisah cinta kita tidak seperti mereka ya sayang


" Heyyy tuh anakmu nangis, cepet susul dia " balas Yerim sinis


Mingyu hanya terkekeh gemas melihat istrinya.



" Apa maksud Woojin untuk tidak mencarinya " Jihoon terus bertanya-tanya tentang maksud dari isi surat itu " Woojin kenapa kamu seperti ini . . . Apa salah ku "


Tin


Tin


Tin


Gumaman demi gumaman nya terhenti saat sebuah mobil mensejajarkan lajunya dengan Jihoon " Jihoon, kamu sedang apa ? "


Jihoon mengernyitkan dahinya " Jinyoung "


Jinyoung menghentikan mobilnya " ayo masuk "


Jihoon pun masuk kemobil Jinyoung tapi ia hanya diam saja tanpa memandang wajah lelaki tampan itu " kamu kok terlihat sedih "


Jihoon belum menjawab perkataan Jinyoung


" Baiklah sebaiknya kita mencari tempat yang nyaman buat bicara "


Disinilah mereka sekarang, di sebuah restoran. Yah Jinyoung mengajak Jihoon kerestoran untuk sarapan sekaligus ingin berbicara tentang Jihoon yang terlihat sedih " kamu kenapa sedih hoon "


Jihoon menarik nafasnya sejenak " Woojin ninggalin aku . . . Dia bilang jangan mencari nya untuk sementara waktu . . . Terus aku harus bagaimana young " rengek Jihoon yang menjurus ke tangis


Jinyoung meraih kedua tangan Jihoon, Jihoon membulatkan kedua matanya.


" Aku siap untuk menggantikan Woojin !!!!!! "



Maaf tadi sempet ke publish sebelum waktunya hehe terus aku unpublish lagi soalnya ceritanya belum selesai.















Salamsayang




Nunnasikembar 😘😘😘😘😘

Comment