Struggle - 8 ❤


Woojin menilik jam yang ada di pengelangan tangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 19:30 yang berarti seharusnya mereka sudah beranjak dari tempat itu, tapi jujur Woojin masih ingin berdiam di tempat ini, tempat ini sungguh damai dan tenang di tambah lagi saat ini ada seorang malaikat, ah bukan lebih tepatnya hanya manusia biasa yang menyerupai malaikat bahkan lebih indah.


Woojin pov


Cahaya temaram sang rembulan tepat jatuh menerangi wajah Jihoon. Ah mengapa dia sangat cantik dan mengapa hatiku semakin berdebar kala melihat wajahnya. Apakah aku jatuh cinta padanya ? Eh tapi kan dia memang kekasihku kata eomma. Apapun yang terjadi, aku beruntung karena saat ini aku bisa menghabiskan waktu ku bersamanya. Hatiku semakin berdebar tatkala aku melihat senyuman nya yang begitu indah dan matanya yang mengkilap seakan memberi ketenangan tersendiri dalam hatiku.


Woojin pov end


Jihoon masih terlihat asik memandangi bintang-bintang dilangit, ia tak menghiraukan apapun dan bahkan ia tak menghiraukan Woojin yang sedang berbaring di pangkuannya, gadis itu tak tau kalau sedari tadi Woojin terus memandangi nya.


Woojin meraih tangan Jihoon yang sejak awal Woojin berbaring yang ia letakkan di atas dada lelaki bergingsul itu. Jihoon terkejut dan menghentikan aktifitas nya mengamati bintang saat ia merasa bibir Woojin telah menempel di punggung tangannya. Iya, Woojin mencium tangan Jihoon sangat lama dan dalam sembari merasakan wangi melati menenangkan yang terkuar di tangan gadis manis itu. " Jihoon ah, siapapun dirimu ku mohon jangan tinggalkan aku "


Jihoon merasakan segenap jiwa raganya yang seolah telah berhenti bergerak, ia terpaku dan tertegun, ia merasakan sedih sekaligus bahagia bercampur menjadi satu. Batin nya serasa di beri sebuah kehangatan yang sejenak melelehkan kemelud pikiran yang membuat sesak saat mengingat Woojin yang masih saja melupakannya. Jihoon mengangguk sembari airmatanya yang jatuh tepat mengenai pipi sang lelaki. Woojin merasakan tetes airmata yang jatuh di pipinya seolah menohok langsung kedalam jantungnya. Tak dapat sedikit pun terpungkiri saat melihat gadis itu menangis ia merasa hatinya akan mendidih dan bergemuruh sangat kuat. Woojin mengangkat tangan nya dan mengusap lembut airmata itu " mengapa kau menangis "


Jihoon tak membalas pertanyaan itu, ia malah meraih tangan yang tadi sehabis mengusap airmatanya dan berlalu mencium tangan itu dengan airmata yang tak mau berhenti.


Woojin bangkit dari peraduannya dan beranjak untuk memeluk tubuh Jihoon yang bergetar karena tangis " menangislah, Jihoon ah menangislah . . . Buang semua keluh kesah mu, menangislah di pelukan ku "


Tanpa menunggu perintah itupun Jihoon sudah menangis sejadi-jadinya menghempaskan seluruh getah menyakitkan yang memenuhi relung hatinya. " Woojin, aku sangat mencintaimu . . . Apa tidak ada sedikit pun memori kenangan kita di ingatanmu.


Woojin memejamkan kedua matanya merasakan sakit yang seakan tersalur langsung ke hatinya. Ia merasa sangat bersalah dan sedikit kecewa akan takdir yang ia terima, kenapa hanya Jihoon yang ia lupakan, tak bisakah ia lupa pada kenangan menyakitkan saja atau ia lupa pada kenangan masa kecilnya asalkan jangan lupa pada sosok gadis yang saat ini ia peluk dengan erat.


Woojin terbuyar dari lamunan nya saat tak lagi merasa ataupun mendengar suara Jihoon. Ia sedikit menyingkap rambut Jihoon yang menutupi wajah gadis itu. Begitu gemas nya Woojin karena ternyata Jihoon telah tertidur begitu pulasnya. Seperti nya Jihoon terlalu lelah karena terus menangis sampai tertidur. Tatapan Woojin terjurus kearah bibir gummy Jihoon yang terlihat begitu lembut. Bibir itu seolah memerintahkan Woojin untuk merasakan kenyalnya bibir tersebut. Perlahan Woojin mendekatkan bibirnya dan mencium sebentar namun dalam dan di saat itu itu juga kepala nya kembali terasa nyeri. Ia terus memegang kepalanya namun tak mengeluarkan suara rintihan.


Woojin's memory


Sekarang kata sudah sampai ditempat yang kamu inginkan dan kamu harus menutup mata mu sayang " Woojin


" Kenapa harus tutup mata Woojin " Jihoon


" Biar surprise lah sayang " Woojin pun menutup mata Jihoon dengan telapak tangan nya 



" Woojin darimana kau tahu tempat yang seindah ini "


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


" Kata dokter . . . Penyakit ku 80% sudah sembuh, darah ku sudah dinyatakan bersih dari kanker "


" Benarkah . . . Kau tidak bohong kan sayang . . . Ini, ini beneran "


********


Woojin terhempas dari ingatan nya saat merasakan sebuah pergerakan dari sang gadis " Woojin kau kenapa ? " tanya Jihoon sambil mengusap-usap matanya yang gatal.


" Ah tidak papa, sebaiknya kita pulang sekarang ya . . . Kau seperti nya sudah mengantuk " Jihoon hanya mengangguk dan benar sekali ia sudah sangat mengantuk.


Woojin berdiri sambil mengulur tangannya untuk menawari pegangan untuk Jihoon. Jihoon meraih tangan Woojin sambil tubuhnya yang terhuyung-huyung.


Woojin tertawa namun beberapa detik kemudian ia berjongkok di hadapan Jihoon dan menepuk-nepuk punggungnya sendiri tanda ia menawarkan punggung untuk Jihoon naiki " naiklah, biar kau aku gendong saja "


Jihoon mengerjap-ngerjapkan matanya " apakah tidak merepotkan mu ? "


" Naiklah sayang " sekali lagi Jihoon terkejut karena mendengar Woojin menyebut kata sayang.


Jihoon akhirnya naik keatas punggung Woojin dan mengalungkan tangannya di leher Woojin. Kini jarak diantara mereka sangat tipis hingga Woojin pun bisa merasakan desah hangat dari deru nafas Jihoon. " apa kau lelah sekali ? " Jihoon mengangguk " apa kau sangat mengantuk " lagi-lagi Jihoon mengangguk tapi sedetik kemudian ia berkata . . .


" Walaupun kau hilang ingatan tapi kebiasaan mu masih sama ya . . . Ah, oh iya kau kan hanya lupa pada ku saja " setelah itu Jihoon menyunggingkan smirk manisnya.


Woojin tak bisa menjawab ucapan Jihoon, karena ia terus mengingat kejadian beberapa menit lalu " ucapan itu dan barisan pohon sakura itu, apakah itu salah satu kenangan ku bersama Jihoon " gumamnya nya dalam hati


" Woojin kenapa kau diam "


" Ah, tidak. Apa kau lapar ? " ucap Woojin untuk mengalihkan pembicaraan


Jihoon mengangguk " iya aku lapar "


" Baiklah, habis ini kita makan dulu, baru setelah nya aku antar pulang "


Jihoon menggeleng " aku tidak mau pulang "


" Kenapa, katanya kau sangat lelah "


" Aku masih masih rindu padamu dan masih ingin bersama mu " ucapnya Jihoon manja


" Sebaiknya sehabis makan kau pulang saja, nanti kau sakit karena kelelahan . . . Atau begini saja, kalau kau mau pulang, besok aku akan mengajak mu kesuatu tempat . . . Bagaimana ? "


" Kemana ? "


" Besok kau akan tau "


Jihoon pun hanya mengangguk saja.


Mereka sudah sampai di mobil Woojin. Woojin langsung menurunkan Jihoon dan membukakan pintu mobilnya. Selanjutnya Woojin juga masuk kemobilnya " kalau kau mengantuk tidurlah, nanti kalau sudah sampai akan aku bangunkan " ucapnya sambil menyalakan mesin mobilnya


" Apa aku boleh tidur di pundak mu "


Woojin tersenyum " Silahkan sayang "


Akhirnya Jihoon kembali mengarungi mimpi nya sambil bersandar dipundak sang kekasih.















Semoga gak bosen sama ff ini yak 😊











Salamsayang




Nunnasikembar 😘😘😘😘😘

Comment