KASUS #0: PROLOG

"Ruby! Awas!"


Aku mencoba menghentikan serangan itu, tetapi terlambat. Darah mulai membanjiri lantai, menggenang di lubang yang telah dibuat oleh si brengsek itu.


"Aaargh!!"


Tubuh Ruby tergeletak tak berdaya di lantai sekarang. Dengan sayatan besar di bagian rusuknya, aku tidak bisa menunggu lebih lama selain mengalahkan si brengsek ini.


"Dasar tolol. Kau bisa saja menghentikan seranganku tadi, Valeria. Sayang, kau begitu lamban. Begitu naif. Perhatikan baik-baik caraku membunuhmu"


Dan setelah mengatakan semua itu, mendadak hawa keberadaannya menghilang. Aku berusaha mendeteksi di mana dia berada sekarang, tapi tidak bisa. Yang kurasakan sekarang adalah kekosongan dan seperti berada sendiri di dalam gudang tua gelap ini.


"Jangan bercanda. Lo udah ngelukain sobat gua, jangan harap lo bisa lolos..."


Kurasakan pundakku ditepuk dengan pelan dan seketika pemandangan berubah menjadi familiar.
Ini... Di rumahku...


"Sayang, buka pintunya! Sebentar lagi kamu mau berangkat sekolah, lho!"


Suara Ibu?
Dengan cepat aku menghambur ke arah pintu dan membukanya.
"Surprise~ bodoh"


Dengan pelan pisau besar mengarah ke arah kepalaku layaknya adegan slow motion. Aku hanya bisa menutup mata, menunggu detik terakhir nyawaku yang sudah berada diujung tanduk. Mengerikan. Di depan mataku, ibu yang sangat kusayangi mengayunkan pisau daging ke arah kepalaku.


Sayonara...

Comment