They Hate Me (2)

Hello, good morning


We meet again in Saturday 😁😁😁


Hope you all are healthy and in good condition


Please enjoy this story


Happy reading


πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰












🌹🌹🌹🌹🌹








Lanjutan...


Ai langsung masuk ke kamar mandi dan membuka keran di wastafel. Ai membasahi tangannya, kemudian membasih pipi Dion yang terdapat bekas air mata yang mengering. Ai membasih wajah Dion dengan hati-hati sampai bersih. Dion yang diperlakukan seperti itu, merasa terganggu, dia bergerak - gerak untuk menghindari air. Kemudian Ai mengeringkan wajah Dion menggunakan handuk yang dia dapatkan di cabinet ynag terpasang di kamar mandi. Ai menempelkan handuk di wajah Dion dengan gerakan pelan, karena handuk itu bertekstur kasar, jadi Ai harus berhati - hati.


"yee…..Dion udah ganteng lagi," kata Ai setelah selesai mengeringkan wajah Dion


Ai langsung memutar posisi gendongannya menghadap cermin di depannya, "itu lihat! Dion sudah ganteng kan," kata Ai sambil menunjuk Dion yang berada di cermin.


Dion yang melihat dirinya sendiri pun terlihat senang. Dia sampai menepuk - nepuk tangannya sambil tertawa kencang. Bahkan dia berusaha untuk meraih dirinya yang berada di depannya. Ai yang melihat itu juga senang memandang wajah bayi itu. Dia menciumi kepala sang bayi yang wanginya khas bayi.


"sudah ya, kita makan dulu, okay!" kata Ai memutar kembali posisi Dion


Ai menggendongnya dengan memeluk. Dion meletakkan kepala di dada wanita itu sesekali Ai menciumi kepala Dion. Ai senang menciuminya karena dia merasa senang melakukan itu dan setiap melihat anak kecil, dia akan merasa sangat menyayanginya. Ai keluar dari kamar mandi dan mendapati Daaniyaal serta kedua anaknya yang tadi sudah duduk disana


Mereka melihat Ai dengan tatapan beragam. Nina, sang anak perempuan, melihatnya dengan tatapan kebencian dan tidak suka. Nino, sang anak pertama melihatnya dengan tatapan tajam. Sedangkan Daaniyaal, sang suami melihatnya dengan tatapan terkejut, namun setelahnya dia tersenyum. Ai yang merasa ditatap oleah mereka hanya bisa tersenyum.


"ayo sayang, makan!" kata Daaniyaal memanggil Ai dan memintanya untuk sarapan bersama. Daaniyaal menyuruhnya duduk di sebelah kirinya.


"iya, mas," Ai berjalan menuju meja makan, "Dion makannya gimana?" tanya Ai saat dia sudah duduk di kursi kosong yang di tunjuk suaminya tersebut


"itu nanti Kia, baby sitter nya yang mengurus keperluan Dion," jawab Daaniyaal sambil mencondongkan wajahnya untuk mencium wajah Dion yang tersembunyi di dada Ai


"dimana Kia? Kenapa kamu yang pegang Dion?" tanya Daaniyaal


"aku tadi suruh dia istirahat, kan habis pergi. Apalagi tadi Dion nangis kenceng banget, terus ngga diem - diem. Jadi Ai bawa Dion," jawab Ai sambil tersenyum


"wah…Dion udah nempel sama mama ya," kata Daaniyaal dengan nada senang sambil mengelus kepala Dion dengan sayang


"bunda, mas. Ai pengennya dipanggil bunda aja," tolak Ai sambil tersenyum ke arah Daaniyaal


"okay," Daaniyaal menyetujuinya kemudian melihat ke arah kedua anaknya yang duduk di sisi kirinya, "wanita ini adalah bunda kalian. Mulai sekarang panggil wanita ini dengan sebutan bunda!"


"aku ngga mau!" tolak Nina dengan keras, "aku ngga mau punya bunda kayak dia."


"NINA. jaga ucapanmu! Dia bunda kamu, kamu harus bersikap sopan!" kata Daaniyaal dengan suara tegas


Dion yang mendengar suara bentakan sang papa, tiba-tiba menangis kembali. Ai pun langsung berdiri sambil menggoyangkan badannya agar Dion diam. Namun tangisnya bertambah kencang. Akhirnya Ai pamit untuk membawa Dion ke kamarnya. Mungkin bayi kecil ini lelah, karena tadi dia terbangun saat tidur.


"mas, Ai bawa Dion ke kamar saja ya, mungkin Dion masih lelah abis perjalanan," kata Ai


"tapi kamu belum makan, sayang," Daaniyaal menahan Ai


"ngga apa-apa, mas. Ai nanti makan setelah antar Dion ke kamarnya. Mas makan duluan dengan anak - anak," kata Ai sambil tersenyum


"ya sudah. Nanti kamu harus makan ya," kata Daaniyaal


"iya mas. Ai antar Dion dulu," kata Ai sambil pergi dari ruang makan tersebut


Sejujurnya, Ai sedikit takut dengan respon kedua anak Daaniyaal itu. Penolakan yang diutarakan langsung dari Nina, anak kedua Daaniyaal, membuat Ai menjadi cuit. Begitu juga dengan Nino, putra pertamanya. Meski dia terlihat diam dan tidak banyak bicara, ekspresinya seperti menunjukkan penolakan seperti anak perempuannya.


Apalagi tadi Ai dibentak oleh Nina, sebenarnya Ai sangat takut. Untung si bayi Dion menangis, Ai dapat mengurangi ketakutannya dengan mendekati bayi itu dan menenangkan. Sebenarnya dia juga memenangkan dirinya sendiri pasca dibentak.


Saat di meja makan pun, sebenernya Ai masih merasa takut melihat kedua anak Daaniyaal itu. Apalagi tadi, Nina juga menerangkan dengan jelas kepada papa nya bahwa dia tidak menerima Ai sebagai bundanya. Ditambah ekspresi Nino dan suara bentakan Daaniyaal yang ditujukan ke anak gadisnya itu, membuat Ai bertamah takut saat tahu Daaniyaal membentak putrinya itu gara-gara Ai.


Disebut keberuntungan atau apa, karena si Dion menangis lagi. Ai merasa bersyukur karena bisa pergi dari ruang makan itu dengan alasan Dion. Ai bahkan lebih memilih bersama Dion ketimbang bersama kedua anak Daaniyaal itu.


"Nina! Papa tidak suka dengan perilakumu tadi," kata Daaniyaal setelah istrinya itu pergi meninggalkan ruang makan


"tapi Nina tidak suka dengan dia, pa. Nina juga tidak mau punya mama seperti dia," tolak Nina


"kamu harus menerimanya, karena wanita itu adalah istri papa sekarang. Kamu harus memanggilnya dengan sebutan bunda! Begitu juga dengan kamu, Nino!" kata Daaniyaal dengan suara tegasnya


"tapi pa…" kata Nina yang terdengar akan menolak kembali


"lupakan mama mu. Sekarang wnaita itu adalah bunda mu yang akan menggantikan mama," kata Daaniyaal dengan suara menjadi lembut, "sekarang makan sarapan kalian! Nanti siang, kita akan berbelanja keperluan sekolah kalian dan kebutuhan bunda dan Dion."


***


Siang itu Daaniyaal mengajak keluarga kecilnya pergi ke mall. Setelah membangunkan Ai yang ternyata tertidur saat menemani putra kecilnya itu, Daaniyaal meminta Ai untuk makan. Setelahnya Ai dan Daaniyaal serta kedua anaknya melaksanakan shalat dhuhur berjama'ah. Kedua anaknya bersiap - siap begitu juga dengan Daaniyaal dan Ai. Dion kecil juga sudah bersiap dan sudah makan juga, tadi dia disuapi bubur bayi oleh baby sitter-nya.


Mereka sekarang berada di mobil yang tadi membawa ketiga anak Daaniyaal. Daaniyaal yang mengemudi dengan Ai yang berada di sampingnya dan Dion yang berada di pangkuan Ai. Di kursi bagain belakang, ada Nino, Nina dan Kia, sang baby sitter. Baby sitter-nya diikutkan karena untuk bergantian menjaga Dion.


Suasana di dalam mobil begitu hening. Hanya ada suara kecil dari sang bayi, Dion. Bayi itu terus saja mengeluarkan suara tawa dari mulu kecil ketika Ai bermain dengan bayi itu. Padahal hanya sekedar memberikan sebuah gantungan kunci yang tergantung di tas kecilnya. Bahkan Ai juga mengajak bayi kecil itu berfoto di ponselnya yang tidak sebagus milik Daaniyaal dan kedua anaknya.


Mereka yang berada di dalam mobil tidak terganggu dengan Dion dan Ai. Bahkan Kia sang baby sitter dan Daaniyaal sang papa, merasa senang karena Dion bisa tertawa bahagia seperti ini. Berbeda dengan kedua anaknya. Nino yang hanya diam saja. Ekspresi wajah terlihat biasa dan cenderung acuh. Berbeda dengan Nina. Gadis itu malah terlihat bertambah membenci bunda barunya itu. Bahkan dia mengejek ponsel yang dimiliki oleh bundanya itu. Sangat ketinggalan jaman dan murahan.


Mereka berjalan memasuki area mall. Daaniyaal berjalan di samping Ai. Dia merangkul pinggang sang istri dengan mesra. Sedangkan Ai menggendong Dion, di sisi lainnya ada Kia sang pengasuh yang berjalan mengekori wanita itu. Kia memilih mendekati wanita itu, karena majikannya itu sangat baik dan selalu berbicara lembut, jadi Kia sangat nyaman berada di sampingnya.


Di belakang ada Nina dan Nino yang mengikuti mereka. Nino tampak acuh dengan sikap papa nya kepada wanita itu. Dia melihat sekeliling mall tanpa minat. Berbeda dengan Nina. Gadis itu malah melihat sikap papa yang menyebalkan. Bahkan sekarang sang baby sitter mengekori wanita itu, membuat wajah Nina menjadi kesal.


"kalian mau mencari keperluan kalian sendiri atau nanti kita mencarinya bersama?" tanya sang papa ketika mereka berjalan mendekati escalator


"aku cari sendiri aja, pa," Kata Nino langsung


"kalo kamu Nina?" tanyanya kepada putrinya


"aku ikut kak Nino aja," kata Nina


"ya sudah. Ini kartu untuk kalian membeli keperluan sekolah! Jangan beli yang aneh - aneh!" kata Daaniyaal sambil menyerahkan kartu kredit yang diambil dari dompetnya


"Siap, pa," kata Nina yang terdengar senang


"Nino, jaga adikmu!" perintah sang papa dan Nino hanya menganggukkan kepalanya


"papa mau pergi dengan bundamu dan Dion. Papa mau membeli keperluan untuk mereka," kata Daaniyaal


Mereka berjalan ke escalator. Ai terlihat kesukaan melangkah ke escalator karena menggendong Dion. Daaniyaal mengulurkan tangannya untuk menggandeng sang istri. Ai pun langsung menerima uluran tangan sang suami. Saat dia melangkah ke escalate, Ai hampir saja kehilangan keseimbangan. Nino ynag berada di belakangnya pun reflek menahan bahu sang bunda.


"terima kasih," kata Ai sambil tersenyum kepada anak Daaniyaal itu dan Nino hanya menganggukkan kepalanya dengan acuh. Nina mendengkus melihat itu.


Mereka berpisah. Ai, Daaniyaal dan Kia berjalan menuju perlengkapan bayi untuk sang bayi dan kemudian akan pergi ke tempat lain untuk membeli keperluan istrinya itu. Sedangkan Nino dan Nina berjalan menuju toko yang menjual alat tulis.


"kita mau beli apa mas?" tanya Ai saat mereka memasuki toko bayi


"kita beli keperluan untuk Dion. Sejak Dion keluar dari rumah sakit, aku belum sempat membelikannya barang - barang untuknya," jawab Daaniyaal sambil mengambil Dion dari gendongan Ai kemudian dia menciumnya


Ai menganggukkan kepalanya, "Dion umur berapa mas?"


"Dion sekarang sudah berumur tujuh bulan," jawab Daaniyaal


"jadi nanti kita cukup beli kebutuhannya untuk umur satu tahun. kalo sudah umur segitu, kita tidak perlu pergi untuk membelinya lagi," kata Ai


"okay, lah. Terserah kamu, aku ngikut aja," kata Daaniyaal sambil mengendikkan bahunya, "Kia, kamu bantu istri saya berbelanja ya!"


"baik, tuan," jawab Kia sambil menganggukkan kepala


"sayang, aku mau pergi ke dulu. Ini kartu buat kamu belanja untuk keperluan Dion!" kata Daaniyaal sambil memberikan kartu kredit kepada Ai


"kok ngga sama mas Daaniyaal aja?" kata Ai


"aku mau pergi sama Dion dulu. Iya kan anak papa yang ganteng," kata Daaniyaal sambil mencium putranya itu dan Dion tertawa keras


"baiklah mas. Tapi kalo nanti aku belinya kebanyakan gimana?" tanya Ai


"ngga apa-apa. Aku tahu kamu pasti akan pilih yang berkualitas. Dan itu pasti harganya juga mendukung. Aku malah senang karena kamu peduli sama keamanan dan kenyamanan Dion," kata Daaniyaal


"belanja sana! Aku pergi dulu," kata Daaniyaal yang pergi meninggalkan Ai dan Kia setelah dia mencium kepala Ai


Daaniyaal Keluar dari toko bayi itu. Dia pergi menaiki escalator menuju lantai empat yang berisi penjual alat elektronik. Daaniyaal mencari toko yang biasanya dia datangi untuk membeli sebuah ponsel. Iya, Daaniyaal membeli ponsel untuk istrinya itu. Tadi Daaniyaal sempat melihat ponsel milik istrinya itu yang terlihat sudahlah. Jadi Daaniyaal akan membelikan ponsel baru untuk sang istri.


"kita akan beli ponsel baru untuk bunda. Biar bunda bisa video call dengan papa dan Dion jika papa pergi ke luar kota ya. Biar nanti bunda juga bisa ambil fotonya Dion," kata Daaniyaal dan Dion hanya bisa tertawa melihat papanya


"mau cari ponsel apa, pak?" tanya seorang SPG di toko ponsel itu


"bisa carikan saya ponsel keluaran baru yang bagus," tanya Daaniyaal


"ada, pak. Disini ponsel keluaran baru," kaat SPG itu


"boleh carikan yang merknya seperti ponsel saya tapi series yang bagus?" kata Daaniyaal sambil menunjukkan ponselnya yang dia keluarkan dari waist bag nya


Daaniyaal akhirnya membeli ponsel couple, untuk istrinya dan dirinya sendiri. Karena ternyata ponsel itu juga keluaran terbaru dan feature nya lebih bagus. Daaniyaal membawa paper bag yang berukuran sedang yang berisi ponsel barunya. Kemudian dia turun ke lantai dua sama seperti dimana istrinya sedang berbelanja keperluan Dion. Tapi Daaniyaal tidak menyusul sang istri. Dia pergi ke tempat toko yang menjual perhiasan.


To be continued....




🌹🌹🌹🌹🌹













Enough for today


Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊


Don't forget vote and comment


Follow this account fanyawomenly


Thank you have waited this story


Thank you have read this story


Thank you have voted and commented


Have a nice day


πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰

Comment