Children

Ketika Jennie terbangun dari tidurnya yang singkat, dia menggunakan ponselnya untuk menunjukkan foto-foto Ella pada Jisoo.


"Ini saat ulangtahunnya yang ketiga" kata Jennie seraya menunjukkan foto ketika Ella mengenakan gaun dan memakan cokelat dari kue ulangtahunnya "Bukankah dia menggemaskan"


"Dia mendapatkannya dari ibunya" goda Jisoo


Jennie memutar bola mata dan memukul pelan bahu JIsoo.


Apa Jisoo menggodanya?


"Bisakah kau berhenti?"


"Berhenti apa?" Jisoo berpura-pura bodoh


"Kau tahu apa!"


"Ngomong-ngomong" Jisoo mengeluarkan ponselnya "Kau mau melihat putraku?"


"Kau punya anak?!" Jennie terbelalak.


Jisoo mengangguk dan mencari foto di ponselnya. Jennie terkejut karena tidak pernah melihat Jisoo dengan kekasihnya di apartemen, apalagi anaknya.


"Ini dia" Jisoo menunjukkan foto ke arah Jennie.


"Dia terlihat pemalas" Jennie terkekeh ketika menyadari maksud Jisoo


"Tentu saja tidak!" Jisoo membela putranya "Dia penuh dengan energi positif dan ceria, seperti aku!"


"Baiklah" Jennie tertawa "Apa jenisnya?"


"Maltese" jawab Jisoo "Dia sangat menggemaskan"



Jennie mengangguk kecil, dia belum pernah melihat anjing itu meskipun sudah beberapa bulan tinggal satu lantai dengan Jisoo. Dia menyadari bahwa dia benar-benar tidak begitu mengenal tetangganya ini.


"Berapa usia putrimu?" tanya Jisoo


"Lima tahun" jawab Jennie "Dia sangat manis dan penurut untuk anak seusianya, kurasa dia bahkan tidak bisa melukai seekor nyamuk" dia menambahkan dengan bangga.


# # #


"Ella! Lepaskan dia!" seorang pengawas menghampiri kerumunan anak-anak di taman kanak-kanak itu.


Ella melepas anak laki-laki itu dan mendorongnya, membuat anak itu langsung menangis dan berlari ke arah sang pengawas.


"Dia menyeramkan!" teriak anak itu, menangis.


"Apa yang terjadi disini?" Mr.Park berusaha menenangkan anak lelaki itu.


"Aku datang, ada apa?" Ms Lee juga menghampiri mereka "Mr Park, bawa dia untuk diobati" dia menambahkan ketika melihat anak itu


Ella terdiam melihat anak laki-laki itu pergi kembali ke gedung sekolah bersama Mr Park, dia mendongak dan melihat Ms Lee melihat ke arahnya.


"Ella Kim" Ms Lee membungkuk agar bisa memandang Ella dengan jelas "Apa yang terjadi? Aku tidak pernah melihatmu berkelahi"


"Ella menolong anak-anak lain" tiba-tiba seorang anak perempuan menghampiri mereka


"Yeji?" Ms Lee mengenali gadis kecil itu adalah teman baik Ella.


"Aku melihatnya, Jongkook berusaha mengganggu beberapa anak saat mereka bermain ayunan" jelas Yeji dengan berani "lalu Ella memintanya berhenti, tapi malah mendorong Ella jadi dia membalasnya"


"dan siapa anak-anak yang kau maksud, Yeji?"


Yeji menunjuk sisi lain lapangan di dekat ayunan, nampak Ryujin sedang menenangkan teman-temannya. Ryujin adalah salah satu dari anak panti asuhan yang bersekolah disana, dia bersama beberapa anak panti lainnya datang ke taman kanak-kanak itu untuk belajar sebelum kembali ke panti asuhan mereka.


"D-Dia mengejek mereka karena yatim piatu" kata Ella, sedikit berkaca-kaca "Aku memintanya untuk berhenti tapi dia tetap menganggu mereka" dia menambahkan.


"Baiklah, aku mengerti" Ms Lee menarik napas, dia harus memanggil orangtua Jongkook mengenai hal ini "tapi ingatlah jika ada keributan seperti tadi, kalian harus memanggil kami dan bukannya berkelahi, mengerti?" kedua gadis itu mengangguk "Aku akan memeriksa Ryujin dan yang lain – oh ya!"


Ms Lee teringat sesuatu dan tersenyum pada kedua gadis itu.


"Ella, hari ini ibumu sedang ada keperluan jadi ibu Yeji yang akan mengantarmu pulang" jelas Ms Lee "Bukan hal serius, tenanglah" dia menambahkan ketika Ella nampak kaget.


"Tidak apa, Ella, ibuku sangat baik" kata Yeji, tertawa "tapi bagaimana bisa ibuku mengenal ibumu?" dia mengerutkan kening.


# # #


"Instant Ramyeon?" Jennie mengangkat alis saat melihat isi kantong belanjaan Jisoo.


"Ya, ini makanan yang biasa kunikmati" jawab Jisoo, ringan "Daun bawang, instant ramyeon, susu kotak, pisang, telur, roti" dia menyebutkan isi belanjaannya "Ini semua mudah, aku tidak pandai memasak"


"Sungguh tidak sehat!" protes Jennie, memukul bahu Jisoo "Haish, aku tidak ada pilihan selain mengajarimu cara memasak kalau begitu"


"Huh?" Jisoo cukup terkejut, bukankah tadi Jennie mengatakan dia menyebalkan?


"Bukan karena aku menyukaimu" kata Jennie, cepat "hanya saja karena aku adalah orang yang baik, aku harus peduli dengan kesehatan tetangga" dia menambahkan, tanpa memandang Jisoo.


Jisoo hanya tersenyum melihat tingkah Jennie, dia tahu tetangganya itu adalah orang baik.


"Jisoo, berjanjilah bahwa kakak mu akan menjemput putriku dan membawanya dalam keadaan selamat kembali padaku" Jennie mengecek ponselnya dan melihat.


"Tenang saja, kau bisa percaya pada kakak ku" kata Jisoo, tersenyum lebar dengan percaya diri.


"Tetap saja aku cemas" gumam Jennie


"Putrimu akan baik-baik saja" balas Jisoo, dia meraih pisang di dalam tas belanjaannya dan menyodorkannya pada Jennie "Makanlah, aku yakin kau juga lapar"


"Aku tak mengerti bagaimana bisa kau bertahan hanya dengan makanan seperti itu" gerutu Jennie, meskipun dia menerima pisang itu.


"Ini praktis dan mengenyangkan" tukas Jisoo "karena kau akan mengajariku memasak, aku akan memasak ramyeon andalanku nanti" dia menambahkan.


"Aku tidak yakin makanan penuh MSG akan menarik lidahku"


"Oh, kau harus rasakan dulu sebelum menilai, Mrs Kim" kekeh Jisoo


"Ms.Kim" koreksi Jennie "Aku belum menikah" dia menggeleng.


"Ohh..." Jisoo jelas tidak menyangka hal itu.


Dia mengira selama ini pasangan Jennie hanya tidak berpapasan dengannya atau bekerja di luar kota, dia tidak menyangka tetangganya benar-benar seorang single parent. Jennie melihat Jisoo terdiam dan menganggapnya sebagai respon yang negatif sebelum gadis itu tersenyum lembut padanya.


"Kau wanita yang luar biasa kalau begitu" puji Jisoo "Aku bahkan tidak bisa mengurus diriku sendiri, tapi kau bisa mengurus dirimu dan seorang putri" dia mengacungkan jempolnya.


"T-Trims" Jennie jelas tidak menyangka tanggapan seperti itu, namun merasa lega karena Jisoo tidak menghakimi dirinya.


Jisoo masih tersenyum padanya dan itu membuat Jennie merasa sedikit canggung, dia tidak pernah berduaan selama ini dengan siapapun. Semenjak Ella lahir, dia menfokuskan hidupnya untuk membesarkan gadis itu hingga hampir tidak punya waktu untuk bersosialisasi. Kehidupannya hanya berputar antara rumah dan perusahaan, dia belum ada keinginan menjalin hubungan terutama percintaan karena hubungan terakhirnya masih cukup membuatnya enggan untuk memulai lagi.


"Apa pekerjaan kakakmu?" Jennie berusaha mencari topik pembicaraan.


"Oh, dia bekerja sebagai model majalah fashion" kata Jisoo, ringan "Dia sangat cantik, begitu juga dengan pasangan dan putrinya"


"Dia sudah berkeluarga?"


"Ya, aku rasa bisa jadi putrimu dan keponakanku berteman" kekeh Jisoo


Jennie melihat penampilan Jisoo, gadis itu hanya mengenakan sweater dan celana jeans sederhana, dai juga tidak mengenakan make up, namun bukan berarti itu mengurangi kecantikan gadis di hadapannya itu.


"Aku bukan model, jika kau penasaran" kekeh Jisoo, melihat Jennie mengawasinya.


"Well" Jennie berdeham "Bukan karena aku penasaran, tapi karena kau sudah tahu pekerjaanku, kurasa akan adil jika aku tahu apa pekerjaanmu"


"Tentu, Jennie" Jisoo memutar bola mata "Aku White Hat Hacker"


Mata Jennie membulat, dia tidak tahu pekerjaan apa itu tapi terdengar berbahaya dan illegal. Dia meringsut mundur sedikit, membuat bahunya menyentuh dinding lift sementara Jisoo memandangannya dengan bingung.


"A-Apa itu nama grup mafia? Apa aku dalam masalah?" Jennie mulai cemas "Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung soal musik itu, a-aku juga tidak bermaksud mengomelimu dan –"


"Jennie" potong Jisoo sambil tertawa "Aku bukan mafia, itu adalah sebutan untuk peretas keamanan computer" dia menjelaskan.


Jennie terdiam, seolah mengisyaratkan Jisoo untuk lanjut berbicara.


"Pekerjaanku ini membuat aku harus mencoba meretas sistem keamanan suatu perusahaan, mencoba mencari celah yang bocor dan memperbaiki sistem itu agar bisa lebih kuat dari hacker jahat" jelas Jisoo "Aku mendapat ijin dari perusahaan itu sebelum membobol sistem mereka, jadi tentu saja ini semua legal"


Jennie mengerutkan keningnya, dengan semua kelakuan konyol Jisoo yang dia saksikan, dia tidak menyangka bahwa gadis itu punya pekerjaan yang memerlukan otak secerdas itu. Mungkin Jisoo seorang jenius? Ini mengejutkannya!


"Baiklah..." Jennie bergumam "tapi jika kau berani meretas akunku, aku akan menuntutmu!"


"Tentu saja, Pengacara Kim" Jisoo berkedip.


Yup.


Dia gagal berkedip lagi. 

Comment