Bab 23

Sudah malam. Ini waktu nya Sebin mengakhiri shift nya dan lekas kembali kerumah.

Namun beberapa menit yang lalu Jaehan menelepon, dia memberi tau akan datang sedikit terlambat karna perut nya merasa sedikit sakit. Tapi tidak akan lama.

Sekarang Jaehan dalam perjalanan menuju toserba. Dengan sabar Sebin menunggu sambil membereskan semua barang-barang yang belum tertata di rak-rak penyimpanan barang.

Dia terbiasa bekerja sendiri tanpa teman, suasana hening dan sepi seperti tidak pernah mengganggu. Iya tapi sebelum hari ini.

Ada perasaan aneh mengusik, tidak seperti biasanya. Meski sepi pengunjung pada malam hari, jalan sekitar toserba selalu di lewati oleh beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

Namun kali ini suara-suara knalpot dari kendaraan itu benar-benar tidak terdengar. Merasa ada yang aneh, Sebin berniat menengok ke pintu toserba, apa hanya perasaanya saja atau hari ini adalah hari tersepi yang dia jalani.

Baru juga melangkah beberpa langkah, Sebin tiba-tiba terjatuh. Seperti ada yang menjegal langkahnya. Namun saat dia mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat apa yang membuatnya tersandung. Nihil....

"Apa itu tadi ??" Gumam nya

Berusaha tak memperdulikan, Sebin berniat bangun. Belum juga bangun, tiba-tiba Sebin terkejut ketika ada yang menarik kaki nya dan membawanya ke arah gudang

Mata Sebin terbelalak, pupilnya melebar. Kini, ketakutan itu pun nyata ada nya. Air mata menggenang ketika bisa dia pastikan tidak dapat melihat siapa yang menarik kaki nya.

"Yaaa...isshhh...Hyukkkkk...aaahhh..." Teriak Sebin dia antara rasa takut bercampur panik.

Tangan nya mencoba meraih apa saja sebagai pegangan, siapa tau dia bisa tersangkut dan berhenti.

Tapi apa, semua itu percuma. Tarikan gaib entah dari mana itu terus menarik nya hingga kedalam gudang. Tangan nya yang sudah lecet dan berdarah-darah mencoba berpegangan pada list pintu gudang yang masih terbuka.

"Hyuk-aaahhhhh...." Mencoba kembali berteriak. Barang kali Hyuk bisa mendengar jeritan nya, tangan nya sudah hampir habis tenaga.

Tarikan itu semakin kuat, dan akhirnya berhasil membawanya ke dalam gudang.

Braaaakkkk pintu gudang tertutup, terkunci dengan sendiri nya. Sebin bangkit ketika menyadari entah apa yang menarik kaki nya berhenti juga.

Berlari terseok menuju pintu gudang, Sebin berusaha menggedor. Berharap Jaehan datang dengan Yechan, dan membatunya.

Braakkk....braaaakkk...

"Tolong...siapa saja tolong aku !!!"

Suara Sebin terdengar menggema, bersahutan dengan suara keras gedoran pintu yang tak berhenti dia lakukan.

"Tolooooong...." Teriakan itu terdengar seperti setengah tangisan. Kemana Jaehan ? Kenapa dia lama sekali. Kemana Hyuk, apa dia tidak mendengar ku ???

Batin Sebin yang di penuhi ketakutan terus meracau dalam kepanikan.

"Aaahhh berisik...."

Di tengah teriakan nya, Sebin mendengar suara yang sepertinya dia kenal. Hanya Suara tanpa wujud nyata apapun, kepala Sebin sibuk menengok kemana-mana. Kanan, kiri, atas bawah, kemanapun agar dia bisa melihat siapa yang bicara.

Tapi lagi-lagi nihil. Hanya ruang hampa yang bahkan terasa pengap di musim dingin karna begitu banyak barang tertumpuk disana.

Rasa nya penderitaan Sebin belum berakhir di sana. Tiba-tiba tubuhnya terangkat, terasa seperti tercekik di leher. Tubuh Sebin terus meronta, tak bisa berteriak lagi. Air mata Sebin turun juga, seperti nya nafasnya bukan cuma tercekat. Tapi juga hampir habis, tak lama setelah itu tubuh nya terlempar ke arah tumpukan barang.

Braaaakkkk....

Seketika...semua berantakan. Jatuh berceceran ke kantai. Bukan cuma barang-barang yang ada di sana tapi juga tubuh Sebin rasanya seperti remuk berantakan.

"Kau harus menebusnya makhluk lemah tak berguna...."

Kembali lagi terdengar suara menyeramkan yang seperti tak asing.

Buuuuukkkk

Terasa seperti hantaman di perutnya, Sebin tak bisa lagi manahan sakit nya kali ini. Pengelihatan nya mulai samar, rasanya kesadarannya hampir hilang.

Sebuah kotak besar berisi penuh dengan makanan kaleng yang lumayan berat terangkat keatas. Melayang mendekati kepalanya.

"Apalagi ini, apa aku akan mati ..." Gumam Sebin.

Nyaris...namun akhirnya suara langkah kaki terdengar dari luar. lonceng pintu yang menandakan ada nya pelanggan atau orang yang masuk ke toserba, berbunyi.

Tak lama suara memanggil Sebin terdengar.

"Sebin-ah...na wasseo..."

Jaehan...bak seperti dalam dongeng. Penyelamat datang di detik terakhir, memberikan harapan untuk Sebin bergerak memberi signal bahwa dia ada di dalam gudang.

Namun rasanya tak perlu bersusah payah. Jaehan datang bersama seseorang yang mungkin paling di takuti oleh makhluk-makhluk yang masih sebangsa dengan Hyuk. Yang juga mampu mengusir sosok kasat mata yang sedari tadi menyiksa Sebin.

Kotak berisi penuh barang-barang itu jatuh ke lantai. Menarik perhatian Jaehan dan Yechan, yang langsung berlari karna merasa ada yang tidak beres dengan toserba malam itu.

Terdengar dorongan kuat, mungkin itu Yechan yang sedang mendobrak pintu bersama Jaehan.

Pintu gudang terbuka juga. Jaehan dan Yechan langsung lari menghambur mendekati sebin yang sudah nyaris pingsan dan tidak berdaya. Tidak ada luka kecuali di kedua telapak tangannya, luka lecet yang di sebabkan usahanya menghentikan serangan itu.

Tapi mungkin ada beberapa luka lebam di sekujur tubuh yang tertinggal akibat lemparan yang tidak pelan tadi.

Jaehan mengangkat kepala Sebin dan membaringkan di pangkuan nya.

"Sebin-ah ada apa ?" Tanya Jaehan panik.

"Na mwo la. Tiba-tiba ada yang menyerangku ,Jaehan." Jawab Sebin lemah, dengan tenaga tersisa.

"Menyerang ? Siapa ?" Tanya Yechan, kepalanya langsung menoleh ke kanan-dan kekiri. Melihat siapa tau sosok itu masih ada di sana.

"Aku juga tidak tau, Yechan. Dia tidak terlihat." Jawab Sebin.

Yechan dan Jaehan beradu pandang, mereka merasa ada yang aneh. Beberapa spekulasi memenuhi otak mereka, namun tidak ada yang di keluarkan. Mereka menyimpannya untuk sementara waktu, dan memilih membawa Sebin pulang.

"Yechan, bawalah Sebin kerumahnya. Mungkin Hyuk akan khawatir, ini sudah sangat terlambat !" Seru Jaehan.

"Kamu bagaimana ?" Tanya Yechan ragu. Untuk melakukan permintaan kekasihnya, Yechan harus meninggalkan nya sendiri. Bagaimana jika Jaehan juga di serang.

Tangan Jaehan lembut menggenggam tangan Yechan. Mengisyaratkan semua akan baik-baik saja untuk nya.

"Aku akan baik-baik saja. Aku ada ini." Jaehan menunjuk kalung serpihan Supernova milik Yechan.

Benar, selama Jaehan memakai itu tidak ada makhluk sejenis evil bisa menyakitinya. Mendekatinya saja tidak.

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan segera kembali, hubungi aku jika ada apa-apa. Handphone ku sudah tidak silent lagi."ucap Yechan sambil mengangkat tubuh Sebin. Tanpa kesulitan apapun, Jaehan tersenyum mendengar kalimat nya. Menginginkan tentang betapa kesalnya Jaehan karna Yechan tidak mengangkat panggilan telepon nya akibat dari mode silent handphone nya.
.
.
.
                                 * * *
"Entah siapa yang menyerangnya. Aku dan Jaehan menemukannya sudah nyaris pingsan dan luka-luka di gudang. Pintu gudang juga terkunci." Ujar Yechan saat mengantar Sebin kerumahnya

Wajah Hyuk langsung memucat dan panik melihat Sebin terkulai lemas dalam gendongan Yechan.

Dengan Sigap Hyuk langsung mengambil Sebin dan membaringkan nya di sofa di ruang tamu.

"Siapa yang bisa melakukannya ?" Tanya Hyuk bingung, suaranya bergetar seperti menahan tangis. Baru untuk nya lagi, bisa merasakan ke khawatiran dan takut kehilang.

Mata nya menatap Yechan dalam, seakan menggantungkan segala harap padanya. Terbiasa untuk itu, menjadikan Yechan sebagai pegangan. Namun Hyuk menyadari, kini dia harus bisa menjadi pegangan untuk Sebin.

"Aku tidak tau, siapa pun bisa melakukan nya. Jaga lah dia, hubungi aku atau Jaehan jika terjadi apa-apa."

"Bagaimana aku menghubungi mu ? Apa aku harus memanggil mu dalam hati ?"

Pertanyaan Hyuk membuat Yechan tertawa sejenak. Lalu menepuk punggung telapak tangan Hyuk lembut.

"Gunakan Handphone, punya Sebin. Belajarlah ! Di kehidupan sekarang kamu memerlukan nya. Arrajjie ?"

Hyuk mengangguk patuh, meski belum begitu paham. Di tengok nya lagi Sebin yang masih tak sadarkan diri.

"Baik lah Hyuk, aku harus kembali. Rasanya aku tidak akan meninggalkan Jaehan di toserba malam ini, aku akan menemani nya."

Akhirnya Yechan pamit meninggalkan Hyuk dan Sebin meski berat. Namun Yechan juga tidak bisa meninggalkan Jaehan sendirian, melihat apa yang terjadi pada Sebin.
.
.
.
Dengan telaten dan perlahan Hyuk membersihkan luka-luka di telapak tanga Sebin. Memberinya obat dan membalutnya.

Beruntung hanya luka lecet, tidak ada luka parah yang membuatnya butuh penanganan medis.

Hyuk melihat mata Sebin mengerjap, kesadaran nya kembali. Seutas senyum terlihat di wajah Sebin, senang rasanya orang yang pertama di lihat nya adalah Hyuk.

"Sudah baikkan ?"

Sebuah usapan di wajah Sebin terasa lembut, memastikan apa Sebin sudah merasa lebih baik.

"Sudah Hyuk-ah."

Segera hyuk memeluk Erat Sebin, ingin rasanya menumpahkan air mata di pelukkan kekasih manusianya itu. Namun belum juga menangis, Hyuk mendapati Sebin mengaduh ketika tangan nya menyentuh tubuh Sebin.

"Aaa...aw...seluruh tubuh ku sakit. Sepertinya bekas terlempar dan membentur beberapa barang."

Dengan bergegas dan tak sabaran, Hyuk membuka satu persatu baju yang membalut tubuh Sebin.

Betapa tidak percaya nya Hyuk dengan apa yang dia lihat, ketika beberapa lebam menghiasi tubuh Sebin. Bukan beberapa, tapi hampir di seluruh tubuh nya.

"Aku tidak apa-apa Hyuk."

Hyuk langsung memeluk Sebin lagi. Namun kali ini lebih lembut, takut menyakiti nya. Hyuk memeluknya dengan hati-hati.

"Maaf kan aku, aku tidak bisa melindungi mu."

Hati Hyuk kini di penuhi rasa bersalah, rasa hancur yang memedihkan. Bagaimana dia bisa meninggalkan Sebin terlalu lama di sana.

"Tidak apa-apa. Bukan salah mu, nanti kita beli handphone untuk mu. Jadi jika aku butuh sesuatu, aku bisa menelepon mu."

Hyuk mengangguk, memberikan satu kecupan di kening Sebin.

"Sekarang kamu mandi air hangat dulu, Sebin-ah. Nanti akan aku obati luka-luka mu."

Sebin memberikan sebuah anggukan kecil seraya berdiri dan pergi kekamarnya.

"Anak Buah Raja Iblis" gumam Hyuk geram.


Comment