Chapter 14 : Surat Libertas


Dear diary,


Tingkah laku Wisdom akhir-akhir ini semakin aneh. Tak mengerti, apa yang terjadi~ Kau tak lagi sama . . . Engkau bukan engkau~


Yang selalu . . . Mencari dan menelfonku !!!!


Dering darimu . . . Tak ada lagi !!!!


Maaf, tiba-tiba jadi nulis lirik lagu, soalnya aku sedang menulis diary ini sambil bernostalgia dan mendengarkan lagu yang berjudul 'Dengan Caraku'


Pokoknya, diary-ku tercinta, Wisdom berubah banget ! Dia bahkan gak membalas sapanku saat aku menyapanya. Kira-kira apa yang terjadi ? Apakah Wisdom diculik oleh alien  kemudian otaknya dicuci ? Tidak !


Tapi, hari ini dia menelfonku, setelah mengacanginku habis-habisan hari sebelumnya.


Dan tentu saja, aku mengangkat telfonnya.


"Hai, Libertas. Kita boleh ketemuan gak ?" tanya Wisdom.


"Tentu saja, sayang" jawabku tanpa basa-basi.


"Oke, kita akan ketemuan di taman 'LoveisAll'. Ngomong-ngomong, aku udah sampai." kata Wisdom sebelum menutup telfonnya.


Kya !!!!! Wisdom mengajakku ketemuan !! Aku segera mencari pakaian terbaikku dan memakainya, kemudian aku berkaca di depan cermin.


"Bagus, Libertas ! Kamu terlihat tampan !" kataku kepada bayanganku di depan cermin sebelum berlari keluar rumah menuju tempat di mana calon istri idamanku berada.


Aku berlari sekuat tenaga sampai aku melihat wajah cantik Wisdom.


Taman 'LoveisAll' adalah taman di seberang rumahku. Konon katanya, pasangan manapun yang menghabiskan waktu selama 6 detik di sana, akan diabadikan cintanya. Wisdom memang pandai memilih tempat ketemuan.


"Wisdom sayang !!!" aku langsung memeluk Wisdom dengan erat, "Aku rindu banget sama kamu !"


Wisdom tersenyum, senyuman manis yang selalu bisa membuat hatiku dag-dig-dug, "Maaf, Libertas. Ada hal penting yang harus aku katakan"


"Hal penting apa ?" tanyaku


"Hidupku . . . tidak akan lama lagi" katanya sambil berusaha tersenyum, setetes air mata membasahi pipinya.


Aku membelalakkan mataku, "Apa maksudmu, Wisdom ?! Jangan bercanda ! Ini sama sekali gak lucu !"


"Aku gak bercanda. Dia akan membunuhku, tapi aku gak takut, karena walapun aku mati, aku akan tetap berada di hatimu" kata Wisdom.


Tanpa kusadari, air mata membasahi pipiku. Aku mendekap Wisdom ke dalam pelukanku, "Tenang saja. Kamu tidak akan mati. Aku akan melindungimu. Aku tidak akan membiarkan seseorang menyakitimu"


Wisdom tersenyum, "Terima kasih, Libertas. Aku mencintaimu"


"Aku juga mencintaimu" kataku.


"Ngomong-ngomong, Libertas, aku punya sebuah riddle untukmu." kata Wisdom.


"Riddle apa ?" tanyaku


"Kamu akan mengincar sang pencuri, hanya untuk menemukan bahwa pencuri itu bukanlah hitam.


Di dalam kegelapan, muncullah monster.


Di dalam terang, muncullah bidadari.


Hitam dapat dikalahkan dengan bantuan putih


Tetapi, hati-hati.


Putih tampak seperti hitam, hitam tampak seperti putih.


Yang harus kau lakukan adalah menemukan putih.


Di a akan menuntunmu ke petunjuk berikutnya" kata Wisdom.


"Riddle itu terlalu sulit. Aku tidak bisa memecahkannya" kataku.


"Oh iya, ada riddle lain-"


Aku meletakkan jari telunjukku di bibir Wisdom, menghentikannya untuk bicara lebih jauh lagi, "Sshh. Jangan bicara lagi. Aku tahu kamu memang suka riddle. Tapi riddle yang kau berikan semuanya sulit, membuatku merasa bodoh"


"Kamu memang bodoh, kok" kata Wisdom sambil menahan tawa.


Aku tersenyum licik kemudian aku menggelitik Wisdom, membuatnya terjatuh ke lantai dan tertawa terbahak-bahak, "Ahahahahaha ! Geli ! Sudah dong, Libertas ! Aku kan cuma bercanda !"


Senang hatiku, melihat Wisdom tertawa. Sudah lama aku tidak mendengar tawa itu. Aku harap aku bisa sering mendengarnya.


Love,
Imprudence, Sang Ketidakbijaksanaan

Comment