13. UNDANGAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat membaca chapter tiga belas. Jangan lupa vote dan komen, enjoy 💗

-

-

-

Fara memasuki gedung sekolahnya dengan perasaan takut, ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelas. Seseorang yang kemarin sempat mengikutinya saat perjalanan pulang dari rumah Adam, melewati perumahan yang sepi, kembali mengikuti. Pria berbaju hitam yang sempat menampakkan dirinya walau hanya beberapa menit.

Bukan hanya Fara yang menyadari, kakak laki-lakinya Fatih 'pun ikut menyadari. Setelah keluar dari jalan sederhana yang di sisi kanan dan kirinya di tumbuhi sawah. Mobil dengan rupa yang sama, dan plat nomor yang masih Fara ingat. Mengikutinya sepanjang perjalanan.

Janggalnya lagi, saat Fara tiba di sekolah. Mobil yang Fara dan Fatih waspadai ikut berhenti, tepat di depan sekolah SMAN BAKTI, mengisi tempat parkir kosong di area butik baju.

Jika bukan Fara yang sedang dijadikan incaran untuk dibuntuti, lalu siapa lagi?

Dengan nafas terengah-engah, Fara menarik kasar kursi dan menghempaskan tubuhnya. Keringat banyak berdiam di keningnya, antara khawatir, takut dan capek karena menaiki tangga.

"Kamu kenapa, Far? Ada razia OSIS di depan?" tanya Dara yang kebetulan sedang berkutat dengan alat tulis.

"Nggak, nggak ada."

"Kok kamu kayak yang capek gitu? Nih, lap dulu keringetnya. Masih pagi loh," ucap Dara. Dengan rasa empatinya ia menyodorkan tisu pada Fara.

"Makasih."

Dara mengangguk, gadis itu kembali melanjutkan kegiatan berkutat dengan alat tulisnya. Entah apa yang dikerjakan, jika ada tugas, saat ini Fara benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa.

Pikirannya berkelana memikirkan banyak kemungkinan, siapakah pria berbaju serba hitam yang mengikutinya selama beberapa hari ke belakang ini. Bahkan seakan secara terang-terangan, pria itu sengaja memperlihatkan dirinya.

Seakan memberitahu bahwa, ia sedang mengikuti Fara. Apakah ia memberi kode untuk waspada pada hal yang akan terjadi? Entahlah, Fara benar-benar bingung, secara tiba-tiba saja sosok itu muncul.

"Akhir-akhir ini kamu kayak banyak pikiran, yakin nggak mau cerita, Far?" Dara bersuara.

"Boleh?"

"Ya iya dong, aku teman sebangku kamu. Mana mungkin aku nolak kamu pas kamu lagi pengen cerita, ayo cerita aja. Aku siap mendengarkan," jelas Dara meyakinkan Fara.

"Aku ngerasa kayak ada orang yang selalu ngikutin aku. Tapi bukan merasa sih sebenarnya, malahan si pelakunya itu ngikutin aku kayak secara terang-terangan, kayak pengen ngasih tau aku sesuatu lewat kode."

"Ah, mungkin cuman kebetulan aja, Far. Kalo ngikutin kamu, pasti bakal secara diam-diam, ngapain terang-terangan. Ngajak ngobrol, tinggal panggil aja nama kamu," sahut Dara menanggapi.

Ucapan Dara ada benarnya, tak mungkin jika seorang penguntit mengikuti secara terang-terangan. Seperti pada film-film yang Fara tonton, pasti setiap penguntit akan mengikuti targetnya secara diam-diam.

"Udahlah, Far. Jangan dipikirin, nanti aku bantu kamu cari tau orang aneh yang dimaksud itu, ya?"

"Gimana aku nggak kepikiran, Dar. Setiap hari aku diikutin, bahkan kemarin aja pas pulang dari rumah Adam, dia ngikutin aku, mana waktu itu perumahannya sepi lagi. Untung abang aku cepat jemputnya," keluh Fara.

Dara terlihat menghela nafas. "Pikirannya nanti, sekarang tugas bahasa Inggris kamu udah selesai belom?"

"Belom."

"Nah makanya kerjain dulu, mikirin itu bisa nanti pas istirahat. Nih, liat punya aku. Kerjain sekarang." Dara menyodorkan buku catatannya yang sudah terbuka, menampilkan puluhan kosakata bahasa Inggris.

Fara menghembuskan nafasnya, kemudian ia menarik buku bahasa Inggris milik Dara, hendak memfotonya agar tak terlihat seperti orang yang menyontek. Ia hanya diberi contekan secara cuma-cuma.

°°°


Saat istirahat tiba, semua murid berbondong-bondong menuju kantin, mengisi perutnya yang sudah berbunyi, dan kembali mengisi amunisi untuk beberapa jam ke depan hingga sore.

Lain seperti kebanyakan siswa-siswi kebanyakan, Fara membawa lunch bag miliknya yang berisi bekal makan siang ke kantin. Menemani Dara yang katanya ingin membeli mie ayam, dan menyantapnya di sana.

"Kamu mau pesan minum nggak, Far?"

"Boleh, jus jeruk aja satu," sahut Fara.

Setelahnya, Dara beranjak menuju salah satu stand yang menjual mie ayam. Gadis itu berteriak lumayan keras saat antriannya di serobot siswi lain.

Menghilangkan rasa bosannya sembari menunggu Dara, Fara mengeluarkan bekalnya. Ia mengamati sekeliling yang dipenuhi lalu lalang.

"Semua yang ada di kantin, hari minggu nanti jangan lupa datang ke rumah gue! Party gede-gedean buat rayain ulang tahun gue!"

"Dandan yang cakep bro!"

"Kagak perlu bawa kado, dateng aja party!"

Teriakan yang sukses membuat satu kantin semakin heboh, ratusan lembar kartu undangan di lempar begitu saja tanpa rasa sopan. Membuat beberapa siswa-siswi harus memungut beberapa yang terjatuh di lantai.

"Far, jangan lupa datang, ya?"

"Buat aku?"

"Iya, buat lo. Jangan lupa datang, ya. Nggak bawa kado juga nggakpapa, lo dateng gue seneng," jawab Theo. Teman satu SD Fara.

"InsyaAllah." Fara menerima kartu undangan dari Theo.

Setelah memberikan kartu undangan acara party, untuk merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Theo menghampiri beberapa temannya yang sudah duduk di meja kantin paling sudut.

Banyak yang bilang meja itu sudah di klaim oleh para berandalan, sehingga tak boleh ada satupun orang yang duduk di sama kecuali mereka.

Dreescode : Hitam

"Kayaknya aku punya gamis hitam, tapi nggak tau. Kira-kira kalo aku keluar dari tema dresscode, apa boleh?" gumam Fara pada dirinya sendiri. "Semoga aja ada, atau pinjem dulu punya Umi."

Kartu undangan yang menampakkan bahwa diharuskan memakai pakaian berwarna hitam, bagaimana jika selain warna hitam?

"Makanan datang!"

"Eh, Dar. Kamu dapet undangan juga, nggak?" tanya Fara langsung pada Dara yang baru saja duduk.

"Hah? Undangan apa?"

"Acara ulang tahun Theo."

"Ah, nggak. Emangnya kamu dapet?" tanya Dara.

Gadis di depannya itu mulai menyantap mie ayamnya yang sudah dituangi sambal. Tangannya mengambil undangan acara ulang tahun Theo dari Fara.

"Kok aku nggak diundang, ya?"

"Tadi kamu nggak denger?"

"Denger apa lagi?"

"Semua yang ada di kantin, diundang ke acara ulang tahun Theo hari Minggu nanti," jawab Fara.

"Wow, semuanya?"

Fara mengangguk.

"Termasuk aku juga berarti, kan?"

Lagi, Fara mengangguk.

"Iya deh, nanti aku datang. Kamu dibolehin sama orang tua nggak?" tanya Dara, sedangkan yang diberi pertanyaan hanya mengedikkan bahu.

"Nggak tau, tapi semoga aja boleh. Nggak enak acara ulang tahun temen SD, tapi kamu jemput aku aja, Dar. Biar dibolehin," ucap Fara tertawa kecil.

"Iya, deh. Aku nggak akan dipelototin Kakak kamu, kan?"

Fara tertawa kecil, "nggak mungkin abang kayak gitu, dia kenal kamu udah lama. Pasti percaya 'lah."

"Oke."

"Jam berapa di sana?"

"Jam tujuh malam, sebenarnya aku kurang yakin sih kalo bakal dibolehin," jawab Fara tersenyum kikuk.

-

-

-

See you again 💗

Comment