17. Sisi Chris

Song : Stray Kids (Han, Seungmin, I.N) - Gone Away




































"Maaf, saya terlambat."


Hyunjin mendongak, menatap Chris yang separuh basah terkena hujan. Hyunjin mengangguk singkat, kemudian mempersilakan Chris duduk tanpa repot-repot berdiri demi sopan santun.


Kali ini, ia menemui Chris bukan sebagai mahasiswa bimbingannya.


Hyunjin berdeham. "Sebelumnya, saya minta maaf kalau bapak merasa ini kurang sopan. Tapi, saya akan berbicara sebagai kakak dari Yeji. Jadi, saya harap Pak Chris bersikap profesional."


Chris mengangguk.


"Yeji itu udah lama jadi perempuan satu-satunya di rumah. Saya dan almarhum ayah saya jadi protektif banget sama dia, jatuhnya posesif. Selama ini, kami selalu ngelarang dia untuk dekat-dekat sama cowok. Dan dia selalu patuh. Waktu ayah gak ada, tugas jagain Yeji sepenuhnya jadi milik saya."


"Tapi, semua berubah waktu Yeji kenal Pak Chris. Yeji akhirnya ngerasain jatuh cinta. Dia benar-benar tergila-gila sampai gak mau dengerin lagi kata-kata saya. Bukan salah Pak Chris. Mungkin ini efek samping dari mengekang dia berlebihan dari kecil."


"Yeji orang yang optimis cenderung lugu. Saya udah larang dia dekatin Pak Chris, saya kasih gambaran yang terburuk dari yang terburuk. Teman-temannya juga udah nasehatin sampai berbusa. Bukan maksud saya jelek-jelekin Pak Chris. Tapi, usia kalian berdua terpaut jauh. Pasti banyak perbedaan pandangan, perbedaan tujuan. Saya gak mau Yeji yang baru ngerasain jatuh cinta, jadi patah hati karenanya. Tapi, Yeji keras kepala. Dia kepalang jatuh cinta. Dia gak ketolong lagi."


"Saya gak pernah setuju dengan usaha Yeji dekatin bapak selama ini. Tapi, sejak saya lihat bapak mau repot-repot anter Yeji pulang tengah malam, saya sempat luluh. Mungkin kalian gak seburuk itu. Mungkin pandangan Yeji kali ini benar. Ditambah, Yeji jadi semakin sering senyum. Pak Chris juga mulai rutin antar jemput Yeji bareng anak-anak. Jadi saya biarkan aja. Mungkin memang perasaan Yeji bersambut."


"Jadi, waktu malam itu saya dapatin Yeji nangis terus di kamar. Rasanya saya sangat marah. Terakhir kali saya lihat Yeji nangis itu di pemakaman ayah. Adik saya jarang nangis walaupun orangnya suka galau tanpa sebab. Yeji gak cerita, tapi saya tau tangisan dia karena patah hati."


Meski rautnya tenang, dalam hati Chris mengumpati dirinya sendiri. Ia merasa amat brengsek sekarang.


"Yeji adik kembar saya yang berharga. Saya datang ke dunia ini bareng dia. Saya yang jagain dia dari kecil. Jadi sekarang saya benar-benar marah, karena dia nangis di luar pengawasan saya. Saya marah sama diri saya sendiri," Hyunjin menatap tajam Chris. "Dan saya marah pada bapak."


"Maaf," Lirih Chris.


"Perasaan gak bisa dipaksain. Jadi saya gak menyalahkan bapak kalau gak tertarik sama adik saya. Tapi, tolong bersikap yang tegas. Kalau dari awal gak suka, seharusnya jangan kasih harapan lebih buat Yeji."


Chris mengangguk pelan. Sekali lagi mengucapkan maaf.


Hyunjin beranjak berdiri. "Terimakasih sudah mau datang. Hasil revisian kemarin akan saya kumpulin besok."


Chris ikut berdiri, mengangguk. Setelah Hyunjin pergi, Chris tetap berdiam disana selama satu jam setelahnya. Dengan rasa bersalah pada Yeji menari-nari di hatinya.


Tapi, ia meyakini hatinya berulang kali. Semua ini benar. Semua ini demi Yeji.


Kisah cinta yang bahagia selamanya, mungkin memang bukan untuknya.










































Hari ini berjalan cukup buruk. Namun, hati Chris langsung menghangat saat pulang dan melihat kedua anaknya tengah makan malam bersama di meja makan.


Semua masakan itu buatan Chaewon. Chaewon memang sudah senang bermain masak-masakan sedari kecil. Dan saat beranjak remaja, ia serius menekuni hobinya itu, dengan Felix serta Chris yang berperan sebagai juri penilai. Chaewon belajar memasak dari siapa saja dan dari mana saja. Dari acara televisi, Youtube, Mina, serta asisten rumah tangga. Hobi masaknya semakin tersalurkan sejak Yeji yang punya hobi serupa datang ke rumah ini.


Chris spontan menggelengkan kepala begitu nama itu terlintas. Cukup.


Enggan mengganggu canda tawa kedua anaknya, Chris berusaha untuk berjalan tanpa suara menuju kamarnya.


"Udah semingguan ini Bu Yeji di antar jemput Om Seungmin terus, loh!"


Rencana Chris untuk tidak terlihat gagal sudah. Itu tadi Chaewon, mengeraskan suaranya dengan sengaja agar didengar papinya.


"Om Seungmin gentleman banget! Sabar nungguin, senyum terus, ngeliatin Bu Yeji seolah Bu Yeji orang paling cantik di dunia." Chaewon mendesah berlebihan. "Couple goals banget!"


Chris mencoba untuk menulikan pendengarannya.


"Eh, tapi mereka pacaran gak sih?" Suara Chaewon makin keras. Jika memang ia sedang berbicara dengan Felix, harusnya suaranya tidak sekeras itu. "Siapapun yang ngeliat mereka lagi berduaan, pasti bakal ngira mereka pengantin baru, sih, saking mesranya."


Chris terdiam. Chaewon benar. Ia baru saja tidak sengaja bertemu mereka satu jam yang lalu, dengan lengan dan jaket Seungmin yang melingkupi tubuh Yeji protektif. Dan hati Chris panas melihatnya, meskipun ia enggan mengakui.


"Oh ya! Udah gitu rumornya, mereka sebentar lagi ni..."


"Chaewon sampai kapan mau marah sama papi?" potong Chris lelah. Ia tidak tahan lagi dan akhirnya memutuskan meladeni konfrontasi anak gadisnya.


Sejak Chris 'memecat' Yeji, perang dingin berkobar di dalam kediaman Bagaskara. Chaewon dan Felix tidak terima Yeji diberhentikan begitu saja, tapi keputusan papi mereka sudah tidak bisa diganggu gugat. Mereka menuntut kejelasan baik dari Chris maupun Yeji, namun nihil. Chris hanya tersenyum dan berkata tidak ada apa-apa, sementara Yeji menghindari mereka seperti wabah.


Mereka amat bingung. Tapi, meskipun tidak tahu apa persisnya yang terjadi, mereka tahu semua itu adalah ulah sang papi. Dan Chaewon menjadi marah karenanya.


Namun tentu saja, semarah apapun, Chaewon tidak akan bisa berteriak pada Chris. Ia tidak akan pernah tega. Sebagai gantinya, Chaewon mendiami Chris sampai Chris mau mengembalikan Yeji kembali ke rumah. Sementara Felix, ia lebih minim berekspresi. Tapi Chris tahu, Felix akan berdiri di sisi manapun saudarinya ada.


Chris duduk di samping Chaewon sambil tersenyum lelah. "Chaewon, udah, ya? Jangan marah terus ke papi..."


Chaewon kasihan, tapi masih kesal. "Siapa yang marah sama papi, sih? Orang aku lagi ngobrol sama Felix. Ya, kan, Lix?"


Felix hanya diam.


"Terus kenapa kamu panas-panasin papi kayak gitu?" Tanya Chris.


"Panas? Papi panas denger omongan aku?" Chaewon merasa menang. "Kalau gitu kejar dong, Bu Yejinya!"


Chris gelagapan. Ia salah bicara. "Chaewon, bukan itu..."


"Terus kenapa? Aku gak ngerti masalahnya dimana. Papi suka, kan, sama Bu Yeji? Kenapa menghindar?" Chaewon tanpa sadar meninggikan suaranya, saking gemasnya ia pada Chris yang selalu berputar-putar. Sungguh, apakah percintaan orang dewasa serumit ini?


Chris yang tersentak saat Chaewon tak sengaja meninggikan suara membuat gadis itu merasa bersalah. Akhirnya, Chaewon berbalik dan berderap naik menuju kamarnya, meninggalkan dua pria kesayangannya di meja makan.


Chris, di sisi lain, menatap piring Chaewon yang isinya belum habis, lalu ikut merasa bersalah. Acara makan anaknya jadi terganggu dan itu karenanya.


Felix menatap bergantian antara pintu kamar kakaknya yang terbanting dan papinya yang tertunduk lesu. Ia menghela, kemudian pergi ke dapur dan kembali lagi dengan piring penuh nasi dan lauk-pauk. "Tadi Chaewon siapin ini buat papi. Papi gak pulang seharian, Chaewon jadi rewel banget takut papi diambil tante girang di jalan."


Chris menatap masakan Chaewon yang baru ia sadari adalah makanan kesukaannya. Perutnya pun berbunyi. Chris tidak sadar kalau ia belum makan seharian ini.


Felix meletakkan satu tangannya di pundak Chris. "Maafin Chaewon ya Pi, Chaewon pasti gak maksud buat bentak papi."


Chris menepuk pelan tangan anaknya. Bukan salah Chaewon. "Temenin Chaewon, sana. Kasian dia pasti kaget."


Felix mengangguk. Sebelum kakinya memijak anak tangga, ia menoleh sebentar. "Sayang papi."


Sejak kecil, ia dan Chaewon terbiasa mengatakannya kapanpun Chris terlihat tidak bersemangat atau ketika mereka habis berbuat nakal. Kebiasaan itu mereka pertahankan sampai sekarang, meskipun kini Felix mengatakannya dengan telinga yang memerah menahan malu.


Chris tersenyum atas hal manis itu. "Iya. Sayang Felix, sayang Chaewon juga."


Felix buru-buru berlari sebelum rona merah semakin menjalari wajahnya. Chris tertawa kecil melihatnya, sebelum kemudian tawanya menghilang ditengah kesunyian.


Chris mengamati lamat-lamat setiap detail rumahnya yang besar. Rumah hasil jerih payahnya banting tulang kesana kemari. Rumah hasil malam-malam tanpa tidurnya demi penelitian yang tak habis-habis. Rumah yang ia persembahkan demi kedua anaknya supaya mendapatkan hidup yang nyaman.


Semakin anak-anaknya beranjak dewasa, semakin Chris menyadari kalau rumah ini sejatinya terlalu besar untuk ditinggali tiga orang saja. Chaewon dan Felix memang ribut setiap hari, membuat Chris pening dengan suara keduanya yang amat kontras. Tapi, ada kalanya mereka bertiga memiliki urusannya masing-masing, dan lebih sering menghabiskan waktu di kamar. Membuat rumah besar ini menjadi sunyi seolah tanpa penghuni.


Sejak Yeji datang, semua berubah. Yeji dengan ahli mencampuradukkan fungsi masing-masing ruangan, membuat nyaris seluruh ruang terjamah olehnya. Belajar di meja makan,  membuat adonan kue sambil mengobrol di teras, tidur siang di ruang tengah, bergosip di anak tangga. Rumah mereka jadi terasa jauh lebih hidup.


Keluarga Bagaskara pernah menjalani hidup tanpa Yeji, dan sebelumnya mereka baik-baik saja. Setelah Yeji pergi, rasanya seolah mereka tidak pernah hidup hanya bertiga.


"Ternyata gak ada kamu, rumah ini jadi sepi, ya, Yeji?" lirih Chris sebelum mulai menyuap nasinya yang mendingin.




To Be Continued


7/9/2021




Edisi lagi tergila-gila sama MUNEOJYEOBEORIIIIIIIN GEU SIGAN SOGESEOOOOO


Emang ya album Noeasy ini. Bisa-bisanya nempatin Gone Away sebelahan sama Wolfgang. Abis nangis baper langsung jadi aing serigala.


Oiya, btw, judul chapter kemarin aku ganti karena aku naro mulmed dengan judul yang sama disana. Boleh banget balik lagi ke chapter 16 sambil dengerin lagunya, biar feelnya lebih kerasa.


Oiya lagi. Yang kepo wallpaper Yeji bareng si kembar yang bikin Yeji galau di chapter 15, mampir ke ig aku yahh!!! (iya gue promosi).

































Comment