Chapter 4

Kedua pasang kaki itu melangkah santai membelah jalan pasar Konoha. Setelah menyelesaikan kegiatan makan siang mereka, Sakura dan Gaara pun memutuskan untuk kembali ke kesibukan mereka masing-masing, dimana Sakura harus kembali ke rumah sakit sementara Gaara harus kembali ke kantor Hokage untuk membahas kelanjutan rencana untuk ujian chunin.

"Sakura."

"Ha'i, Kazekage-sama?"

Gaara menghentikan langkahnya, ia menatap Sakura sejenak lalu berkata, "Jangan berjalan di belakangku begitu. Kemarilah."

Sakura menunduk, malu setelah mendengarnya. Gadis itu mengulum bibir sejenak lalu berkata, "Tidak, Kazekage-sama. Itu tidak sopan."

Gaara mendecih kecil lalu menarik tangan Sakura dengan lembut. Gadis itu terkejut namun tak menolak. Selanjutnya Gaara memposisikan gadis itu di sampingnya kemudian kembali melangkah tanpa melepas genggamannya pada tangan Sakura.

Shannaro! Kenapa tidak dilepas!!

Beberapa pasang mata menatap mereka dengan tatapan yang beragam. Tidak sedikit di antara mereka yang berbisik-bisik, menerka ada hubungan apa antara sang Kazekage dari desa tetangga bersama kunoichi cantik yang terkenal dengan aksinya ketika menyelamatkan dunia. Tentu saja berita hangat ini akan menjamur dalam waktu singkat. Belum apa-apa Sakura sudah pusing duluan memikirkannya.

"K-kazekage-"

"Berhenti kau, pencuri!"

Langkah mereka terhenti ketika mendengar seseorang berteriak. Di depan sana, ada seorang pria yang tengah berlari dengan bungkusan di tangannya sementara seorang pria lain mengejar dari belakang. Seketika pasar menjadi riuh. Pria yang diduga sebagai pencuri itu berlari sekencang mungkin, menghindari dirinya tertangkap oleh pria lain.

"Dasar, bisa-bisanya dia mencuri di siang bolong begini," gerutu Sakura lalu mempersiapkan kuda-kuda, mengambil posisi untuk mengeluarkan jurusnya.

"Berhenti kau, paman botak!"

Suara anak kecil itu membuat si pencuri berhenti. Anak itu menghadang dengan mengambil jalan pintas. Dengan cepat ia berlari lalu merebut bungkusan itu. Mereka melakukan tarik ulur sebelum sang pencuri menyeringai lalu mengeluarkan sesuatu dari kantung bajunya.

"Terima ini, bocah! Hyaa!"

Krak

"Kazekage-sama!"

Semua orang membulatkan mata ketika melihat kejadian itu. Sang pencuri pun ikut terkejut, tak menyangka jika pisau yang ia persiapkan justru mengenai pemuda berambut merah yang sebelumnya berjalan bersama Sakura. Tak jauh dari sana, Sakura pun langsung berlari, melepaskan tinjunya hingga sang pencuri terlempar cukup jauh.

"Shannaro!"

***

"Akh, sakit."

"Oh ya? Apakah ini juga sakit?"

"Akh, ittai, ittai."

Sakura menghela napas. Ia pun melonggarkan perban yang tengah ia pasang di telapak tangan Gaara. Gadis itu merutuk dalam hati, bisa-bisanya Gaara menjadi ceroboh begini demi menyelamatkan anak itu.

"Kau ini, padahal kau bisa menggunakan pasir untuk menahan pria itu. Kenapa kau malah mengorbankan tanganmu begini?"

Sakura terus mengomel sambil membalut luka Gaara. Setelah mengalirkan chakra penyembuhan miliknya, Sakura pun membalut luka itu dengan perban. Berbeda dengan Sakura yang terus mengoceh ria, Gaara justru menatap gadis itu sedaya tersenyum tipis, merasa senang karena bisa menatap sang gadis dari jarak sedekat ini.

"Kazekage-sama! Kau mendengarku, tidak?!"

"Iya, iya, aku dengar," sahut Gaara dengan malas.

"Kalau begitu jawab!"

Gaara menatap dalam gadis di depannya. Melihat bagaimana tajamnya sepasang jade indah tersebut membuat Sakura sedikit salah tingkah. Pemuda itu tersenyum tipis di sekian detik kemudian lalu berkata, "Karena aku tau, kau akan mengobatiku jika aku terluka, Sakura."

Setelah berujar demikian, Gaara bangkit dari duduknya. Ia menatap tangannya yang berbalut perban lalu berjalan mendekati si pencuri dan satu pria lain yang merupakan pemilik toko buku. Pria botak itu mencuri beberapa buku novel dari toko buku. Gaara pun mengangguk singkat setelah mendengar penjelasan dari pemilik toko.

"Ampuni aku, Kazekage-sama!"

Sang pencuri berlutut lalu menundukkan kepalanya sedalam mungkin, bersujud menghadap Gaara. Tubuhnya bergetar hebat, menandakan ia tengah terisak saat ini.

"Aku- aku terpaksa melakukan ini. Anak dan istriku kelaparan di rumah. Aku juga saja kehilangan pekerjaan. Aku tak sanggup melihat anak dan istriku begitu sehingga aku terpaksa untuk mencuri. Aku tak bermaksud untuk menyakiti siapapun. Mohon ampuni aku, Kazekage-sama!"

Sakura tersentak, tak menyangka dengan penjelasan pria ini. Gaara pun mengangguk. Ia mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya lalu berjongkok di depan pria itu.

"Tegakkan tubuhmu."

Pria itu pun bangkit, menatap Gaara dengan mata berkaca-kaca. Gaara tersenyum tipis lalu memberikan uang itu kepadanya.

"Ambil ini dan beli makanan untuk anak dan istrimu. Segera cari pekerjaan dan jangan mencuri lagi."

Sakura membulatkan mata, terkejut dengan tindakan Gaara. Ia pun berseru menyebut nama pemuda itu namun tak di hiraukan oleh pemuda itu. Kini Gaara bangkit, ia mengambil bungkusan berisi buku curian itu lalu berkata, "Tuan, aku membeli semua buku ini. Katakan padaku berapa harganya."

"H-hee?"

Untuk kedua kalinya, Sakura terkejut dengan pemuda ini. Ia benar-benar tak bisa ditebak. Sakura tak habis pikir dengan Gaara, padahal masalah akan beres jika ia mengembalikan buku itu kepada pemiliknya lalu menyuruh pencuri itu meminta maaf.

Kau orang yang baik, Gaara.

Sakura tersenyum menatap Gaara yang tengah berbincang dengan kedua pria itu. Entah apa yang tengah mereka bicarakan, ia pun juga tidak ingin tau. Saat ini pikirannya dipenuhi oleh Gaara. Entah mengapa ia merasa begitu kagum dengan sang Kazekage ini. Hingga hari ini pun, ia masih melihat sisi lain dari sang Kazekage yang dirumorkan sebagai sosok yang tegas dan ketat pada aturan. Nyatanya, pemuda ini menyimpan begitu banyak pesona lain dalam dirinya.

***

Sakura dan Gaara menapakkan kaki mereka di depan rumah sakit. Sudah saatnya mereka kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Gadis itu membungkuk dalam, membuat Gaara menjadi sedikit canggung.

"Terima kasih untuk makan siangnya, Kazekage-sama."

"A-aa."

Sakura kembali bangkit lalu tersnyun manis. Gaara tak dapat menahan diri untuk tak tersenyum. Pemuda itu ikut tersenyum lalu membuang muka, tak ingin jika Sakura melihat wajahnya yang merona.

"Selamat beraktifitas kembali, Kazekage-sama. Aku permisi."

"Tunggu."

Sakura pun menuruti perkataan Gaara. Ia menatap pemuda itu dengan bingung sementara Gaara menyerahkan bungkusan berisi buku-buku yang ia beli tadi.

"Untukmu."

"Eh?"

"Aku tidak punya waktu untuk membaca semua itu. Jadi lebih baik kau saja yang menyimpannya."

Sakura mengerjapkan mata sejenak. Beberapa detik kemudian, tawanya meledak, merasa lucu dengan pemberian Gaara yang satu ini.

"Astaga. Jika kau tidak mau membacanya, untuk apa kau beli, Kazekage-sama."

Gadis itu masih setia mempertahankan tawanya, membuat Gaara mau tak mau ikut tersenyum. Sakura menunduk sekali lagi lalu masuk ke dalam rumah sakit, kembali melanjutkan pekerjaannya. Gaara memandang punggung sempit itu menjauh, tersenyum dalam diam lalu kembali menuju kantor hokage.

***

Sakura membenahi tumpukan ke kertas yang berisi data-data pasien serta perkembangan kesehatan mereka dari hari ke hari. Tak lupa jemari lentik itu turut membereskan beberapa alat tulis yang ia gunakan sebelumnya, menyimpannya dengan rapi di tempatnya masing-masing. Gadis itu melakukan pekerjaannya dengan baik hari ini. Seperti biasa, ia akan membersihkan ruangannya sebelum pulang. Entah mengapa, ia begitu suka jika disuruh bersih-bersih seperti ini. Walau sudah ada petugas kebersihan, tetap saja Sakura bersikeras untuk melakukannya setiap hari sebelum pulang dari rumah sakit.

Tok

Tok

Bunyi ketukan pintu membuat gadis yang tengah menyapu lantai itu menyahut, memerintahkan seseorang di luar sana untuk masuk. Gadis itu masih setia pada kegiatannya, mengira jika yang ingin bertemu dengannya hanyalah salah seorang perawat.

"Permisi."

Mendengar suara yang cukup asing itu membuat gadis itu mendongak. Sakura terkejut sejenak namun secepat mungkin ja memasang senyum.

"Ah, Kankuro-san. Ada apa? Mengapa kau terburu-buru begit- eeh?"

Kankuro menarik Sakura dengan cepat, bahkan membiarkan batang sapu yang tengah digenggam oleh gadis itu tergeletak menyedihkan di atas lantai. Ia menuntun langkah gadis itu dengan buru-buru lalu mengucapkan kalimat yang membuat jantungnya mendadak berdetak tak beraturan.

"Tolong Gaara."

*
*
*

Tbc..

Huwaaa maapkeun aku yang update hampir tengah malam gini. Aku lupa buat up masa😭😭😭

Oh iya, aku ada kabar baik nih buat kalian. Aku baru aja ngepublish AU sasusaku di twitter. Barangkali kalian berkenan untuk baca, boleh bgt lohhh buat mampir hihi.

Cusss dibaca AU nya. Masih anget bgt niih😍😍

Okede. Aku rasa sekian untuk chapter ini. Seperti biasa, aku mengharapkan vote dan komen dari kalian karena satu vote dan komentar kalian, adalah semangat aku buat lanjut nulis. See you on next chapter yaakk!!!

Salam

Ilaa💜

Comment