Sepasang yang tidak berpasangan

Tahun kelima pasca aku dan Mirai melihat indahnya dunia. Kami tumbuh diera dimana musik India sedang menyerang pasar Indonesia. Dihampir setiap malamnya, aku dan Mirai yang juga menyukai musik yang sama bernyanyi, menari, tak jarang pergi ketaman lalu mengitari sebuah pohon besar layaknya adegan difilm India. "Mama ngungung, aku mau setel film Jadoo mah." Pintaku selalu, setiap kali bertamu kerumahnya. Mendengar suaraku, Mirai selalu berlari turun keluar dari kamarnya. Tentunya turut mengiyakan pintaku pada ibunya.

Diluar hal itu, ketika sedang tak ingin menonton film, aku selalu mengajaknya pergi main keluar rumah - Mirai anak satu-satunya. Setahuku, ada satu peraturan yang melibatkan aku didalamnya. Dimana dia hanya diperbolehkan keluar jika aku yang mengajaknya, selebihnya tak diberi izin oleh papanya. Diluar, hanya Mirai yang terlihat cantik. Karna yang lainnya adalah anak laki-laki. Mungkin hal itu yang melandasi papanya tak memberi izin pada siapapun untuk mengajaknya bermain selain bersamaku.

"Jadi, mau main apa?" tanya Mirai memastikan langkah yang akan ia tuju

"Sudah kamu diam saja nanti juga tahu, kok."

Malam itu, sesampainya dilapangan.

"Yeahhh.. Batu tujuh!" dia yang memang menyukai permainan Batu tujuh, selalu menyenangkan baginya untuk memainkan permainan tersebut.

"Ehh tunggu dulu. Kali ini janji ya, kau tak akan meninggalkan aku pulang lagi ketika aku yang jaga seperti malam-malam sebelumnya?"

"Iya mirai, aku janji." Sama seperti biasanya, setiap dia yang jaga selalu kubiarkan ia mencari lalu kutinggal pulang.