Selamat Hari Ibu, Eomma

(Disarankan untuk memutar BGM selama membaca)


-


-


-


Seorang ibu nampak tengah menyuapi putri semata wayangnya yang berusia 5 tahun. Ia nampak sangat sangat bahagia melihat putri kecilnya yang tumbuh dan menjadi anak yang ceria dan tidak pilih-pilih makanan.


"Jieunie~ putri kecil Eomma, Jieunie kebanggaan Eomma, gadis baik dan cantik itulah Jieunie~" Sang Ibu bernyanyi seraya menggendong sang buah hati yang tertawa-tawa.


Ia pun mencium kedua pipi gembil anaknya dengan sayang dan gemas.


"Jieun-ah Eomma harus pergi bekerja agar Jieunie bisa sekolah nanti. Jieunie berjanji sama Eomma eoh menjadi anak baik?"


Tak ada balasan apapun, hanya tawa sang buah hati yang menenteramkan jiwanya.


"Baiklah aku titip Jieunie padamu ya Sehyeo-sshi nanti sepulang kerja akan kubawakan makanan untukmu dan untuk Jieunie"


"Tidakkah kau mencari suami saja Jisa-ya? Anakmu masih kecil dan membutuhkanmu dan kau juga seorang wanita. Tidakkah letih untukmu jika harus bekerja sebagai buruh cuci setiap harinya?"


"Aku ingin membesarkan Jieun seorang diri, cukup aku. Aku harap kehidupan Jieun dapat jauh lebih baik dari diriku ini"


Setelahnya ia segera mencium kening putrinya sayang dan berlalu pergi ke berbagai rumah untuk mengumpulkan uang untuk kehidupannya bersama putrinya beberapa hari ke depan.


-


-


-


"Aku pulang!"


"Wah sudah pulang anak eomma"


Aku mengangguk sebagai jawaban. Eomma tersenyum hangat padaku. Aku akan menaiki tangga untuk menuju kamarku sebelum Eomma memanggilku kembali.


"Tidak makan dulu Jieunie?"


"Ah itu nanti saja Eomma, aku belum lapar" jawabku tanpa menoleh ke arahnya.


-


-


-


"Kau darimana saja Jieunie ini sudah larut?"


"Aku baru pulang dari sekolah, aku letih Eomma tolong jangan ganggu aku, aku ingin langsung istirahat"


Akupun langsung menaiki tangga dan masuk ke kamarku tanpa menunggu jawabannya.


-


-


-


"Jieunie bisakah tolong belikan ini di toko sebelah? Eomma lupa membelinya"


"Ah Eomma aku letih nanti saja ya sebentar lagi"


Setelahnya aku mengantuk karena asik chatting dengan teman-temanku dan tertidur di sofa


-


-


-


"Eomma aku akan berangkat kerja ke Seoul, kau baik-baik di sini ne?"


"Ya sayang, semoga kehidupanmu senantiasa bahagia di Seoul nanti"


Baru akan melangkah pergi, aku teringat sesuatu. Aku segera berbalik dan memeluk tubuh renta Eomma. Tangan kasar akibat sering mencuci Eommaku mengelus sayang rambutku.


"Aku tahu kesalahanku selama ini padamu. Aku anak yang buruk Eomma" air mata meluncur begitu saja dari mataku.


"Hey, tak apa kau anak remaja yang memang sedang fasenya ingin memberontak. Eomma selalu memaafkanmu Jieunie. Berjanjilah untuk selalu bahagia dan sehat putriku"


"Eomma aku akan pulang dan membawamu ke kota. Aku akan bekerja untuk membahagiakanmu. Aku berjanji. Aku menyayangimu Eomma"


"Tidak Jieunie, kembalilah saat kau membutuhkanku. Eomma akan selalu menemanimu dimanapun kau berada, kota adalah tempat penuh persaingan. Jangan menangis namun bila kau tak kuat hubungi Eomma, Eomma akan berusaha membantumu Jieunie"


"Aku akan membahagiakanmu Eomma"


-


-


-


"Yeoboseyo?" Jawab suara lembut di seberang sana


"Eomma ini aku Jieun. Eomma aku stress, kota sangat sulit."


"Tenanglah, ada apa sayang?"


"Aku tak sengaja menghilangkan uang perusahaan"


"Apa kau ada uang untuk menggantinya?"


"Tidak. Aku ingin berhenti saja Eomma dan kembali ke Gyeonggong setelah aku melunasi hutangku dengan gajiku"


"Ah begitu baiklah, jangan terlalu lelah nak, makanlah dan jaga kesehatanmu"


"Tentu Eomma"


-


-


-


"Eomma aku akan pulang hari ini, bosku memberi keringanan dan mengizinkanku untuk hanya membayar separuh hutangku itu" begitu nada tersambung, aku segera menyampaikan kabar kepulanganku pada Eomma.


"Syukurlah, Eomma akan menunggumu Jieunie. Apa kau sudah makan?"


"Sudah Eomma, apakah kau sudah makan?"


"Ne aku sudah makan. Eomma menyayangimu Jieunie"


"Aku juga Eomma, sampai jumpa di rumah Eomma"


Sambungan kuputuskan karena kereta ku sudah datang. Aku segera menaikinya. Aku sungguh tidak sabar ingin bertemu Eomma. Aku memang gagal di kota. Namun, aku ingin hidup bersama Eommaku menemaninya di masa tuanya. Eommaku seorang single parent karena Appa menceraikannya saat aku masih bayi. Pikiranku melayang hingga akhirnya aku tertidur.


-


-


-


"Jieunie"


"Ne Eomma?"


"Eomma menyayangimu."


"Aku juga Eomma"


"Jaga kesehatanmu Jieunie, jangan terlalu lelah dalam bekerja. Makanlah, Eomma sudah memasakan nasi goreng kimchi kesukaanmu."


Setelahnya aku terbangun, kupikir aku benar bertemu Eomma. Ternyata hanya mimpi. Aku begitu merindukannya hingga bermimpi. Ah, sudah sampai tujuan rupanya. Aku segera menuruni kereta dan berjalan pulang ke rumah.


-


-


-


"Eomma aku pulang"


"Ah Jieunie sudah pulang?"


"Ya sudah, dimana Eomma?"


Bukannya bertemu Eomma aku malah disambut Bibi Sehyeo, tetanggaku yang sejak kecil membantu mengasuhku bila Eomma pergi bekerja.


"Ah ya Eomma mu sedang pergi, dia tadi sudah memasakkan nasi goreng kimchi untukmu. Kau makan saja dulu ne"


"Ah baik Bibi Sehyeo."


Akupun segera pergi ke dapur untuk memakan nasi goreng kimchi kesukaanku. Setelah rapi makan aku mencuci piringnya kembali dan duduk di sofa mencoba menghubungi Eomma.


"Jieunie, boleh aku duduk di sini?" Itu Bibi Sehyeo.


"Tentu Bibi Sehyeo"


"Sedang apa?" tanyanya


"Aku sedang mencoba menghubungi Eomma. Ini sudah hampir malam, aku akan menjemputnya jika ia tidak menemukan angkutan umum"


Kulihat Bibi Sehyeo menatapku sendu


"Tidak perlu dihubungi lagi Jieunie" Ia tersenyum sendu dan melanjutkan ucapannya, "Ia sudah tenang di sana"


Seketika kata-kata Bibi Sehyeo buram dipikiranku.


"Apa!? Apa kau bilang" 


"Aku menemukan Eomma mu pingsan di dapur dan membawanya ke rumah sakit, namun peralatan rumah sakit tidak memadai. Dokter menyarankan untuk pindah ke rumah sakit di kota. Namun, Eomma mu perlahan membuka matanya dan mengatakan ia menyayangimu dan memintaku menjagamu. Setelahnya, ia mengehembuskan napas terakhirnya. "


Aku tak bisa mencerna semua ini, mataku memanas. Bulir itu jatuh begitu saja dari mataku. Aku segera ingin beranjak dari sana tidak ingin memercayai perkataan Bibi Sehyeo begitu saja. Aku akan menjemput Eomma ke tempatnya bekerja sebagai buruh cuci. Namun, perkataan Bibi Sehyeo selanjutnya memaksaku berhenti dari aktifitasku.


"Aku akan mengantarkanmu ke pemakamannya jika kau mau"


-


-


-


Bibi Sehyeo tidak berbohong. Di sinilah kami sekarang. Di sebuah makam dengan nama Eomma di atasnya. Makam ini masih sangat baru. Aku tak bisa menahan air mataku yang sudah terus mengalir bagai anakan sungai.


"Dokter bilang, Eomma mu sangat keletihan sehingga menyebabkan kematian mendadak tanpa gejala apapun."


"Apakah Eomma bekerja sekeras itu? Aku selalu mengirimkan Eomma sebagian gajiku untuknya agar ia tidak bekerja lagi"


"Kau tahu, selama dua bulan terakhir ini, Eomma mu bekerja keras sejak ufuk belum muncul hingga tengah malam mencari berbagai pekerjaan serabutan demi mengumpulkan uang untuk membantu membayar uang perusahaan yang kau hilangkan"


"Ia meminta tolong padaku untuk membayarnya lewat rekening karena ia tidak mengerti cara transfer uang itu dan aku membantunya."


"Setelah itu, hari ini ia begitu bahagia. Ia mendapat telepon bahwa kau akan pulang hari ini. Ia mengabariku dan berbelanja bahan masakan untuk nasi goreng kimchi untuk menyambutmu nanti"


"Lalu, aku pamit untuk pulang. Aku kembali ke rumahmu untuk mengambil barang yang tertinggal dan saat itulah aku menemukannya pingsan"


Aku tak bisa berkata-kata apapun. Aku begitu bodoh. Aku merasa tidak berguna. Aku hanya gadis lemah. Aku hanya bisa menangis. Ini sangat menyakitkan. Aku terus meraung di makam yang tanahnya masih segar itu.



-



-



-




Maaf Eomma


Eomma aku harap kau bahagia di sana


Aku selalu menyusahkanmu selama ini, maafkan aku


Aku tidak berguna Eomma


Maaf aku meninggalkanmu sendirian di masa tuamu, di masa kau membutuhkanku


Eomma kau orang yang baik


Eomma maaf aku tak pernah membahagiakanmu


Eomma maaf janjiku tak terpenuhi


Eomma aku yakin saat ini kau sudah di surga


Kau orang yang baik,


Eomma aku menyayangimu


Terima kasih atas segalanya, Eomma













END









Selamat Hari Ibu💜


Comment