Red Potty

Cara's voice


"Selamat tinggal, Fee! Jangan lupa dipikirkan, ya!"teriakku sembari melambaikan tanganku kepada Fee. Fee tersenyum dan ia meninggalkanku dan istanaku. Pintu mulai tertutup.


"Ghiornal! Siapkan tempat untuk pesta teh nanti!"Ghiornal mengangguk dan pergi ke dapur.


Aku pergi ke kamarku dan menganti bajuku dengan gaun rok yang mengembang selulut berwarna ungu dan merah jambu, dengan sarung tangan berwarna putih. Kakiku kusengaja ditelanjangkan.


Aku sengaja berpakaian seperti ini karena aku telah mengundang tamu laut. Mereka sangat membosankan tapi hebat. Ketahuilah, tamu yang kuundang adalah tamu spesial yang sudah membunuh lebih dari 130 jiwa dalam sehari. Hebat bukan? Mereka memang sudah ahli! Mereka suka menyamar sebagai ikan kecil yang imut, nyatanya mereka hanyalah monster. Tapi tetap, mereka membosankan.


"Mereka sudah datang!"teriak Ghiornal. Pintu terbuka, aku sudah berada di depan pintu yang terbuka dengan senyuman yang lebar. Aku sudah melihat mereka yang berbondong-bondong masuk ke dalam istanaku yang cantik.


"Selamat datang!"aku membungkukkan tubuhku dan menarik ujung rokku ke atas juga menundukkan kepalaku. Lalu aku kembali tegak.


Aku menuntun mereka ke ruang pesta teh. Mereka memang hidup di air, tapi mereka juga bisa meminum teh.


Semua sudah duduk di kursi masing-masing mengelilingi meja bundar yang besar. Sudah ada cangkir berwarna emas dan putih dengan piring kecil di bawahnya yang berwarna emas polos. Tehnya belum mengisi setiap cangkirnya.


Aku mulai berdiri dan mengambil pot berwarna merah darah yang berisi teh panas.


"Tidak senang bertemu dengan kalian!"ucapku sembari menuangkan teh di setiap cangkirnya.


"Kami juga tidak senang bertemu denganmu"ucap Bibla yang sudah kutuang teh ke dalam cangkirnya lalu Bibla meneguknya.


"Sebenarnya aku bosan bertemu dengan kalian, tapi... apa boleh buat? Aku harus bertemu dengan kalian, toh! Sesuai jadwal, bukan?"ucapku dengan malas.


Memang, setiap tahunnya mereka datang di awal bulan Februari. Tidak hanya mereka, tamu yang lainnya juga ada. Seperti tamu dari kerajaan hati, tamu cangkir, tamu hutan, tamu formal, tamu china, dan tamu boneka. Mereka semua membosankan kecuali tamu boneka, mereka mengerikan sekaligus menakjubkan.


Aku kembali ke kursiku dan tersenyum tidak ikhlas kepada semua tamuku.


"Silahkan menikmati!"ucapku. Lalu aku mengangkat piring yang ada cangkirku lalu mengangkat cangkirku dan menyeruput tehku dengan perlahan. Lalu mengembalikan cangkirku dengan semula di meja.


"Dengar-dengar, kau dekat dengan Xiller"ucap Flamingdhot.


"Xiller? Ah ya! Benar.. tapi aku memanggilnya Fee"ucapku.


"Dia sangat terkenal, tapi ia jarang menunjukkan dirinya"ucap Bibla.


"Itulah alasanku untuk mencarinya, bersusah payah mengurus sekolah payah itu juga menganggu privasinya.. aku menyukainya, tidak seperti tamu-tamuku"ucapku dengan santainya yang membuat tamuku mendengus kesal dan memutarkan bola matanya yang besar dan lebar. Karena mereka ikan.


"Psikopat ada di mana-mana. Aku benci itu! Mereka suka merebut mangsaku!"omel Hlofy.


"Aku tidak peduli! Biarkan saja mereka mengambil mangsamu, lagi pula aku senang para psikopat ada di mana-mana"ucapku.


"Tentang Xiller, aku ingin dia datang pada pesta teh di awal bulan Juni"ucap Vild.


"Tentu, lalu apa yang harus dikenakan olehnya? Dia selalu memakai jaket, jeans, dan sepatu saja. Tidak pernah kulihat ia memakai gaun sepertiku"ucapku.


"Biarkan ia memakai pakaian khasnya. Aku tidak mau merusak cirinya, karena aku mau melihat dia secara original"ucap Bibla.


"Terserah"ucapku. Aku pun menghabiskan sisa teh dari cangkirku.


"Nona Cara, aku ingin Xiller memakai gaun selutut saat mengunjungi dunia kami ataupun dunia yang lainnya"ucap Fyui.


"Tentu! Aku akan melaksanakannya,"ucapku.


"Oh! Ya! Tentang itu. Jangan ganggu Mr.DarkBrow! Aku tidak mau tahu, kucingnya harus tetap utuh setelah keluar dari duniamu"ucapku. Tamuku menganggukkan kepalanya tanpa leher. Entah bagaimana caranya tapi aku tidak ingin tahu.


Akhirnya tamu membosankanku pulang ke asalnya. Awal bulan maret akan datangnya tamu dari kerajaan hati. Mereka semua payah! Mereka membuat mayat hidup dari kartu joker raksasanya. Mereka menjijikkan!


Aku membiarkan gaun ini melekat di tubuhku untuk sementara sebelum mandi darah. Aku pergi menuju bawah tanah.


Aku sudah melihat tahananku di penjaranya masing-masing. Mereka terlihat pucat kering seperti belum makan apa pun. Oh! Ya, benar! Aku tidak memberi makan kepada mereka secuil pun.


Lebih baik kugemukkan mereka. Agar empuk untuk dimakan olehku dan yang lainnya. Aku benci lemak, tapi aku suka daging yang gembul.


Aku menyuruh Fdolib dan Troil. "Fdolib! Beri mereka makanan yang banyak! Troil! Bawa gadis itu ke ruang favoritku!"


Fdolib dam Troil menuruti ucapanku. Fdolib mulai memberikan makanan yang banyak kepada tahananku yang sejumlah 4 orang, kini tinggal 3 orang karena Troil mengambil gadis itu.


Gadis itu tidak berteriak, tidak seperti biasanya. Mungkin karena aku telah mencoba memasukkan kaleng soda ke tenggorokannya? Tapi itu berhasil, horey!


"Nona Cara, tamu formal akan datang 1 jam lagi"ucap Ghiornal secara tiba-tiba di sampingku.


"Ya ampun! Baiklah, siapkan lagi tempat pesta tehnya"


Aku pun pergi ke ruang favoritku. Sebelum tamu formal datang, aku bersenang-senang saja dulu.


***


Setelah bersenang-senang dan mandi darah, aku mengenakan gaun selutut berwarna abu-abu dan putih yang membosankan dengan pita besar abu-abu di belakang punggungku, sepatu rata (flat-shoes) berwarna abu-abu dan stoking berwarna putih. Aku memakai sarung tangan putih sesiku.


Lalu aku segera berdiri di belakang pintu sebelum pintu terbuka.


"Mereka datang!"ucap Ghiornal. Pintu mulai terbuka kembali dan aku sudah melihat tamu formalku. Serba abu-abu dan membosankan. Aku membungkuk hormat dan menarik ujung rokku ke atas.


"Selamat datang!"ucapku lalu tamuku mengikutiku dari belakang untuk pergi ke ruangan pesta teh.


Tamuku duduk di kursi masing-masing. Kini cangkir dan piring cangkirnya berwarna abu-abu dan putih. Tapi potku tetap berwarna merah darah.


Aku mengisi teh pada setiap cangkirnya tanpa berkata apa pun lalu balik ke tempatku.


"Silahkan menikmati!"ucapku lalu meminum tehku.


"Nona Cara, ada yang kami ingin bicarakan"ucap Maximus.


"Bicaralah"ucapku.


"Kami tidak suka dengan Xiller. Kita harus menyingkirkannya"ucap Fedoline.


"Apa? Mengapa?"ucapku kaget. Mereka tidak menyukai Fee, berarti Fee dalam bahaya. Aku mencoba menutup rasa kagetku.


"Ia telah merusak nama baik kami. Seharusnya kami yang menetapi rumah di tengah hutan dan ia malah merubah semuanya. Ia telah mengambil jiwa yang kami inginkan"ucap Elizabeth.


"Lalu apa yang akan kalian lakukan padanya?"ucapku lalu meminum tehku.


"Memusnahkannya"ucap Maximus yang singkat dan jelas yang membuatku melotot dan hampir memuntahkan tehku tapi tidak. Aku pun mengembalikan tehku ke tempat semula.


"Iya, itu tergantung padamu. Tapi jangan terlalu cepat"ucapku berusaha menutupi kecemasanku. Aku berbohong kepada tamuku, sial! Mengapa harus berbeda pikiran?


"Bagus..."ucap Penelophie dengan tersenyum licik.


Aku tidak tahu harus mengucapkan apa lagi. Aku harus memberitahu Fee!


"Baiklah, kalian boleh kembali"ucapku langsung berdiri. Aku menyuruh Ghiornal untuk mengantar tamuku. Aku benar-benar harus memberitahu Fee!

Comment