Strange Things



Tap


Tap


Tap


High heels itu terdengar sangat mengganggu.


Bukan!


Itu lebih terdengar sangat menyeramkan!


'Aku mohon, seseorang tolong aku!' Teriakku dengan suara yang tak sampai ke tenggorokan ini.


"Ya! Min suga! Tunggu aku!" Teriakku ketika langkah kaki itu mulai berlari cepat mendekatiku. Kali ini jangan bertanya siapa Min Suga itu, aku juga tidak tahu. Aku hanya pernah melihat adegan seperti ini di film, ketika seorang penguntit berhenti mengikuti pemeran utama karena ia memanggil nama temannya.


Sungguh. Aku ingin memberikan penghargaan kepada penulis film -yang aku lupa judulnya- itu.


Aku hanya memiliki beberapa teman baik di sekolah, itupun kita jarang bertemu. Aku hanyalah siswi sekolah yang setiap hari pulang dan pergi layaknya hantu. Bahkan aku tidak pernah mendengar sesorang memanggil namaku dengan wajah tersenyum. mereka hanya mau berteman dengan orang yang dianggap bisa digunakan sebagai ''koneksi' saja.


Dingin.


Semuanya dingin.


Bahkan ketika musim semi sekalipun.


Aku berjalan menuju ke pojok kelas, tempat dimana telingaku tidak bisa mendengar orang lain membicarakan hal negatif tentangku. Hanya datang, tidur, dan pergi.


Seseorang datang membuka pintu kelas dengan keras, mungkin lebih bisa dikatakan membantingnya dan itu membuatku refleks terbangun dari tidur.


"Setidaknya jangan sampai membuatku terbangun!" Gumamku.


Aku melihat 'pelaku' itu sebentar. Laki-laki setinggi 173 cm itu mempunyai mata indah, bibirnya berwarna merah cherry, dan kakinya terlihat,


,


,


pendek.


Author POV




Seulgi melihat 'pelaku' itu sebentar. Laki-laki setinggi 173 cm itu mempunyai mata indah, bibirnya berwarna merah cherry, dan kakinya yang terlihat pendek.


'tidak buruk.'  Jelas Seulgi pada hati kecilnya.


Seulgi lebih memilih membuang muka melihat gugusan awan yang tampak berwarna biru muda itu daripada melihat suasana kelas yang terlihat hanya berwarna hitam dan putih baginya.


Laki laki yang beberapa menit lalu memasuki kelas itu secara mendadak menghentikan langkah nya. Matanya seperti x-ray  yang melakukan scan tubuh pada pasien.


Sepertinya dia mencari keberadaan seseorang.


Tap


Tap


Tap.


Ketukan sepatunya berhenti.


Ia menatap dengan intensif lalu menghampiri seseorang yang berada di pojok kelas.


"Apa kau baik-baik saja?" Tanya laki-laki itu.


Seulgi mengangkat kepalanya dari meja dan mencari sumber suara yang sepertinya berbicara dengannya itu.


'Apa pria ini berbicara denganku?'  Tanya Seulgi dalam hati.


"hei. Aku bertanya apa kau baik-baik saja?" laki-laki itu mengulangi kata-katanya karena sepertinya Seulgi tidak mendengar apa yang ia katakan sebelumnya.


ia -pelaku yang membanting pintung kelas- melihat bekas luka kemerahan melingkar yang terdapat pada leher Seulgi. 


"Apa yang kau lihat?" tanya seulgi.


"Hey, Seulgi. Kau bahkan tidak memperhatikannya." Orang yang tidak diketahui namanya -oleh Seulgi- itu meletakkan tangannya di leher seulgi sembari memperhatikannya dengan cemas. Namun tubuh Seulgi memberikan refleks cepat sehingga dapat menghindari tangan jimin sebelum bisa menyentuh lehernya.


"Hey, kau-" Mata Seulgi membaca papan nama yang terdapat pada baju yang laki-laki itu kenakan.


"Park Jimin!"


-



Comment