Note10


"baiklah aku berjanji akan membuat Namja itu menjadi milikmu dan hanya buatmu apapun caranya" janji Chanyoel serius.


Sehun menyambut tangan Chanyoel dan menjabatnya.


"kalau kau melanggarnya maka kau membayarnya dengan nyawamu" balas Sehun serius dan Chanyoel dengan tegas mengangguk.


Tanpa Chanyoel sadari ia telah menyerahkan nyawanya dihadapan Sehun dengan perjanjian kuno 'Veu'.


*000*


"akhhh" teriakan terdenggar dari mulut Taehyung.


Badannya yang baru sembuh terjatuh dan mengejang. Namjoon dan salah satu namja datang menghampirinya. Keringat dingin terhias dikening dan sekujur tubuhnya.


"tae?" panggil Namjoon agar Taehyung tak kehilangan kesadarannya.


"kau merasakan sebuah visi?" tanya suara namja dengan wajah yang ikut cemas.


"hah,,,hah,,ha" Taehyung mencoba mengatur nafasnya.


"dia, mencuri start" ucap Taehyung dengan suara tak beraturan.


Tangan Namjoon yang bebas mengelus lembut punggung kurus Taehyung. Namja lain memegangi badan Taehyung yang semakin melemah.


"sehun menggunakan perjanjian kematian dengan Chanyoel" jelas Taehyung akhirnya.


Dan setelah itu badan Taehyung terjatuh. Namjoon langsung menangkapnya.


"kita harus menyusun rencana" ucap Namjoon dan membawa Taehyung kebelakang punggungnya.


"dan bantun, Namjoon-shi" pesannya.


"aku mengandalkanmu, Hosiki" guman Namjoon dan menghilang dengan pasti.


Namja bernama Hosiki atau Hoseok itu berdiri, tangannya ia rentangkan. Helaan terlihat dari bahunya yang bergerak.


"ok, kita lihat Hosiki bekerja" ucap Hoseok dan berlari.


*000*


#Brakk


Tubuh setengah hancur milik Taeyang terlempar. Mark dan beberapa pelayan langsung mendekat.


"ini yang membuatku malas, terbangun dengan tubuh manusia" cibir Mark dengan gaya bangsawannya.


"cih, merepotkan. Inikah seorang jendral" cibi Orion.


Mata hitam Taeyong menatap tajam. Dengan sekali gerakan, keadaan tubuhnya kembali normal. Ia lalu berdiri dengan keadaan setengah naked.


"shinigami itu bagianku" ucapnya dingin.


"ambil, aku tak tertarik. Aku ingin ambil aur..Akhh" ucapan Mark terputus.


Leher kurus Mark membiru. Satu tangan mencekiknya. Urat diwajah Mark terlihat, wajahnya memerah. Dan ia merasa pasoka didadanya berkurang, dan itu membuatnya mersakan sakit. Hal yang tak pernah ia rasakan.


"berani menyentuhnya, kau hanya mempunyai satu kehidupan saja" guman Orion.


Gesekan daging terdenggar. Dan punggung Orion mengelupas, menimbulkan sebuah benda melesak keluar. Sayap putih bersih menghiasi punggung Orion.


"tu..tu,,an" Ucapan Mark tercekat, dan sedetik kemudian. Tubuh manusia itu terhempas kelantai dingin dirumah kaca tersebut.


Dengan langkah angkuh. Orion berjalan dan sayapnya yang putih itu menelungkup. Aura gelap dan dominan menghiasi tubuh Orion. Tak ada suara atau sekedar menoleh dalam ruangan tersebut terlalu dibuat takut.


Angin sore memainkan tiap helai daun. Dan beberapa helai rambut Orion. Saat ini, ia sedang duduk disalah satu batang pohon Elk tua.


Netra hitamnnya menatap lurus hamparan hijau pepohonan, telingganya mendenggar kepakan sayap burung dan suara ribut binatang. Tarikan halus terhias diwajahnya yang tampan.


Rahang keras itu mendongkak, dan punggungnya ia tegapkan, sedetik kemudian sayapnya menghilang. Dan tubuhnya kembali menjadi manusia.


"wanginya sangat membuai. Aku, akan menandaimu. Memaksamu merasakan semua hukumanku. Setelah itu, pembersihan sekaligus pemusnahan Auror. Kim Taehyung" bisik suara rendah Orion.


*000*


Suara dentuman music masih terdenggar. Walau hari sudah pagi, ini semua permintaan seorang penguasa. Park Jimin adik tak sedarah Oh Sehun. Penguasa Korea dan beberapa Negara.


Pemuda dengan wajah lembut dan tampan itu masih setia menari dengan keadaan badan yang sudah sangat mabuk. Tangannya memegang botol soju, mulutnya berguman tak jelas.


Beberapa pelayan tak ada yang berani mendekat, dan diPub itu tak ada pengunjung lain selain dirinya.


Tubuh Jimin tak kuat lagi. Ia terjatuh, airmatanya mengalir. Ia benar-benar jijik dengan kehidupan dan tubuhnya. Bayangan genangan darah dan gelimpangan tubuh tak berdosa membayanginya. Badannya bergetar hebat. Botol yang ia pegang terlempar kesembarang tempat.


"AKHHHHH" teriaknya frustasi.


Setengah jam ia menagis, tubuhnya lelah dan hatinya juga lelah. Namun, ia mana sanggup menolak semua keinginan saudaranya.


Suara langkah terdenggar ditelingganya. Uluran tangan didepannya, jujur ia tak suka dikasihani. Dengan kasar Jimin menepis tangan tersebut.


Kakinya tak sinkron, dan berkali-kali ia menubruk orang-orang didepannya. Mata kecil itu mencoba menetralkan keadaan didepannya. Dan ia malah meracau.


Setitik hujan mulai terdenggar. Bebebapa orang mulai berlarian mencari tempat untuk berteduh. Jimin tak peduli dan terus berjalan. Dan kini badannya basah oleh hujan lebat disore ini.


Brakk


Tubuh Jimin terhempas. Akibat senggolan bmw merah dan mahal didepannya. Wajah yang sepenuhnya basah mencoba mendonggak namun pikirannya tak focus.


'dia, seperti gelandangan' guman Asami kekasih Park Jimin.


Tanpa membuka kaca mobil, mobil mewah itu langsung mundur dan menjalankan mesin mobilnya.


"kabur, cih. Murahan" cibir Jimin dan mencoba berdiri.


Keadaan tempatnya ditabrak dan ditinggalkan begitu saja, merupakan tempat yang sepi. Maka, tak ada orang yang membantunya kini.


Namun, Jimin tak peduli dan dia sekali lagi tak membutuhkan bantuan siapapun. Namun, ketika suara sepeda yang terjatuh. Dan mata kecil hangat itu memancarkan kecemasan. Entah kenapa, dada Jimin memanas, dan sakit.


Ketika tangan pucat itu menarik dan membantunya berdiri. Jimin malah menarik namja kecil didepannya. Badan mereka menempel, Jimin memeluk erat namja kelewat pucat tersebut. Dan tanpa dibendung lagi, airmatanya lolos. Isakan taklama terdenggar. Belaian lembut terasa dipunggungnya.


Sore itu dibawah guyuran hujan, pertahanan seorang Park angkuh Jimin hancur. Ia menangis didekapan seorang namja pucat yang selalu ia hina disekolah. Namja yang nyatanya sangat manis, korban Bully karena statusnya yang murid beasiswa. Min Yoongi.


*000*


Hujan masih menemani dan itu terlihat dari luar jendela keluarga Hyun. Namja cantik kecil itu sesekali menatap kosong kejendela tersebut.


Ia mati rasa, karena sebentar lagi. Pengawal Sehun akan menjemputnya, membawanya kesebuah restoran termewah diseoul, untuk sekedar minum teh.


Baekhyun tak mempersiapkan segalanya dengan special. Ia hanya memakai kemeja biru dan celana putih serta sepatu flatshoes krem menghiasi kakinya. Dan lagi-lagi ia menghela nafas.


Lamunannya terhenti, dan akhirnya ia kembali kedunia nyata. Dunia yang akan mempermainkan kehidupannya.


"pengawal Tuan Sehun menunggu didepan Tuan muda" sapa seorang kepala pelayan menjelaskan.


"oh" balas Baekhyun singkat.


Dengan segera ia berjalan, ia hanya ingin ini segera berakhir. Pengawal Sehun langsung membungkuk. Dengan sopan ia membukakan pintu mobil. Setelah semua dirasa aman, pengawal itu langsung menjalankan mobilnya dengan hati-hati.


Mobil dengan mulus serta berhenti disebuah restoran mewah. Pintu dibuka dari luar, dan uluran tangan terlihat. Baekhyun langsung merasa mual seketika.


"selamat datang Baekhyun" sapa Sehun ramah, senyumnya terhias diwajah tampannya.


"tak usah basa-basi brengsek" balas Baekhyun dan menolak tangan Sehun.


"kau semakin manis dengan makianmu" Sehun tak peduli.


"aku hanya ini berlangsung cepat" Baekhyun langsung masuk kedalam restoran tanpa melirik sedikitpun kearah Sehun.


Keduanya sudah duduk disebuah ruangan khusus hanya mereka saja. dimeja telah tersaji sebuah anggur terbaik, sebuah lilin sebagai penerangnya. Dan makanan.


"kau melanggar janjimu" ucap Baekhyun dingin.


"apa aku begitu" elak Sehun dan duduk dengan santai. Mata tajamnya menatap insten kearah Baekhyun.


Sesekali Sehun memainkan lidahnya membasahi bibirnya, Baekhyun selalu membuatnya panas. Walau hanya dengan memandangnya saja.


"kau tau arti menghargai undangan kan Baekhyun" Sehun mulai mengeluarkan penekannanya.


"apa begitu" tantang Baekhyun dan sengaja menatap mata hitam tajam milik Sehun.


"atau, kau lebih senang ayahmu yang mengantikan sel dingin di islandia" Sehun mulai menginggatkannya.


Tangan kecil itu langsung mengebrak meja makan tersebut. Wajahnya yang cantik memerah, marah. Nafasnya naik turun menahan emosinya.


"jangan berani menyentuh ayahku, bajigan" gertak Baekhyun dengan satu tangan memegang pisau.


"akan kupikirkan, asal kau menjadi anak yang manis" balas Sehun santai.


Ia kembali mengiris daging didepannya. Dengan gerakan lambat ia mengunyah daging tersebut. Tak merasa terganggu dengan gertakan Baekhyun.


Baekhyun memundurkan kursi yang ia duduki. Dengan gerakan cepat ia melempar serbet kearah Sehun. Ia lalu berjalan keluar dari restoran. Sehun tak peduli dan kembali melanjutkan acara makannya.


Tanpa peduli Baekhyun menerobos Hujan, sesekali ia mengusap kasar airmatanya yang terjatuh. Dingin yang ia rasakan, melebihi sakit didadanya.


Baekhyun menghentikan langkahnya, badannya mengigil dan ia lalu terduduk lesu, memegang kedua lututnya dengan isakan.


Tangisannya terhenti, sebuah paying melindunginya dari rintikan hujan. Mata yang memerah dan basah itu mendongkak. Lagi, tangisannya kembali pecah.


Grep


Tangan besar memeluknya dari belakang, rambut basah Baekhyun diciumi oleh namja besar tersebut.


"Chan.." panggil Baekhyun lelah.


"aku disini" bisik Chanyoel lembut dan semakin mengeratkan pelukannya.


T. B. C....

Comment