Apa Masih Ada Dunia di Hati Kita?

Menginginkan kehidupan orang lain, setiap orang pasti pernah merasakannya. Menginginkan pencapaian orang lain, setiap insan pasti pernah memimpikannya. Mereka tahu bahwa Allah telah merancang kehidupan terbaik untuk mereka, tetapi kadang mereka lupa dan tidak pandai bersyukur. Aku menyebutnya 'mereka' padahal lebih tepat disebut 'aku.'


Aku ingin menceritakan kisah seorang gadis. Gadis biasa yang ternyata luar biasa. Namanya tak banyak dikenal orang. Kegiatan kesehariannya monoton, menurutku. Tapi darinya, aku belajar makna sebuah keikhlasan. Darinya aku belajar sebuah ke-istiqomah-an. Aku bersyukur diberi kesempatan Allah untuk bertemu dengannya.


Aku menemukan dirinya di sebuah TPQ. Dia sudah memintaku untuk langsung menuju rumahnya saja. Namun karena jalan menuju rumahnya melewati TPQ yang sedang diajarnya, aku sengaja datang, menjadi penonton apa yang sedang dilakukannya. Dia sedang menceritakan kisah Nabi Nuh dan awak kapalnya. Tak kusangka ia bisa seinteraktif itu padahal dulunya semasa kuliah dia gadis yang kalem.


"Ukhty...1" aku segera menujunya selesai ia menutup kegiatan di TPQ dengan doa penutup majelis, memeluk dirinya. Rindu. Lama tak bertemu sejak ia memutuskan mutasi, kembali ke tempat asalnya.


Haru rasanya.


Aku menginap di rumahnya. Kita bercerita banyak. Dan aku meminta nasihat darinya. Aku suka meminta nasihat dari siapa saja. Karena itu, pertemuan dengannya tak akan kulewatkan tanpa nasihat darinya.


"Aku sebenarnya punya keinginan untuk menjadi seperti teman-teman lainnya. Dari status dan chat di grup, mereka menjadi relawan, dikenal adik-adik, punya banyak binaan, bisa ikut acara ini-itu, kajian ini-itu, komunitas ini-itu, jalan-jalan ke sini-ke situ sama adik-adik, binaannya... Jalan-jalan ke negara seberang, naik gunung, volunteer..." dia menerawang, "Ladang amal mereka luas sekali... Kebermanfaatan mereka banyak sekali... Mereka keren dan hebat. Bukankah.. seberapa bermanfaatnya kita bisa dilihat dari luasnya ladang amal? Jika kubandingkan dengan ladang amalku yang sempit ini, aku merasa kebermanfaatanku sangat kurang. Yang dulunya di kampus kita sangat sibuk ya, Ukh. Tiba-tiba begitu mutasi, aku punya banyak waktu luang. Aku bingung memanfaatkan waktu luang itu. Ingin kuisi dengan kajian tetapi tidak ada kajian di sini," dia terkekeh, "Hanya bisa lihat kajian online. Mau ikut komunitas, gak ada komunitas. Akhirnya aku melakukan sebuah perenungan. Karena tiap kali lihat status teman-teman rasanya sakit. Aku iri ternyata. Aku rindu kesibukan semasa kuliah. Aku juga ingin menjadi seperti teman-teman yang kebermanfaatannya luas.


"Akhirnya aku menemukan titik terang. Kalau tujuan melakukan amal, melakukan kebaikan adalah hal-hal duniawi semacam itu... aku malu. Aku malu sama Allah. Aku menjadi sadar arti sebuah keikhlasan. Tak apa tak jadi relawan. Tak apa tak traveling. Tak apa tak dikenal adik-adik. Tak apa penghasilan tak sesuai gelar. Asal Allah ridho. Asal.. Asal..." tangisnya tiba-tiba pecah. "Asal Allah tidak murka, semua itu jadi tak ada artinya. Ternyata selama ini aku berjuang karena ada balasan dunia. Aku merasa bermuka dua. Begitu nikmat dunia itu dicabut, aku menjadi kurang bersyukur dan menginginkan kehidupan orang lain.


"Jika dulu banyak yang bilang, 'Mbak keren!', 'Masyaallah Mbak sholehah sekali,' sekarang nggak ada yang bilang kayak gitu. Nggak ada yang ngefans sama aku. Anak-anak di tempatku ngajar agak nakal, anak-anak di TPQ juga agak susah diatur, lalu begitu sampai rumah kadang tidak sepemikiran dengan orangtua, pas liqo2. Aku juga masih berusaha beradaptasi karena liqo sama ibu-ibu, kadang liqo dua minggu sekali karena sibuk dengan urusan masing-masing, pernah sebulan itu cuma liqo sekali. Dengar-dengar ada liqo-an juga di kecamatan sebelah yang binaannya itu rajin tetapi akses ke sananya susah dan aku tidak diperbolehkan naik motor sampai sana.


"Aku pun jadi tahu perasaan teman-teman ketika aku menjadi orang yang lebih dominan dibanding mereka padahal posisi kita sama. Aku merasa bersalah. Maaf ya teman-teman... dulu aku sempat meremehkan kalian.. Dulu aku berpikir bahwa aku lebih dibutuhkan dibanding dia. Aku lebih tahu banyak dibanding dia. Ternyata begitu aku merasa di posisi mereka, aku merasakan, aku juga ingin dirangkul dan kerjaku dianggap ada. Tetapi ketika perasaan-perasaan duniawi itu merebak, kukembalikan ke Allah. Biar Allah dan RasulNya yang menilai apa yang telah kulakukan. Dulu aku ternyata gadis yang jahat, ya! Dulu aku akan merasa tergeser posisinya kalau dia lebih banyak bicara dibanding aku. Aku akan merasa tergeser posisinya kalau dia lebih tahu banyak dibandingkan aku.


"Aku mulai bersyukur dan memanfaatkan segala keadaan yang telah dianugerahkan Allah. Setiap ada waktu luang, di mana aku tidak bekerja dan tidak ada jadwal apa pun, aku mulai menghafal Al-Quran. Aku setorkan setiap kali halaqah3. Aku juga mulai memperbanyak baca buku. Aku membaca dan belajar menceritakannya. Karena aku sadar public speaking-ku kurang dan ingatan jangka panjangku lemah, aku menuliskan apa yang akan aku ceritakan. Lalu aku berlatih dan berlatih agar bisa menceritakannya secara lancar. Aku mulai dari cerita nabi, cerita hikmah, cerita tentang palestina karena aku ingin anak-anak yang aku ajar tidak buta dengan apa yang terjadi di palestina dan mereka memiliki ghirah untuk membebaskan Al-Aqsha. Lalu aku berusaha mencari pertanyaan yang sering ditanyakan oleh anak kecil, serta jawabannya. Apalagi pertanyaan tentang konsep ketuhanan. Aku tidak ingin anak-anak salah mengenal Allah. Aku juga mulai berusaha mengenal anak remaja dan berusaha mencari solusi dari permasalahan mereka. Aku juga aktif menulis. Tulisan ini aku posting di blogku dan harapannya tulisan ini akan dibaca anak-anakku. Bukankah tulisan kita bisa jadi pengingat dan nasihat untuk diri kita sendiri?


"Sebulan sekali aku sempatkan silaturahmi ke rumah teman-teman. Teman TK, SD, SMP, SMA, kuliah, guru-guru di sekolah, temen liqo-an, murobbi4. Aku sering minta nasihat ke mereka. Sama kayak anty5. Kan anty yang ngajarin minta nasihat gitu kalo ketemu orang, hehe! Kalau sama temen-temen kita dikuliahan, ditanyain, 'Sibuknya apa, Ukh?' Kujawab, 'Ngajar di sekolah pagi sampai siang, ngajar di TPQ sorenya,' jarang ikut kajian, nggak ikut komunitas, nggak punya binaan, jalan-jalannya untuk silaturahmi dan itu aku sendirian kan jalannya, ketahuan jomblonya deh! Mau mendaki gunung, temen-temen pada nggak mau. Sering dinasihatin jangan sampai futur. Terima kasih udah mau silaturahmi ke rumah. Ke anty juga aku mengucapkan terima kasih karena anty udah mau main ke sini meskipun rumahku sederhana.


"Meskipun keadannya seperti ini, aku masih punya mimpi untuk diwujudkan. Aku masih ingin membuat sebuah komunitas. Komunitas yang membuat pemuda di kabupaten ini semakin mendekat kepada Allah. Komunitas yang mengadakan kajian rutin sehingga kita tidak susah mencari kajian dan punya link dengan ustadz-ustadzah di sini. Menambah teman, menambah ilmu, menjalin ukhuwah islamiyah, punya visi menuju surgaNya.


"Aku bersyukur sekali, Ukh dengan keadaanku sekarang. Mungkin ini memang cara Allah agar aku mempersiapkan banyak hal untuk masa depanku, mumpung aku masih single dan memiliki banyak waktu luang. Karena nanti kalau udah disibukkan sama yang lain, aku tidak punya waktu untuk belajar, hafalan, dan ngajar TPQ. Mungkin bukan sekarang sibuknya, mungkin ladang amalku diperluasnya bukan sekarang. Allah mungkin mau lihat seberapa berusahanya aku. Alhamdulillah...


"Kita bagi tugas ya, Ukh? Anty jadi da'i di daerahnya anty dan aku jadi da'i di daerahku. Siap?"


"Siap dong, Ukh!"


Gadis itu memang tidak memiliki kelompok binaan dan liqo-annya pun terdengar tidak lancar. Namun, sebulan sekali ia menyempatkan silaturahmi ke rumah teman-temannya. Ia juga suka nge-chat teman-temannya, sekedar komen status atau menanyakan kabar. Kuacungi jempol ke-isitiqomah-annya. Setahun ini dia sudah menghafal 18 juz. Semoga istiqomah terus, ya, Ukh!


Kadang, kita ingin sekali diakui orang lain bahwa kita keren. Tetapi justru keren yang sebenarnya adalah keren di langit, di mana kita jadi perbincangan para malaikat dan Allah beserta RasulNya mengecap kita sebagai orang keren. Keren nggak perlu dibesar-besarkan. Nggak perlu dielu-elukan juga di media sosial. Percaya deh, kita semua punya sisi kekerenan masing-masing kok! Kuncinya, manfaatkan dengan baik waktu yang telah Allah berikan kepada kita. Setiap orang memiliki ladang amal masing-masing. Stop berpikir bahwa ladang amal dia luas, ladang amalku sempit. Tetapi bersyukurlah dengan ladang amal yang kita miliki dan dipikirkan apa yang bisa kita tanam untuk ladang amal kita. Meskipun sempit namun subur dan menghasilkan buah banyak, akan menakjubkan sekali bukan? Apalagi jika ladang amal yang sempit ini pahalanya terus mengalir sampai kita meninggal.


Ustadz Somad pernah bilang, ada amalan pokok (wajib) dan amalan tunjangan (sunnah). Pake kerudung wajib, tunjangannya cadar. Sholat wajib tunjangannya sholat sunnah. Puasa Ramadhan tunjangannya puasa Senin-Kamis, Daud, Ayyamul Bidh. Namun ada amalan bonus yang tiap orang berbeda-beda tergantung profesinya. Amalan bonus buat artis jelas beda sama amalan bonus seorang dokter. Tergantung masing-masing memanfaatkan amalan bonus itu. Yang penting niatkan karena Allah, untuk agama Allah. Kalo artis niatnya gak karena Allah, ya amalan bonusnya hangus. Kalo dokter niatnya mengobati nggak karena Allah, ya amalan bonusnya gugur.


Bismillah... Aku hampir pasca kampus nih... pegang terus prinsip nahnu du'at qabla kulli sya'ii (kita adalah dai sebelum apapun) dan niatkan karena Allah. Insyaallah Allah kan tunjukkan jalan yang lurus, jalan yang diridhoiNya. J


Catatan kaki:


1Panggilan untuk saudara perempuan dalam Bahasa Arab


2Sharing ilmu agama yang dilakukan secara melingkar


3Sama seperti liqo


4Guru/mentor


5BahasaArab: Kamu

Comment