明 : Two

"Haha, arigatou Sally~ juga [Nickname]."

Keduanya ikut tersenyum simpul saja. Setidaknya, mendengarkan respon yang demikian, [Nickname] yang lebih dikenal sebagai [Full Name] ataupun dipanggil [Name] itu, merasakan sesuatu yang berbeda.

"Ya, ya, ya. Baiklah, omong-omong sampai jumpa Isara-kun," sahut [Name], langsung beranjak menuju tempat Subaru berhenti sebelumnya.

Ia tanpa sadar menggenggam perggelangan tangan milik Subaru. "Sudahlah, ayo Suba-kun." Menggembungkan wajah, entah mengapa [Name] yang dilihatnya saat ini terlihat seolah-olah bersikap berbeda.

"Mou, [Nickname]! Sore jā mata ashita, Sally~"

Sementara yang dipanggil seperti itu hanya mengulas senyum, seraya melambai ke arah keduanya. Setelah kepergian kedua insan tersebut dia tiba-tiba saja berkata, "Serasi sekali kalian, ya."

Sebab, ia melihat pula perdebatan kecil dari Subaru dan [Name] kala itu, sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.

Malangnya, di tempat lain. Subaru mengeluh secara tiba-tiba, padahal sebelumnya ia memasang ekspresi wajah bahagia. [Name] bukanlah orang yang menyebabkan perubahan ekspresinya.

Tapi, perkataan yang dikatakan oleh [Name] lah, yang membuat ekspresi kembali masam. Ya, itu adalah perkataan sebelumnya. Tentang payung yang tak dibawa oleh Subaru.

"Aku pikir kau membawa payungmu sendiri, Suba-kun. Tak aku sangka," cibir [Name], lagi-lagi menusuk Subaru secara tak langsung.

[Name] yang baru saja menjulurkan sebuah payung itu, segera dirampas oleh Subaru. Dengan wajah cemberut itu, bisa-bisanya dia berkata seperti ini, "Kalau begitu kemarikan payungmu dan kita berdua satu payung."

[Name] masih mencerna perkataan Subaru. Hei, ini bukan pertama kalinya seingat gadis itu. Dulu sewaktu kecil pun, pernah satu payung. Hanya saja, dulu itu [Name] yang tak membawa payung.

"Ya ampun … baiklah, Suba-kun yang bawa ya?" balas [Name] pada akhirnya, berpikir bahwa ini merupakan jalan yang terbaik, mungkin.

Rintik-rintik hujan semakin menjadi, meski belum ada beberapa langkah yang tercipta diantara kedua insan itu. Keduanya saling bergandengan, sedari tadi. Tapi, bukanlah [Name] yang awalnya langsung seperti itu.

Ya, yang melakukannya sekarang adalah Subaru. Dengan payung memposisikan [Name] agar tidak terkena hujan. Akhirnya, Subaru mendapatkan omelan ringan dari [Name] kala itu pula.

"Hei, Suba-kun! Bagian bahumu terkena percikan air hujan, lo. Ya ampun, sudah ku bilang tidak akan mungkin," gerutu [Name] yang masih menanggapi kejadian baru saja terjadi.

Biarpun seperti itu, [Name] adalah orang yang peka terhadap sekitar. Seperti apa yang menjadi bahan pembicaraan sekarang. Padahal tahu, dibawah payung itu keduanya akan sangat terbatas gerakannya.

Hanya saja, sewaktu sang gadis tiba-tiba tergelincir oleh sesuatu yang tidak diketahui. Sebab adanya perhatian yang teralihkan, bersyukur keseimbangan tak merampasnya. Tapi dengan perlakuan tiba-tiba Subaru, gadis itu menjadi terjatuh dengan tidak elitnya.

Payung? Lupakan itu. Keduanya tak sedang mengenakan payung lagi, hanya saling menatap karena kejadian itu. Membuat posisi keduanya berada dalam keadaan yang tak memungkinkan.

Segera saja, [Name] mencoba berdiri namun, dia menjauh sedikit agar tak mengenai Subaru yang berada di hadapan. Bahkan degup jantung tak mau bekerja sama, seolah-olah mereka diajak berolahraga saja.

Subaru mencoba ikut berdiri. Tapi, [Name] malah menggerutu lagi. "Sudah aku bilang, 'kan? Jangan melakukan hal yang membuat kaget seseorang?" [Name] mulai memasang raut wajah yang terlihat tidak asing.

Ah, itu adalah ekspresi kesal dari [Name] sedari dulu.  Sosok yang tak bisa dikagetkan oleh perlakuan secara tiba-tiba, walau kedengarannya sedikit aneh. Tapi itulah yang terjadi hingga [Name] mulai mendahului Subaru yang telah ditolongnya.

"Aaa, [Nickname]!"

To be continued

Comment