明 : Three

Bersyukurlah hujan yang tidak lagi membiarkan awan menangis, berakhir air tak mampu menampungnya. Keduanya berjalan, tanpa pembicaraan yang tercipta. Meski hal ini tak memungkinkan bagi seorang Akehoshi Subaru.

"[Nickname]!"

Sosok yang sedari tadi dipanggil, mulai menghentikan langkahnya. Menoleh sekilas, mendapati lelaki yang tadinya ia sudah kata-katai seperti itu.

Seraya tanpa memandang, ia mencoba menunduk. Tangan memainkan jari-jemari miliknya, akan tetapi dikala diri baru saja ingin mengucapkan sesuatu. Tak terpikirkan olehnya akan dipeluk oleh lelaki yang bersama dia tadi.

"Eh, Suba-kun?" gagap [Name]. Ia terlalu kaget dengan respon yang seperti ini.

Dalam dekapannya, Subaru tidak memperlihatkan ekspresi cemasnya terhadap seorang gadis yang ia peluk ini. Kedengaran tak memungkinkan, tapi pada akhirnya [Name] mencoba melepaskan pelukan tersebut.

Dia tak ingin terjadi suatu konflik antara Idola ataupun seorang penggemar nantinya. Akan menjadi masalah juga 'kan, untuk kedepannya? Meski diri ingin menikmatinya lebih lama, sih.

"Maaf—"

"Maafkan aku, [Nickname]!" potong Subaru.

Seorang Akehoshi Subaru dia tidak mampu, dengan perlakuan yang seperti tadi. Ia tak ingin bila teman masa kecilnya ini, juga ikut menjauhi dirinya seperti tadi.

Justru karena itu, entah kenapa [Name] mengulas senyum kecil. Dengan kepala sedikit tertunduk. Entah kenapa tangan, dengan seenaknya sendiri mencoba mengacak-acak surai oranye milik dia.

Perlakuan tersebut disertai kata yang sama. Tapi dengan panggilan berbeda tentu saja, "Maafkan aku juga, Suba-kun." Terdengar rasa penyesalan dari ucapan si gadis.

Dalam pikirannya, apakah hal tadi benar-benar suatu keharusan? Bila bertanya kembali, mengapa hal tersebut dikatakan, gadis itu hanya kaget tidak lebih. Terkadang apabila diri sudah kaget hingga terdiam seperti sebelumnya, mungkin saja akan sedikit emosi terdengar dari mulut.

Dengan tangan menggaruk-garuk pipi, menambah kesan manis dalam pandangan si gadis. Akhirnya gadis itu, mengambil posisi yang berbeda dari sebelumnya. Meraih kedua pipi Subaru, tak mempedulikan perbedaan tinggi. Ia gemas dengan wajah Subaru sampai bernekat melakukan hal itu.

Hal itu, membuat hati Subaru kembali menghangat. Ia ingat terakhir kali, kapan semenjak diperlakukan seperti ini. Akan tetapi, tak berlangsung dengan lama. "Aku bawa saja sini, payungnya."

Ya, [Name] memintanya. Lagipula, payung tersebut adalah milik [Name] sendiri. Jadilah dia menyerahkan payung tersebut. "Baiklah, terima kasih. Ayo, pulang Suba-kun!" ajaknya segera menggenggam perggelangan tangan milik Subaru untuk ke sekian kalinya.

Kalau ada yang mengetahui, mirisnya mereka juga bukanlah seorang pasangan. Tapi, apa mau dikata. Itu merupakan aktivitas kecil yang terkadang dilakukan oleh keduanya, sewaktu kecil. Itu adalah saling bergandengan tangan.

Bila mengingat perkataan Isara sebelumnya, jika kembali diperhatikan kedua insan ini tampak serasi. Namun secara tak sadar, mereka tidak mengetahui hal tersebut. Kemudian, melakukan hal yang seperti umumnya, sebagai teman, huh?

Kembali ke sedia kala, percakapan mereka diisi tanpa suara. Entah karena tiada topik pembicaraan atau karena [Name] yang kebingungan apa yang dikatakan. Sudah banyak yang ingin dikatakan seorang Subaru. Tapi dia juga terlihat memikirkannya.

Malah lebih memilih senyuman terus menghias wajahnya, dalam kondisi seperti itu. Dia tidak ingin [Name] seperti sebelumnya, jadilah diri tak mencoba mengageti.

Akan tetapi, sebuah pernyataan yang tiba-tiba, diucapkan secara sengaja oleh [Name]. Subaru yang mendengarkan hal tersebut terdiam sejenak. Mengingat perkataan yang dilontarkan oleh [Name] adalah ….

"Suba-kun, pernah tidak dirimu berpikir kalau kita berdua … sudah mirip seperti seorang kekasih?"

[Name] mengatakan hal ini, dengan wajah memerah disana. Bahkan saat ini diri mungkin saja tak berani menatap Subaru. "Hmm, mungkinkah itu hubungan lebih dari seorang teman, ya?"

Subaru mencoba menebaknya. Tapi, [Name] sendiri bingung dengan apa maksudnya itu. "Ya, mungkin saja, 'kan?" Subaru mengangguk-angguk pelan. Ia mulai memahaminya.

Awalnya hujan menyatukan kembali kenangan masa kecil. Tak terduga semua membiarkan semua ini terjadi. Musim hujan yang selalu menyertai dikala pergantian musim.

"Nee, [Nickname]. Ingin menjadi kekasihku?"

End

Serius, maaf jika out of character ataupun tak sesuai tema project nya :(

Comment