明 : One

Pembelajaran masih berlangsung. Walaupun awan mendung telah menghampiri. Tak terasa detik demi detik melaju dengan cepat. Tanpa menunggu sang wira menyelesaikan berkemas peralatan.

Merasakan hawa dingin telah berada disekitar tubuh. Dekapan hangat yang ia buat sendiri, menjadi saksi bisu atas kecerobohannya. Tak melihat tanda-tanda teman satu unitnya.

Berpikir yang tidak-tidak, bahwa mungkin saja telah meninggalkan ia seorang diri di sekolah. Rintik-rintik hujan mulai mengguyur sekitar. Menghela napas panjang, berakhir menunggu dalam derasnya hujan.

Menjelang musim panas, sesekali hujan akan memberikan kesedihan terdalam. Membuat nantinya, musim panas tak akan ada yang menderita. Walau begitu, tetap saja ada yang tak bisa.

Mengerucutkan bibir, lantas diri pun menggerutu, "Huh, kapan sih, hujan akan teduh?"

Sebenarnya, tak berlangsung lama juga. Hujan akan berhenti. Namun, akibat dia tak sabaran, pada akhirnya merasakan hujan begitu lama untuk bisa berhenti kembali.

"Akehoshi-senpai?"

Suara khas menusuk telinga. Membuat pemuda surai oranye dengan iris mata biru yang cerah, menatap ke arah figur tersebut. Dilihatnya lelaki surai biru muda, yang familier dalam pandangan.

"Uwah, Shinonon!"

Tanpa persetujuan dari pemilik nama panggilan baru saja, lelaki tersebut langsung memeluk dirinya. Seperti tak berdaya, lelaki yang dipeluk saat ini hanya terkekeh pelan.

"Eh, tunggu--- Shinonon sendiri?" tanyanya. Pemuda tersebut bernama Akehoshi Subaru. Bertanya kepada lelaki yang tampak cantik dengan nama Shino Hajime.

Sudah melepaskan pelukan, bertanya demikian. Pada akhirnya, ia menggelengkan kepala. Lantas menjawab, "Tidak, kok. Hari ini aku ada latihan dan baru saja selesai piket," ujarnya.

Mengangguk mengerti, langsung melukis senyum. "Begitu ya? Semangat, Shinonon!" seru Subaru menyemangati.

"Mmn, tentu saja. Kalau Akehoshi-senpai sendiri, sedang menunggu hujan teduh?" Bergantian, kini Hajime menjawabnya.

Merengut kesal, menampilkan emosi sekilas. "Iya, benar! Aku pikir tidak akan hujan, makanya aku tak membawa payung. Yah, walaupun akan teduh tak lama lagi, sepertinya."

Memiringkan kepala terkejut sesaat, "Ehh? Jadi, Akehoshi-senpai benar-benar menunggu hujan teduh?" tanya Hajime memastikan.

Subaru mengulas senyum lebar. "Benar, kok. Aku kan sudah bilang sebelumnya, itu karena aku lupa membawa payung," jawabnya.

"Aah, kalau begitu, kenapa tak menunggu terlebih dahulu di kelas saja?" usul Hajime, entah hal tersebut bisa diterima atau tidak. Tidak ada yang tahu, kecuali Subaru.

Memiringkan kepalanya, "Boleh ya?" terang Subaru kala itu. Sementara Hajime sendiri mengangguk pelan.

"Tentu saja diperbolehkan kok, Akehoshi-senpai."

Pada akhirnya, Subaru beranjak ke selasar ruangan-ruangan kelas yang kini mulai dilewatinya. Sebelum itu, keduanya telah berpamitan untuk kembali ke kelas masing-masing.

Hawa dingin terkadang menusuk, terlebih lagi hari sedang memasuki musim hujan. Walau diri telah tahu, tapi tetap saja melupakan hal ini. Subaru berhenti di depan kelas.

Akan tetapi, netra birunya mendapati sosok seorang gadis yang dia kenali bersama seseorang lelaki di sana. "Oh, Subaru? Dirimu belum pulang," ujar seseorang lelaki itu.

Dia menatap ke arah Subaru yang baru saja tiba. Dengan cengiran khasnya, ia mulai mendatangi kedua insan tersebut. "Hehe, karena aku tak sedang membawa payung, jadilah aku menunggu saja."

Saling bertatapan, kedua manusia berbeda jenis kelamin itu seketika tertawa kecil. "Makanya, jangan lupa membawa payung." Seorang gadis di sana mulai menanggapi.

"Ya sudah, kebetulan rumah kami berdekatan juga. Isara-kun tak masalah 'kan, aku tinggal?" tanya gadis itu.

Lelaki yang dipanggil sebagai Isara itu, telah mengetahuinya mulai mengangguki hal tersebut. "Ya, tidak apa-apa. Lagipula kalian berdua teman sewaktu kecil juga, bukan?"

To be continued

Comment