Volume 1 Chapter 1 : Maomao



(Pengen makan sate[1] sambil ngaso rasanya)


Maomao menghela nafas, menatap langit yang berawan.


Dunia begitu indah mengelilinginya, terbaik dari segala hal yang pernah ia lihat, meski ia berada di tengah-tengah tanah berlumpur penuh gas beracun.


(Sudah tiga bulan, mungkin? Apa ayah makan dengan baik ya).


Beberapa waktu lalu ketika sedang mencari tumbuhan obat ia berpapasan dengan tiga orang penduduk desa. Penculiknya ia namai Eka, Dwi dan Tri [2].


Pemburu wanita untuk Istana Kerajaan, mereka sangat gesit dan menjengkelkan dalam mencari pasangan untuk menikah, dikenal pula dengan nama berburu pasangan nikah.


Yah, dapet uang sih, dan bukan tempat yang buruk juga buat berkerja karena boleh pulang setelah 2 tahun mengabdi. Tapi itu buat yang sukarela datang.


Sungguh menjengkelkan buat Maomao yang telah hidup sebagai apoteker.


Mau para penculik mengangkap gadis-gadis untuk dijual kepada kasim sebagai biaya minum-minum alkohol atau mereka menjual gadis-gadis untuk menggantikan anak perempuan mereka, Maomao tidak peduli. Apapun alasannya, tidak mengubah fakta bahwa Maomao sudah tertangkap dan dijual.


Kalo bukan karena diculik, Maomao tidak akan berurusan dengan istana bagian dalam seumur hidup.


Gadis-gadis di istana memulas wajah dengan riasan memuakkan, parfum dan baju-baju cantik, serta memasang senyum datar nan palsu.


Ketika tiba, sang apoteker berpikir. Tidak ada yang lebih beracun daripada senyuman seorang wanita.


Hal tersebut tidak ada bedanya di lingkungan kerajaan dimana para selir tinggal maupun di distrik kenikmatan[3].


Maomao mengangkat keranjang cucian di kaki sebelah kirinya dan menuju ke dalam Gedung. Berbeda dengan di luar, halaman menyedihkan dengan kolam batu, dimana para pelayan, yang bukan wanita maupun pria, mencuci pakaian dengan jumlah yang banyak.


Istana bagian dalam haram untuk pria. Hanya orang-orang agung di negri ini dan kerabat sedarah Raja yang boleh masuk, serta mantan pria yang telah kehilangan barang berharga mereka[4]. Tentu saja yang ada di sini adalah yang terakhir.


Menurut Maomao hal itu gila, tapi memang yang paling masuk akal.


Ia menaruh keranjang dan melihat barisan keranjang di Gedung sebelah. Berisi pakaian bersih yang sudah kering di bawah sinar matahari.


Sorot matanya tertuju pada label kayu di gagang keranjang. Tertera angka dan lukisan tumbuhan pada label kayu tersebut.


Beberapa gadis di istana tidak bisa membaca, seperti gadis-gadis yang dibawa kemari oleh para penculik. Meskipun sudah diajari etika seminimum mungkin sebelum dibawa ke istana kerajaan, kata-kata itu susah. Akan lebih bagus semisalnya gadis desa yang bisa membaca dan menulis ada lebih dari setengah.


Bisa dibilang ini semua karena istana bagian dalam terlalu luas – jumlah pelayan mungkin memang bertambah tapi kualitasnya menyedihkan.


Meskipun memang tidak bisa dibandingkan dengan taman bunga milik raja terdahulu, selir dan gadis pelayan istana yang kalau digabungkan jumlahnya mencapai dua ribu orang, dan kalau ditambahkan dengan para kasim, jumlahnya akan mencapai tiga ribu orang.


Maomao merupakan pelayan tingkat rendah. Ia tidak memiliki tanggungjawab selayaknya seorang gadis yang tidak memiliki dukungan dari manapun, yang dibeli hanya sekedar mengisi kekosongan. Yah, sebenarnya bisa saja dia diangkat menjadi selir tingkat rendah bila memiliki badan indah layaknya bunga peony[5] serta kulit seputih sinar rembulan. Maomao hanya memiliki kulit sehat yang dipenuhi oleh bitnik-bintik serta tungkai-tungkai kurus.


(Nah ayo kita selesaikan pekerjaan ini dengan cepat).


Ketika ia menyadari keranjang dengan label bergambar bunga plum dengan nomor "1-7", ia mempercepat langkahnya. Ia ingin segera kembali ke kamar sebelum langit mulai menangis lebih deras lagi.


Pemilik keranjang cucian tersebut adalah seorang selir tingkat rendah. Kualitas perabotan dikamarnya sangat bagus bila dibandingkan dengan selir tingkat rendah lainnya, hanya saja terlalu mencolok. Menurutnya pemilik kamar ini adalah anak dari pedagang atau apalah. Setelah mendapatkan ranking, mereka akan mendapatkan pelayan pribadi, namun untuk selir tingkat rendah hanya diperbolehkan memiliki pelayan paling banyak dua orang. Nah, pelayan yang tidak melayani selir seperti Maomao mengurus cucian.


Selir tingkat rendah diizinkan untuk memiliki ruangan pribadi di istana bagian dalam, namun letaknya dipinggiran, jarang diindahkan oleh Sang Raja. Meskipun begitu, bila mendapat perintah untuk melayani Sang Raja saat malam hari, mereka diizinkan pindah ruangan. Untuk selir tingkat rendah yang dikunjungi sebanyak dua kali memiliki kesempatan untuk dipromosikan.


Sebaliknya, selir yang sudah melewati umur primanya tanpa menarik perhatian Sang Raja akan diturunkan rankingnya, meskipun hanya berlaku untuk selir-selir yang berasal dari keluarga tanpa kekuatan yang berarti. Paling buruk, mereka akan diberikan ke orang lain. Apakah hal tersebut termasuk sial atau tidak, tergantung keluarga yang diberikannya, namun gadis-gadis istana nampaknya lebih takut diberikan kepada kasim.


Maomao mengetuk pintu perlahan.


"Taruh saja di situ"


Yang menjawab adalah pelayan pribadi.


Seorang selir dengan parfum manis yang memuakkan sedang memutar-mutar cangkir khamar.


Ia selalu dipuji-puji akan kecantikan wajahnya sebelum masuk ke istana, namun ya dia seperti katak dalam tempurung. Di istana ia dikelilingi oleh bunga-bunga yang cemerlang, standar-standar kecantikan yang melebihi dirinya, dan sejak saat itu ia tidak pernah keluar dari ruangannya.


(Gak aka nada orang yang mau mengunjungimu kalau terus-terusan diam di kamar).


Maomao mengambil keranjang cucian dari ruangan sebelah dan kembali ke tempat mencuci.


Ia masih memiliki banyak pekerjaan.


Meskipun ia datang kemari bukan karena keinginannya, ia bekerja demi gaji saja.


Memang pada dasarnya Maomao adalah seorang apoteker yang rajin.


Bila ia bekerja dengan baik dan rendah hati, ia akan segera keluar cepat atau lambat.


Tidak mungkin juga ia akan dipromosikan.


Sayangnya, pemikiran Maomao terlalu naif.


Tak ada orang yang akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya; begitulah hidup.


Untuk seorang gadis berumur tujuhbelas tahun, pemikirannya sangat luas, namun ada satu hal yang tidak bisa ia tahan.


Rasa penasaran. Haus akan ilmu pengetahuan.


Dan sedikit, hanya sedikit saja, jiwa keadilan.


Beberapa hari kemudian, Maomao mengungkap kebenaran atas sebuah misteri.


Kematian beruntun para bayi yang lahir di istana bagian dalam.


Rumor yang beredar mengatakan kalua misteri tersebut adalah kutukan dari selir terdahulu generasi sebelumnya, namun bagi Maomao, itu bukan kutukan maupun misteri yang aneh.


TBC




Notes:


[1] Sate: Aslinya kushiyaki, sate daging dengan sayur, tapi saya pikir dengan menulis sate sudah cukup menggambarkan makanan yang diinginkan Maomao.


[2] Eka, Dwi, dan Tri: Karya aslinya menuliskan Ichi, Ni, San. Secara literal artinya satu, dua, dan tiga. Biar akrab di telinga lokal, saya ganti dengan Eka, Dwi dan Tri, meskipun setting cerita ini adalah daratan Cina.


[3] Distrik kenikmatan: Mengacu kepada distrik yang berfokus pada bisnis prostitusi.


[4] Barang berharga: Mengacu kepada alat reproduksi pria.


[5] Memiliki badan indah layaknya bunga peony: Maksudnya tubuh yang seksi.

Comment